BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan yang terkenal akan kesuburan
tanahnya, sehingga kaya akan berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh. Selain
dari tanaman pangan banyak sekali jenis-jenis tanaman baik hortikultura,
tanaman rempah-rempah, tanaman hias, dan juga tanaman obat-obatan. Dalam hal
ini kunyit termasuk dalam 2 kategori yaitu tanaman rempah dan tanaman obat. Hal
ini menjadi salah satu pertimbangan yang sangat bermanfaat bagi kedepannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Kunyit hitam sangat di perlukan dalm dunia medis karna
kaya akan manfaatnya sehingga dilihat dari hargannya pun sangat pantastis.
Dilihat dari kebutuhan pasar baik pasar global maupun kebutuhan pasar tingkat
nasional sangat tinggi permintaan pasarnnya, di karnakan kunyit hitam masi
langka dan jarang di budidayakan oleh petani pada umumnya. Harga kunyit hitan
di pasaran bisa mencapai kisaran Rp. 1.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00 /Kg.
1.2.
Rumusan Masalah
Masalah yang kita hadapi ketika melihat dari rilisan
di atas maka para petani belum begitu peduli dan minat akan membudidayakan
tanaman kunyit hitam yang kaya akan manfaat, juga jika di lihat dari segi
finansial sebenarnya petani dapat meningkatkan pendapatkan. Keterbatasan benih
adalah salahsatu factor kendala bagi masyarakat petani untuk membudidayakan
kunyit hitam
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian adalah sebagai
berikut:
a)
Sebagai
salah satu pra syarat untuk menyelesaikan studi akademik di kampus UNWIM untuk
mendapatkan gelar Strata 1.
b)
Mengembangkan
pemulyaan tanmaman rimpang dengan berbagai macam media tanam untuk
membandingkan pertumbuhan yang bagus.
c)
Mengembangkan
tanaman yang jarang di budidayakan oleh petani sehingga penulis mencopa mencari
produktifitas yang epektif untuk mencapai kuantitas yang dapat memenuhi
kebutuhan pasar.
1.4.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian pengaruh media tanam terhadap
pertumbuhan tunas kunyit hitam adalah sebagai berikut :
1)
Menjadi
inovasi terbaru bagi mahasiswa UNWIM hususnya jurusan agroteknologi sehingga
menjadi bahan referensi yang baru dalam wawasan media tanaman rimpang.
2)
Dapat
mengembangkan lebih luas dalam menanam tanaman rimpang dan media apa saja yang
cocok atau ideal untuk pertumbuan tunas kuyit hitam.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Kunyit hitam
(Curcuma caesia)
termasuk kedalam family Zingiberaceae, merupakan salah satu tanaman obat anti
kanker. Tanaman ini biasanya diperbanyak secara vegetatif menggunakan rimpang
dan anakan. Perbanyakan vegetatif tersebut sulit memanuhi permintaan yang
banyak dalam waktu yang singkat (Syukur, 2004). Untuk itu dicari alternatif
perbanyakan kunyit putih dengan teknik kultur in vitro atau kultur jaringan
(Santoso dan Nursandi, 2003). Perbanyakan tanaman kunyit hitam secara konvensional
membutuhkan waktu yang lama, minimal Sembilan bulan sejak penanaman serta
membutuhkan lahan yang luas dan biaya perawatan yang mahal (Syukur, 2004). Hal
ini diduga menjadi penyebab kelangkaan dan mahalnya harga beli dari rimpang
tanaman ini, selain itu dikarenakan tanaman ini juga dicantumkan dalam tanaman
obat komersial yang banyak diminati (Syukur dan Hernani, 2001). Mengingat
begitu banyaknya potensi tanaman obat ini untuk diusahakan secara komersial,
diperlukan cara pengadaan bibit berkualitas tinggi dalam jumlah besar dan waktu
yang singkat untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kultur jaringan merupakan salah
satu alternatif pengadaan bibit yang berkualitas dalam waktu singkat dengan
jumlah yang besar seperti yang dimaksud diatas (Yusnita, 2003).
Tanaman Kunyit/Kunir
Hitam ini merupakan tanaman yang sangat langka, namun banyak khasiat yang
terkandung didalamnya. Kunyit hitam merupakan salah satu kelompok tanaman Zingiberaceae, yang memiliki nama latin Curcuma caesia. Bentuk kunyit hitam sama seperti kunyit biasa
namun rimpangnya berwarna hitam gelap jika sudah matang. Kunyit hitam berasal
dari Negara India, disana dijadikan sebagai tanaman obat tradisional. Namun
sayang sekali, tanaman ini jarang sekali ditemukan. Di Indonesia budidaya tanaman
kunyit hitam sangatlah sedikit, padahal tanaman ini sangat dicari terutama
dalam industri obat-obatan. Kandungan yang dimiliki tanaman ini sangatlah
beragam seperti memiliki kandungan kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetolsikurkumin. Kunyit hitam juga mengandung minyak atsiri
yang merupakan gabungan dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
zingiberen 25%, feladren, sabinen, borneol dan sineil. Kandungan lain seperti
lemak rendah, karbohidrat rendah, protein, pati, vitamin C dan mineral. Kandungan
tersebut sangatlah baik untuk kesehatan terutama dalam masa penyembuhan. https://hobinya.wordpress.com/2014/
2.1.1. Tinjauan Umum Tanaman
Kunyit Hitam
Tanaman Kunyit/Kunir Hitam ini merupakan tanaman
yang sangat langka, namun banyak khasiat yang terkandung didalamnya. Kunyit
hitam merupakan salah satu kelompok tanaman Zingiberaceae, yang memiliki nama
latin Curcuma caesia. Bentuk kunyit hitam sama seperti kunyit biasa namun
rimpangnya berwarna hitam gelap jika sudah matang. Kunyit hitam berasal dari
Negara India, disana dijadikan sebagai tanaman obat tradisional. Namun sayang
sekali, tanaman ini jarang sekali ditemukan. Di Indonesia budidaya tanaman
kunyit hitam sangatlah sedikit, padahal tanaman ini sangat dicari terutama
dalam industri obat-obatan. Kandungan yang dimiliki tanaman ini sangatlah
beragam seperti memiliki kandungan kurkumin, desmetoksikumin dan
bisdesmetolsikurkumin. Kunyit hitam juga mengandung minyak atsiri yang
merupakan gabungan dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberen 25%,
feladren, sabinen, borneol dan sineil. Kandungan lain seperti lemak rendah,
karbohidrat rendah, protein, pati, vitamin C dan mineral. Kandungan tersebut
sangatlah baik untuk kesehatan terutama dalam masa penyembuhan.
Tumbuhan kunyit merupakan tumbuhan semak dengan tinggi
tanaman sektar 70 cm. Karakteristik batang semu, tegak, bulat, membentuk
rimpang, berwarna hijau kekuningan. Kunyit memiliki bunga majemuk yang berambut
dan bersisik dengan panjang tangkai sekitar 16-40 cm. Mahkota bunga berupa
kelopak silindris, berwarna kuning, berukuran panjang sekitar 3 cm dan lebar
1,5 cm. Bagian akar berwarna coklat muda dan termasuk jenis akar serabut.
Klasifikasi
Tanaman Kunyit Hitam
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma
longa Linn. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)
Persyaratan
Bibit Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah
tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar,
sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup
umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran,
dan warna seragam; memiliki kadar air cukup; benih telah mengalami masa
istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain,
kulit, kerikil). 2) Penyiapan Bibit Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh
ukuran dan dengan berat yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata
tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau merendam
rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna
menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1-3 mata
tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm. 3).
1) Persiapan
Lahan
Lokasi
penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan
lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
2) Pembukaan
Lahan
Lahan
yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau
menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga
sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30
cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada
dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar
matahari.
3) Pengisian
Polybag
Media
yang telah d campur dengan pupuk dasar baru di masukan ke dalam polybag dengan
ukuran 12 x 15 cm. Mengisi media ke dalam polybag diusahakan sepadat mungkin,
supaya ketika media kering terkeair tidak mengurangi volumenya.
4) Pemupukan
(sebelum tanam).
Untuk
mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase,
dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang)
ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam
membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg. 6.3. Teknik Penanaman Kebutuhan bibit
kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh
produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha. 1) Penentuan Pola Tanaman Bibit kunyit
yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan
arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola,
yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8
bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua
kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam
yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada
masa panennya. 2) Pembutan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat di atas
bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak
antara lubang adalah 60 x 60 cm. 3) Cara Penanaman Teknik penanaman dengan
perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang
diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif
kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid)
sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap
pembentukan rimpang kunyit. 4) Perioda Tanam Masa tanam kunyit yaitu pada awal
musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini
dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk
pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 – 8
bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.
Pemeliharaan
Tanaman
1) Penyulaman
Apabila ada
rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan
penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat.
2) Penyiangan
Penyiangan dan
pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang
mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman.
Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan
tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan
bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar
tumbuh besar dan tanah tetap gembur.
3) Pembubunan
Seperti halnya
tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk
menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air.
Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih
baik sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan
biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara
rutin setiap 3 – 4 bulan sekali.
4) Pemupukan
Pemupukan Organik
Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan
luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha
dengan populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.
Pemupukan Konvensional Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit
perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk
dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua
digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10
gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang
berumur 4 bulan. Dengan pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil
sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dengan
pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P
diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis)
dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4
bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau
dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.
2.1.1. Macam-Macam Media
A.
Tanah
Tanah yang baik untuk menanam kadar keasaman pH nya kisaran 5,5-8,5 dan
kadar garam yang rendah. Sehingga tanaman yang di budidayakan akan tumbuh
dengan baik. Tekstur dan jenis tanah nya pun harus sesuai dengan apa yng akan
kita tanam.
B.
Cocopeat
Serbuk serabut kelapa cukup mudah ditemukan di sekitar rumah, jadi tidak
jarang kita melihat metode tanam ini diterapkan di tiap-tiap rumah.
Karena Cocopeat adalah serbuk, maka keberadaannya dapat
diperoleh menggunakan cara sabut kelapa digiling halus terlebih dahulu. Salah
satu manfaat jika menggunakan Cocopeat sebagai
media tanam hidroponik ialah dapat menahan air serta memiliki unsur kimia
lumayan banyak Cocopeat mempunyai Ph antara 5,0 hingga 6,8 sehingga sangat baik untuk
pertumbuhan tanaman apapun.
Banyak manfaat yang bisa didapat dengan
menggunakannya. Baik untuk digunakan bersama tanah, atau berdiri sendiri. Cocopeat juga banyak dipilih sebagai pengganti
tanah.
Cocopeat memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki
pori-pori, yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari.
Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis
enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah. Dengan demikian, cocopeat dapat menjaga tanah tetap gembur dan subur. Meski disebut-sebut
sebagai media tanam alternatif berkualitas sebaik tanah, namun unsur hara yang
ada di tanah, tidak ada padanya. Oleh karena itu, cocopeat memerlukan tambahan pupuk sebagai
penyubur. Sebagai media tanam organik, Cocopeat t
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan media tanam lainnya. Kelebihan Cocopeat tersebut antara lain
1. Teksturnya mirip tanah
Bentuk dan tekstur Cocopeat menyerupai
tanah dan butirannya yang halus membuat tanaman dapat beradaptasi dengan baik
seperti halnya jika ditanam pada tanah. Perbedaan Cocopeat dengan media tanam tanah hanya pada
kandungan nutrisinya dimana Cocopeat tidak
mengandung unsure hara seperti tanah. Oleh sebab itu untuk menanam
tumbuhan dengan Cocopeat, tanaman tidak hanya
disiram air melainkan juga larutan nutrisi.
2. Kelebihan Cocopeat yang dapat
menyerap air dengan baik
Cocopeat merupakan media tanam yang memiliki daya serap air yang cukup
tinggi dan dapat menyimpan air dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang
ditampung dalam tanah. Cocopeat dapat
menyimpan dan mempertahankan air 10 kali lebih baik dari tanah dan hal ini
sangat baik tentunya bagi tanaman yang tumbuh dengan sistem hidroponik. Karena
dapat menjaga air dengan baik, akar tanaman tidak mudah kering dan dapat
terhidrasi dengan baik.
3. Ramah lingkungan
Karena terbuat dari bahan organik, Cocopeat sangat ramah lingkungan dan dapat
terdegradasi dalam tanah dengan baik jika sudah tidak digunakan. Selain
itu Cocopeat juga dapat didaur ulang kembali menjadi
media tanam baru tentunya dengan beberapa proses tertentu.
4. Lebih tahan hama
Beberapa jenis hama seperti hama yang berasal dari tanah tidak suka
berada dalam Cocopeat dan hal ini tentunya
bisa melindungi tanaman dengan lebih baik dan menjaganya dari serangan hama.
C.
Arang
Sekam
Arang sekam memiliki
karakteristik yang ringan (Berat jenis 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi
udara tinggi, porositas yang baik dan menyerap air rendah. Arang sekam
mengandung silika (Si) yang cukup tinggi yakni sebesar 16,98%, meskipun begitu
silika (Si) bukanlah unsur hara yang esensial atau sangat dibutuhkan tanaman.
Keberadaan unsur silika (Si) diketahui dapat memperbaiki sifat fisik tanah atau
media tanam, sehingga berpengaruh terhadap kelarutan P dalam tanah. Jika unsur
silika (Si) dalam tanah kurang dari 5%, maka tegak tanaman tidak kuat dan mudah
roboh.
Manfaat lain dari arang sekam sebagai campuran
media tanam seperti :
·
Menjaga kondisi
tanah tetap gembur, karena memiliki porositas tinggi dan ringan;
·
Memacu pertumbuhan
(proliferation) mikroorganisme yang berguna bagi tanaman;
·
Mengatur pH tanah
pada kondisi tertentu;
·
Mempertahankan
kelembaban;
·
Menyuburkan tanah
dan tanaman;
·
Meningkatkan
produksi tanaman;
·
Sebagai absorban
untuk menekan jumlah mikroba patogen;
·
Sebagai media tanam
hidroponik;
·
Meningkatkan daya
serap dan daya ikat;
Pembakaran sekam
padi bertujuan untuk meningkatkan kandungan karbon dan unsur hara dalam sekam
padi. Untuk menjaga kandungan unsur hara dalam sekam diperlukan teknik
pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan arang sekam, bukan abu sekam.
Pembakaran sempurna yang menghasilkan abu sekam justru menghilangkan kandungan
hara pada sekam padi.
Dengan mengetahui
kandungan dan manfaat dari arang sekam, penulis berharap para petani terutama
yang membudidayakan tanamannya di pot atau polibag lebih mengerti manfaat arang
sekam dan memanfaatkannya. Apalagi Kabupaten Bangka Selatan merupakan lumbung
padi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki banyak potensi sekam.
Sehingga, sekam padi yang ada di penggilingan padi bisa termanfaatkan secara
optimal untuk menyuburkan tanaman.
2.2. Kerangka
Pemikiran
Dalam hal ini penulis mengkaji kenapa permintaan pasar
belum juga terpenuhi karena sedikitnya minat dalm membudidayakan dan perbanyakan
bibit kunyit hitam. Maka dari itu penulis mencoba meneliti dari segi media mana
saja yang cocok dan bagus pertumbuhan tunasnya, sehingga mudah untuk
perbanyakan benih kunyit hitam. Maka petani yang ada di sekitar tidak begitu
sulit jika membutuhkan benih kunyit hitam. Saat ini karna ketrelangkaannya
benih kunyit hitam harga nya pun pantastis, harga benih (tunas) dapat mencapai
Rp. 250.000,00 per pohon, bahkan ada juga per ruas.
Dengan adanya kelebihan masing-masing dari berbagai media
tanam bisa menjadi solusi yang baik dalam perbanyakan bibit kunyit hitam. Sehingga
nantinya terlihat perbandingan media mana yang bagus untuk pertumbuhan tunas
kunyit hitam yang bagus.
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di ata kita akan melihat
perkembangan tunas kunyit hitam yang di pengaruhi perlakuan dengan media tanah,
cocopeat, dan arang sekam atau campuran-pencampuran media yang telah d
rencanakan. Dengan demikian kita akan
mendapatkan media mana yang ideal untuk pertumbuhan tunas kunit hitam. Dengan
melihat perbandingan macam-macam media maupun pencampuran media tersebut.
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Percobaan
Percobaan ini rencananya akan di laksanakan di dengan waktu percobaan akan di
selenggarakan selama 1 bulan di bulan September.
3.2. Bahan dan Alat
Percobaan
Bahan yang di gunakan dalam percobaan ini yaitu Kunyit
hitam (yang di hasilkan dari petani sekitaran cianjur), tanah, cocopean, dan
arang sekam dengan memakai tempat mediannya polybag. Adapun alat yang di
gunakan brupa cangkul, jidar termometer, dan screen house.
3.3. Rancangan Percobaan
Metode penelitian yang digunakan dalam percobaan ini
adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
perlakuan suhu perendaman dan pengeringan yang terdiri 6
perlakuan diulang sebanyak 2 ulangan.
3.3.1. Rancangan Media
Setiap perlakuan dibedakan berdasarkan media tanam yang di kombinasi. Percobaan terdiri dari satu faktor yaitu suhu
perendaman dan pengeringan dengan perlakuan:
A. =
Tanah 100%
B. =
Cocopeat 100%
C. = Arang Sekam 100%
D. = Kombinasi tanah dan cocopeat dengan perbandingan 1:1
E. = Kombinasi tanah dan arang sekam denganperbandingan 1:1
F. = Kombinasi cocopeat dan arang sekam 1:1
Setiap satuan perlakuan diulang sebanyak dua kali,
setiap perlakuan terdiri dari 10
polybag dengan demikian jumlah benih yang
digunkan sebanyak 120
polybag.
3.3.2. Rancangan Respon
Rancangan
respon terdiri dari pengamatan penunjang dan pengamatan utama.
a. Pengamatan
penunjang
Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya
tidak diuji secara statistik, tujuannya untuk mendukung pengamatan utama.
Pengamatan ini meliputi analisis keberagaman bentuk benih dengan bentuk bulat berdiameter 3 cm, analisis kesehatan benih
makadamia yang berwarna kuning kecoklatan, tidak
berlubang dan halus, serta analisis keberagaman ukuran benih yang berukuran sedang seberat 5 - 6 g (Mahardika, 2021).
b.
Pengamatan utama
Pengamatan utama adalah pengamatan yang data-datanya
diuji secara statistika, meliputi :
1.
Kadar
air benih
Perubahan berat yang terjadi pada kadar air benih
dan perhitungan kadar air benih. Pengujian kadar air benih menggunakan metode
dasar. Metode dasar menggunakan oven (Putra et al., 2019).
a. Presentase
air yang dilepaskan yaitu:
b. Presentase
air yang dilepaskan pada pemanasan kedua yakni:
c. Kadar
air benih =
2.
Persentase
peretakan benih
Diamati setiap hari hingga tidak ada lagi sampel
benih yang retak dengan cara menghitung jumlah benih yang retak setelah diberi
perlakuan dengan formulasi (Putra et al., 2019)
sebagai berikut :
3.
Laju peretakan benih
Diukur dengan menghitung hari yang
diperlukan untuk peretakan benih. Penghitungan menggunakan formulasi (Putra et al., 2019)
sebagai berikut:
N : Jumlah tempurung benih yang retak pada satuan
waktu tertentu
T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai akhir
dari suatu pengamatan
4.
Panjang radikula
Diamati pada hari ke-10 setelah semai, diukur dari
bagian bawah kotiledon sampai ujung akar dengan menggunakan sigmat (Putra et al., 2019).
3.3.3. Rancangan Analisis
Analisis data pengamatan yang digunakan secara
statistik, berdasarkan model linier berikut:
Xij =
µ + ri + tj + eij
Keterangan :
Xij = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan
Perlakuan Ke-j
µ = Nilai rata-rata umum
ri = Pengaruh ulangan ke-i
tj = Pengaruh perlakuan ke-j
eij = Pengaruh faktor random terhadap perlakuan
ke-j dan ulangan ke-i
Berdasarkan model linier yang digunakan, maka dapat disusun daftar
analisis varians seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Analisis Varians Rancangan Acak Kelompok Sederhana
SR |
DB |
JK |
KT |
Fh |
F,05 |
Ulangan
(U) |
1 |
|
JKU/DBU |
KTU/KTG |
3,63 |
Perlakuan
(P) |
17 |
|
JKP/DBP |
KTP/KTG |
2,59 |
Galat
(G) |
17 |
|
KJG/DBG |
- |
- |
Total
(T) |
35 |
|
- |
- |
- |
Sumber:
(Setiawan, 2011a)
Menurut
Setiawan (2011b),
Apabila nilai F-Hitung perlakuan lebih besar dari F-Tabel pada taraf nyata 0,05
berarti terdapat keragaman nyata pada perlakuan, selanjutnya dilakukan
pengujian dengan uji beda rata-rata dengan Uji Jarak Berganda Duncan taraf
nyata 0,05 dengan rumus sebagai berikut:
LSR (α, dbG, p) = SSR (α, dbG, p) . s
s =
Sumber : (Setiawan, 2011b)
Keterangan :
LSR
= Least Significant Rangers
SSR = Studentized
Significant Rangers
dbG = Derajat Bebas Galat
p = Jarak antar perlakuan
s =
Galat baku rata-rata
r
= ulangan
KTG
= Kuadrat Tengah Galat