Gall, Gall,
and Borg (2003)[1]
menyatakan jenis penelitian untuk pendidikan dibagi menjadi tiga. Pertama
penelitian kuantitatif, yang terdiri dari penelitian eksperimen dan non
eksperimen. Penelitian non eksperimen terdiri dari penelitian deskriptif,
kausal komperatif dan korelasional. Kedua adalah penelitian kualitatif yang
terdiri dari studi kasus, penelitian etnografi, fenomologi, dan sejarah. Ketiga
adalah penelitian terapan yang terdiri dari penelitian evaluasi dan penelitian
tindakan.
Penelitian
korelasional merupakan ragam penelitian yang telah lama digunakan tidak hanya
dalam peneltian bahasa, tetapi juga dalam bidang psikologi, sosilogi, maupun
pendidikan secara umum. Istilah korelasional sebetulnya tidak hanya merujuk
pada bagaimana peneliti mengumpulkan data, tetapi juga berhubungan dengan jenis
penelitian, penyajian data, dan analisis yang digunakan. Penelitian
korelasional merupakan ragam penelitian yang berfokus pada analisis hubungan
antar variabel. Penelitian ini juga dapat didefinisikan sebagai studi tentang
hubungan antar variabel yang diuji melalui statistik korelasional (Gall, Gall
dan Borg, 2003)[2].
Creswell
(2008)[3]
berpendapat penelitian korelasi adalah penelitian yang memberikan kesempatan
untuk memprediksi skor tertentu karena adanya skor yang lain dan menerangkan
antar variabel. Berdasarkan pernyataan di atas ada dua kata kunci dalam
penelitian korelasional, yaitu hubungan (correlation) dan prediksi atau ramalan
(prediction). Suatu korelasi adalah uji statistik untuk menentukan kecenderungan atau
pola untuk dua (atau lebih) variabel atau dua set data bervariasi secara
konsisten.
“A correlation
is a statistical test to determine the tendency or pattern for two (or more) variabels
or two sets of data to vary consistently…”
Menurut
Gay (2000)[4]
penelitian
korelasional kadang diperlakukan
sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional
mendeskripsikan sebuah kondisi yang telah ada. Menurut dia, bagaimanapun,
kondisi yang didiskripsikan berbeda secara nyata dari kondisi yang biasanya
didiskripsikan dalam laporan diri atau studi observasi; suatu studi
korelasional mendeskripsikan, dalam istilah kuanitatif tingkatan di mana
variabel-variabel tersebut berhubungan.
Sementara
itu Ricards, Platt and Weber (1985)[5]
memberikan definisi korelasi sebagai suatu ukuran kekuatan hubungan antara dua
kumpulan data. Metode ini menggambarkan secara kuantitatif asosiasi ataupun
relasi satu variabel dengan variabel lainnya. Misalnya kita ingin mengetahui
antara nilai tes matematika sekelompoknya siswa dengan tinggi nilai ujian.
Berdasarkan definisi di atas, kata
kunci dari penelitian korelasional adalah “hubungan antar variabel.” Artinya, penelitian
ini mencoba untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan dan kualitas
hubungan.
B. Tujuan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara karakteristik seseorang atau keberadaan yang lainnya
(Donna, 1992)[6].
Penelitian korelasional atau correlational
research pada hakikatnya bertujuan untuk menentukan dan mengetahui
seberapa besar variansi-variansi pada satu faktor berkaitan dengan
variansi-variansi pada satu atau beberapa faktor lain berdasarkan koefesien
korelasi.
Berkaitan
dengan tujuan di atas, penelitian korelasional juga dapat dikatakan sebagai
sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
atau lebih (Donna: 1992)[7]. Di samping
itu, penelitian korelasional bertujuan untuk memehami hubungan antar
sifat/karakteristik orang atau entitas lainnya
Penelitian
korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus
pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami.
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif
dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik. Hasil penelitian
korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan (Zechmester,
2000)[8].
Secara khusus, tujuan penelitian korelasional adalah: (1) untuk mencari
bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel, (2) bila sudah ada
hubungan, untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar variabel, dan (3) untuk
memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti
(meyakinkan/significant) atau tidak berarti (insignificant).
Studi hubungan biasanya menyelidiki
sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor,
seperti hasil belajar sebagaimana dalam contoh di atas. Variabel yang ternyata
tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya; variabel
yang mempunyai hubungan yang tinggi disarankan untuk diteliti lebih lanjut
dengan metode kausal komparatit (expost facto) atau metode eksperimental untuk
menentukan jika hubungan tersebut adalah kausal.
Penelitian korelasi dapat dipahami
dengan mudah kalau disandingkan dengan penelitian sebab (causal), misalnya,
penelitian eksperimen. Dalam penlelitian eksperimen, peneliti berusaha
menetapkan bahwa suatu variabel menyebabkan yang lain, sedangkan dalam
korelasi, misalnya, peneliti mempertanyakan dalam bentuk “apa hubungan antara
kemampuan membaca dan penguasaan kosa kata? Bukan “apakah membaca menyebabkan
meningkatnya penguasaan kosa kata seseorang?”
Dalam penelitian korelational
peneliti mencari tujuan hubungan antara berbagai variabel yang menjadi objek
penelitian. Ada
beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengetahui tujuan dari
penelitian korelasi tersebut, yaitu: 1) apa pertanyaan peneletian, 2) dalam
konteks sperti apa penelitian dilakukan, 3) apa orientasi dari peneliti, 4) siapa
yang menjadi subjek atau partisipan dalam penelitian, berapa banyak dan
bagaimana partisipant diseleksi, dan apakah mereka memiliki karakteristik yang
relevan, 5) bagaimana variabel dinilai dan bagaimana didefinisikan dan diukur,
dan apakah cukup valid dan reliable, 6) apakah analisis korelasi dilakukakan
dengan hasil apa, 7) kesimpulan bagaimana yang ditunjukkan, dan apakah
mengeneralisasikan hasilnya adalah cocok, 8) apakah kontribusi penelitian untuk
pengetahuan social atau faktor kontekstual terhadap pembelajaran bahasa kedua,
9) bagaimana implikasi untuk pembelajaran bahasa kedua secara formal (Donna:
1992)[9]
C.
Ciri-ciri Penelitian
Korelasional
Ada beberapa
ciri utama penelitian korelasional yang harus diketahui oleh seorang calon dan
peneliti. Danim (2002)[10];
1. variabel yang
diteliti relatif rumit; tidak dapat dieksperimentasikan dan dimanipulasikan.,
2. mengukur
variabel yang berhubungan secara serentak dalam situasi realistik,
3. koefeisien
korelasi yang ingin dicari adalah positif atau negatif; signifikan atau tidak
signifikan,
4. satu atau
lebih variabel disebut variabel bebas (independent variabel (s)) dan satu atau lebih variabel terikat (dependent variabel).
Penelitian
korelasi dilakukan oleh para peneliti umumnya mempunyai beberapa tujuan, di
antaranya seperti yang disebutkan Gay (2000)[11]
“Corelational research is to investigate the extent to which variations in
one vactor corresponde with variations in one or more other factors based on
correlation coefficients”.
Di samping itu,
penelitian korelasi juga dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian
tetntang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:
a. adakah
hubungan antara dua variabel? Jika ada, kemudian diikuti dengan pertanyaan,
yaitu
b. bagaimanakah
arah hubungan tersebut? Dan selanjutnya pertanyaan
c. berapa besar
hubungan kedua variabel tersebut dapat diterangkan?
Dalam
penelitian korelasi, para peneliti biasanya hanya mendasarkan pada penampilan
variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur kondisi atau memanipulasi variabel
tersebut. Oleh karena itu, peneliti hendaknya mempunyai cukup banyak alasan
yang kuat guna mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.
D.
Jenis-jenis
Desain Penelitian Korelasional
Bertahun-tahun yang lalu, para
penulis metode penelitian menetapkan penelitian korelasional sebagai salah satu
"desain" kuantitatif. Dengan aplikasi canggih dan prosedur korelasi
yang eksplisit, penelitian korelasional mendapat tempat di antara desain-desain
yang ada dalam penelitian kuantitatif. Namun, tampaknya para ahli agak berbeda
pendapat dalam mengklasifikasi dan mengelompokkan jenis rancangan penelitian
korelasional. Shaughnessy dan Zechmeiser (dalam Emzir, 2008)[12]
menyatakan ada 5 jenis desain penelitian korelasional yaitu a) korelasi bivariat, b) korelasi regresi dan prediksi, c) regresi jamak, d) analisis factor, dan e)
korelasi yang dibuat untuk membuat kesimpulan kausal. Sementara Creswell (2008)[13]
menyatakan hanya ada dua desain utama penelitian korelasional yaitu
eksplanatori (explanatory) dan
prediksi (prediction).
1. Explanatory Research Design (Rancangan
Penelitian Penjelasan).
Adalah desain
korelasional di mana peneliti tertarik dalam dua variabel (atau lebih)
bervariasi, yaitu di mana perubahan dalam satu variabel merefleksi perubahan
variabel lain.
Berikut adalah struktur rancangan penelitian penjelasan (explanatory research
design):
a) Para peneliti
dapat mengkorelasikan dua variabel atau lebih.
b) Para peneliti
mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti ditemukan dalam administrasi
instrumen.
c) Peneliti
menganalisis semua variabel.
d) Peneliti
memperoleh setidaknya dua skor untuk masing-masing variabel.
e) Peneliti
melaporkan penggunaan statistik uji korelasi dalam analisis data.
f) Di akhir,
peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hitungan hasil tes.
2. The Prediction
Design (Rancangan Penelitian Prediksi)
Prediktor
adalah variabel yang digunakan untuk membuat prediksi tentang hasil dalam
penelitian korelasional. Hasil prediksinya itu disebut kriteria variabel.
Berikut adalah struktur rancangan dari penelitian prediksi, antara lain.
a. Para penulis
biasanya memasukan kata ‘prediksi’ di dalam judul.
b. Para peneliti
biasanya mengukur variabel prediktor pada satu titik waktu dan variabel
kriteria pada suatu titik waktu selanjutnya.
c. Para peneliti
memperkirakan kinerja masa depan.
Sebuah penelitian prediksi akan melaporkan analisa
korelasi menggunakan uji statistik korelasi. Sebagai contoh, penulis mungkin
tertarik di beberapa prediktor yang membantu menjelaskan kriteria dari setiap
variabel.
Meskipun para ahli mengelompokkan
rancangan penelitian korelasional agak berbeda, namun pada prinsipnya
pengklasifikasian tersebut hanya berpijak pada pandangan yang berbeda dan
penamaan yang berbeda. Terlebih lagi isu yang dibahas pada umumnya sama atau
hampir sama. Selanjutnya, dalam penamaannya berbagai ahli merujuk penelitian
ini sebagai penelitian "relasional"
(hubungan) (Cohen & Manion, 1994)[14],
"studi accounting-for-
variance" (Punch, 1998)[15]
atau penelitian "explanatory"
(Frankel & Wallen, 2000)[16].
Karena salah satu tujuan dasar dari bentuk penelitian korelasi ini adalah untuk
menjelaskan hubungan antara atau di antara variabel, maka akan digunakan
istilah penelitian eksplanatori.
Desain penelitian eksplanatori
adalah desain korelasional yang peneliti
tertarik pada sejauh mana dua variabel (atau lebih) bersama-bervariasi/co-vary,
yaitu, bahwa perubahan dalam satu variabel tercermin dalam perubahan yang lain.
Desain penelitian eksplanatori terdiri dari asosiasi yang sederhana antara dua
variabel (misalnya, rasa humor dan kinerja dalam bidang drama) atau lebih dari
dua (misalnya, tekanan dari teman atau perasaan isolasi yang berkontribusi
terhadap pesta). Bagaimana mengidentifikasinya sebagai penelitian korelasional
eksplanatori? Karakteristik yang umum untuk kedua desain ini adalah:
1. Desain Explanatory
Desain eksplanatori adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana dua variabel atau lebih berhubungan. Pada kenyataannya,
desain ini dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu hubungan sederhana atau simple association (Creswell, 2008)[17]
atau korelasi bivariat dan atau hubungan lebih dari dua variabel (multiple correlation). Karakteristik
desain eksplanatori adalah:
a. Peneliti mengkorelasikan dua variabel atau lebih dan melaporkan uji statistik korelasi dan
menyebutkan penggunaan beberapa variabel. Variabel ini secara khusus disebutkan
dalam pernyataan tujuan, pertanyaan penelitian, atau tabel prosedur pelaporan
statistik.
b. Peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti untuk prosedur ini
akan ditemukan dalam administrasi instrumen "in
one sitting" kepada siswa. Dalam penelitian explanatory, para peneliti
tidak tertarik baik di masa lalu atau kinerja peserta.
c. Peneliti menganalisis semua peserta sebagai satu kelompok. Dibandingkan
dengan sebuah eksperimen yang melibatkan kelompok-kelompok atau perlakuan
beberapa kondisi, peneliti mengumpulkan skor dari hanya satu kelompok dan tidak
membagi kelompok menjadi kategori (atau faktor).
d. Peneliti memperoleh setidaknya dua nilai untuk setiap individu dalam
kelompok-satu untuk setiap variabel. Dalam metode diskusi, peneliti korelasi
akan menyebutkan berapa banyak skor yang dikumpulkan dari masing-masing
peserta.
e. Peneliti melaporkan penggunaan uji statistik korelasi (atau merupakan
perpanjangan) dalam analisis data. Ini adalah fitur dasar dari jenis penelitian
ini.
f. Para peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hasil uji statistik.
Penting untuk dicatat bahwa kesimpulan tidak menetapkan hubungan sebab-akibat
(atau inferensi kausal) karena peneliti hanya dapat menggunakan kontrol
statistik (misalnya, kontrol atas variabel dengan menggunakan prosedur
statistik) daripada kontrol yang lebih ketat secara fisik mengubah kondisi
(yaitu, seperti dalam percobaan).
2. Desain Prediksi
Dalam sebuah desain prediksi, peneliti berusaha untuk mengantisipasi
hasil-hasil dengan menggunakan variabel-variabel tertentu sebagai alat
prediksi, bukan hanya berkaitan dengan dua variabel pada suatu waktu atau
kompleks seperti dalam contoh terakhir. Sebagai contoh, pengawas dan kepala
sekolah perlu untuk mengidentifikasi guru yang akan berhasil di sekolah mereka.
Untuk memilih guru yang memiliki peluang bagus untuk sukses, para administrator
dapat mengidentifikasi prediktor keberhasilan dengan menggunakan penelitian
korelasi. Desain prediksi, oleh karena itu, berguna karena membantu
mengantisipasi atau meramalkan perilaku masa depan.
Tujuan dari desain prediksi adalah untuk mengidentifikasi variabel yang akan memprediksi hasil atau kriteria. Dalam bentuk penelitian, penyelidik mengidentifikasi satu atau lebih variabel prediktor dan kriteria ( hasil) variabel. Sebuah variabel prediksi adalah variabel yang digunakan untuk membuat ramalan tentang hasil penelitian pada penelitian korelasi. Dalam kasus memprediksikan keberhasilan guru dalam sekolah, alat tes yang mungkin dipakai "mentoring" selama pelatihan guru atau "bertahun-tahun dari pengalaman mengajar". Dalam banyak penelitian prediksi, para peneliti sering menggunakan lebih dari satu variabel prediktor. Hasil yang diprediksikan dalam penelitian korelasi disebut variabel kriteria. Sebagai contoh, keberhasilan guru adalah variabel kriteria. Untuk mengidentifikasi penelitian dengan desain prediksi, karakteristiknya sebagai berikut.
Tujuan dari desain prediksi adalah untuk mengidentifikasi variabel yang akan memprediksi hasil atau kriteria. Dalam bentuk penelitian, penyelidik mengidentifikasi satu atau lebih variabel prediktor dan kriteria ( hasil) variabel. Sebuah variabel prediksi adalah variabel yang digunakan untuk membuat ramalan tentang hasil penelitian pada penelitian korelasi. Dalam kasus memprediksikan keberhasilan guru dalam sekolah, alat tes yang mungkin dipakai "mentoring" selama pelatihan guru atau "bertahun-tahun dari pengalaman mengajar". Dalam banyak penelitian prediksi, para peneliti sering menggunakan lebih dari satu variabel prediktor. Hasil yang diprediksikan dalam penelitian korelasi disebut variabel kriteria. Sebagai contoh, keberhasilan guru adalah variabel kriteria. Untuk mengidentifikasi penelitian dengan desain prediksi, karakteristiknya sebagai berikut.
b.
Penulis akan mengikutkan kata
prediksi dalam judulnya
c.
Peneliti akan mengukur variabel
predictor secara khusus pada satu
waktu, dan variabel critiria pada kesempatan lain
d.
Penulis akan memprediksikan
performance di masa datang
E. Variabel dalam Penelitian
Korelasional
Variabel adalah "karakteristik tertentu yang berbeda-beda; sedikitnya
memiliki dua nilai, dan bisanya lebih" (Smith & Glass, 1987)[18].
Variabel merupakan aspek yang sangat penting dalam penelitian korelasional.
Semakin meningkat varian, akan semakin gampang untuk memperkirakan skor dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
Yang dimaksud konstruk atau trait adalah konsep atau ide abstrak mengenai
beberapa kualitas dari seorang individu (Smith & Glass, 1987)[19].
Suatu konstruk hipotetis tidak bisa diobservasi atau diukur secara langsung.
Oleh karena itu, peneliti menjabarkan konstruk itu dalam bentuk operasional
yang bisa diukur, seperti tertuang dalam jawaban-jawaban siswa terhadap
seperangkat pertanyaan yang mengukur kecemasan dalam menulis.
Variabel-variabel yang penting dalam penelitian bahasa adalah kecakapan
berbahasa, motivasi, latar belakang kultural dan linguistik, dan sejumlah
karakteristik siswa yang lain. Variabel juga dapat berupa karakteristik guru
seperti pengalaman atau kemampuan bahasanya. Variabel juga dapat berupa
karakteristik kelas seperti komposisi etnis, ukuran kelas, atau juga dapat
berupa karakteristik satuan atau entitas lainnya seperti Perguruan Tinggi,
sekolah atau program. Banyak penelitian bahasa kedua yang melibatkan
variabel-variabel linguistik seperti penggunaan tipe/ciri-ciri wacana tertentu,
tindak ujaran atau struktur gramatikal. Melalui penggunaan teknik-teknik
korelasional, peneliti berusaha untuk mempelajari bagaimana variabel-variabel
tersebut diukur dan berkaitan satu sama lain.
Jika penelitian korelasional dalam bentuk sederhana hanya menghubungkan dua variabel, pertanyaan akan muncul jika ada lebih dari dua variabel. Dalam hal ini, kondisi penelitian bahasa penuh dengan fenomena kompleks sehingga penelitian korelasional yang sederhana tidak dapat menjawab faktor penting lainnya. Akibatnya, kebanyakan penelitian korelasional ternyata menjadi multivariat.
Jika penelitian korelasional dalam bentuk sederhana hanya menghubungkan dua variabel, pertanyaan akan muncul jika ada lebih dari dua variabel. Dalam hal ini, kondisi penelitian bahasa penuh dengan fenomena kompleks sehingga penelitian korelasional yang sederhana tidak dapat menjawab faktor penting lainnya. Akibatnya, kebanyakan penelitian korelasional ternyata menjadi multivariat.
Dalam penelitian korelasional model ini, peneliti menentukan hakikat
hubungan dan magnitude antara variabel ganda/multiple dengan melakukan sejumlah
analisis statistik yang kompleks. Penelitian yang mengambil variabel yang
kompleks demikian memiliki keuntungan lebih dari penelitian korelasional
bivariat, dalam hal potensi yang dimiliki penelitian multivariat terhadap
validitas lebih besar. Karena mempertimbangkan banyak variabel, penelitian
multivariate lebih akurat dalam merepresentasikan kompleksitas situasi
pembelajaran bahasa yang nyata..
F.
Tahapan
Penelitian Korelasional
Secara umum
langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
1. mengidentifikasi
dan merumuskan masalah
2. melakukan
studi pustaka dalam rangka pendalaman teori
3. Merancang pendekatan
yang akan digunakan termasuk mengidentifikasi variabel yang relevan dan
menenukan subjek penelitian.
4. Menyusun instrumen penelitian dan memilih metode
korelasional yang relevan.
5. Mengumpulkan
data
6. Menganalisis
data dan interpretasi
7. Dan menarik kesimpulan
dan saran, serta implikasinya.
Di sisi lain,
menurut Fraenkel, Walen, dan Hyun (2012: 363) struktur rancangan dalam
penelitian korelasi antara lain adalah memilih masalah, memilih sampel, memilih
atau mengembangkan instrumen, penentuan prosedur, mengumpulkan dan menganalisis
data, dan menginterpretasikan hasil.
G.
Analisis Data Penelitian
Korelasional
Teknik analisa korelasional ialah teknik
analisa statistik mengenai hubungan antar dua variabel atau lebih. Adapun
tujuan analisis adalah:
a. Ingin
mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang benarr antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain terdapat hubungan atau korelasi.
b. Ingin
menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika memang ada
hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan ataukah lemah
c. Ingin
memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematis), apakah hubuungan antar
variabel itu perupakan hubungan yang berarti atau meyakinkan (signifikan)
ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak meyakinkan.
Teknik analisa
korelasionalsebagaimana yang telah sedikit diungkap di atas dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu Teknik analisa Korelasional Bivariat dan Teknik Analisa
Multivariat. Sebagaimana dalam tabel
berikut:
Tabel
Pembagian Teknik Analisa Korelasional
Teknik Analisa Korelasi
Bivariat
|
Teknik Analisa Korelasi
Multivariat
|
Korelasi product moment
|
Korelasi parsial
|
Korelasi tata jenjang Spearmen
|
Korelasi Regresi Ganda
|
Korelasi tata jenjang Kendall
|
Analisis Faktor
|
Korelasi biserial
|
Korelasi Kanonikal
|
Korelasi Point Biserial
|
|
Korelasi tetrachoric
|
|
Korelasi Kontingency
|
|
Korelasi Koefesien Phi
|
|
Korelasi Koefesien Cramer
|
|
Korelasi Rasio
|
|
Pengembangan oleh penulis dari
Tuckman, B.W. (1978)[20]
Pada
prinsipnya, penelitian korelasional hanya mencari hubungan atau korelasi
(r) antar variabel. Dalam penelitian
korelasional ada dua variabel utama yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (independent variable), Variabel bebas berfungsi untuk mempengaruhi variabel
terikat atau keberadan variabel terikat bergantung pada variabel bebes. Umumnya
variabel bebas disimbolkan dengan notasi dengan huruf (X) dan variabel terikat dinotasikan dengan huruf
(Y). Misalnya mencari hubungan antar
interaksi verbal (X) kemahiran berbicara (Y) atau tingkat kecemasan (X)
dengan kualitas menulis bahasa kedua (Y). Berikut adalah pola hubungan
korelasional dalam penelitian korelasi.
Misalnya : X Y (korelasi sederhana)
X1
Y (korelasi
ganda/multiple)
X2
Atau (korelasi
ganda/multiple)
|
X1
|
Y
|
X2
|
Berdasarkan
uraian di atas, teknik analisis data
penelitian korelasional dapat dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Teknik
analisis deskriptif merupakan teknik analisis yang sederhana karena data hanya
dideskripsikan dan tidak melihat hubungan antar variabel. Pada tataran
deskriptif data hanya disajikan dalam bentuk histogram, perhitungan mean,
median modus, simpangan baku (SD), dan rentang teoritik. Analisis deskriptif
tidak menguji hipotesis.
Berbeda
dengan teknik analisis data deskriptif,
teknik inferesial sebagai teknik analisis data yang menguji hipotesis. Teknik
inferensial dikelompokan menjadi dua jenis yaitu analisis korelasional dan analisis regresi.
Uji atau analisis data korelasional dan regresi bisa bersifat sederhana maupun
ganda atau kompleks/multiple korelasi/ regresi. Perlu diingat bahwa uji prasyarat
analisis data perlu dilakukan yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji
korelasional hanya menganilisis data untuk mengetahui model/jenis/sifat hubungan (r) apakah positif
atau negatif atau signifikan atau tidak signifikan antara variabel. Uji
korelasi biasanya direpresentsi dengan rumus rxy = rxy.
Sedangkan uji
regresi pada hakekatnya adalah lanjutan dari uji korelasi. Penekanan pada uji
regresi adalah untuk memprediksi (meramal) variabel terikat bila variabel bebas
telah diketahui.
Sedangkan
rumus uji regresi adalah Y = a + bx atau
X = p +qY. Secara grafik teknik analisis data penelitian
korelasional dapat digambarkan sebagai berikut.
Uji hubungan korelasional
|
Deskriptive
|
Inferensial
|
Korelasional
|
Regresi
|
Sederhana
|
Ganda/multiple
|
Histogram
|
Mean
, perhitungan mean
|
Median
|
Modus
|
Simpangan Baku
|
H.
Validitas dan
Realibilatas dalam Pengukuran Penelitian Korelasi
Data
penelitian korelasi umumnya dikumpulkan dengan berbagai penilaian kecakapan
berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis), tes kemampuan akademis,
observasi kuantitas penggunaan bahasa kuisioner dan skala sikap.
Pada hakikatnya,
penelitian korelasi adalah kuantitatif. Suatu konsep/ide diukur dengan
menggunakan teknik yang menghasilkan angka-angka. Angka-angka ini yang dianggap
mewakili konseo/ide kemudian dianalisis. Pengukuran yang valid dan reliabel
sangat penting dalam penelitian korelasi.
1.
Validitas
Masalah
validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang
dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Suatu skala
atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Terkandung di
sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada
kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan
tepat. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang
digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Sisi lain dari
pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang
valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa
pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang
sekecil-kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain.
Validitas yang
umum dipakai adalah Content, Criterion
dan Construct,:
a. Validitas isi
(Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen
mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur
mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Pengukuran
motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep
motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Penentuan validitas isi
terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia
berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang
menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa
sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas
rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.
b. Validitas
kriteria (Criterion validity). Adalah validasi suatu instrumen dengan
membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan
reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka
instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas
kriteria yaitu :
1) Validitas
konkuren (Concurrent validity),
2) Validitas
ramalan (Predictive validity),
Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen
pengukuran untuk mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian
dibandingkan dengan instrumen pengukuran lain untukkonstruk yang sama. Validitas
ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran memprediksi secara tepat
dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Contohnya apakah test masuk
sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah
terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi
belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai
validitas ramalan.
3)
Validitas konstruk (Construct Validity).
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas
konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur
dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel
validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas
cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur
termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
2.
Reliabilitas
Syarat lain
yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Reliabilitas suatu
alat pengukur derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya.
Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian
dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat
mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti
semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat
menyatakan dalam suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes
kembali.
Reabilitas berarti keakuratan atau
kekonsistenan pengukuran. Banyak hal yang dapat mengurangi keakuratan
pengukuran. Dalam mengukur program bilingual, misalnya, siswa kelas dua
mengikuti tes tertulis mengenai konsep diri. Tes diberikan oleh guru kepada
sekitar 20 siswa. Beberapa orang siswa sibuk melingkari jawaban pada lembaran
yang salah. Hal ini dapat menjadi sumber ketidak sahihan pengukuran.
Dalam membaca dan menilai penelitian
korelasi, sangat perlu diperhatikan ketercukupan pengukuran. Bagaimana
melakukan itu? Pertama, peneliti menunjukkan bukti bahwa pengukuran yang telah
mereka gunakan sahih dan handal. Bukti-buktinya bisa bisa juga berasal dari
penelitian sebelumnya. Tambahan lagi, bukti kesahihan dan kehandalan pengukuran
harus dijelaskan pada laporan penelitian. Ini penting karena bisa saja ukuran
yang cukup bagi suatu kelompok siswa menjadi tidak cukup pada siyuasi lain.
I.
Kriteria Untuk
Menganalisis Penelitian Korelasi
Pertanyaan di
bawah ini dapat digunakan untuk membaca dan mengevaluasi penelitian yang
menggunakan teknik korelasi
1. Apa pertanyaan
penelitiannya?
2. Dalam konteks
apa penelitian dilaksanakan?
3. Apa orientasi
teoritis peneliti?
4. Siapa yang
menjadi subjek dalam penelitian? Berapa orang jumlah dan bagaimana memilih
subjek? Apa karakteristik mereka yang relevan?
5. Variabel apa
saja yang dinilai? Bagaimana variabel di jelaskan dan diukur?
6. Korelasi
analisis apa yang ditampilkan dan apa hasilnya?
7. Kesimpulan apa
yang diambil?
8. Apa kontribusi
penelitian terhadap pengetahuan atau pembelajaran?
9. Apa implikasi
pembelajaran dalam konteks formal?
J.
Teknik
Analisis Data Korelasional
Teknik
analisa korelasional – sebagaimana yang telah sedikit diungkap di atas - dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Teknik analisa Korelasional Bivariat dan
Teknik Analisa Multivariat.
Teknik
korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel,
sedangkan efek variabel ketiga ditekan. Teknik korelasi ganda digunakan untuk
menentukan hubungan antara satu variabel bebas dengan beberapa variabel bebas
yang telah digabung. Teknik korelasi kanonikal digunakan apabila variabel terikatnya
terdiri atas sub-sub variabel. Teknik analisis factor digunakan untuk
mengelompokkan sejumlah variabel menjadi beberapa kelompok atau variabel baru.
Bila
dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefesien korelasi. Suatu koefesien
korelasi disimbolkan dengan angka decimal, antara 0,00 dan +1,00, atau –0,00
dan –1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefesien
mendekati +1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang
tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel
lain. Dan seseorang dengan skor rendah pada satu variabel akan memiliki skor yang
rendah pada sutau variabel yang lain. Suatu peningkatan pada suatu variabel
berhubungan /diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika
koefesien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu
variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain.
Jika
koefesien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang
sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seorang dengan skor tinggi pada
suatu variabel akan memiliki skor rendah pada variabel lain. Peningkatan pada
suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan
sebaliknya.
Interpretasi
suatu koefesien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan
kata lain seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan
perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki hubungan yang
dihipotesiskan, suatu koefesien korelasi diinterpretasikan dalam istilah
signifikansi statistiknya. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefesien
yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan sutau
hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan. Keputusan berdasarkan
signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan.
Jadi,
berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, seorang peneliti tidak diperkenankan
untuk secara langsung menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada
hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi dapat dikatakan bahwa secara
probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Sementara, untuk menentukan
signifikansi statistik maka harus dikonsultasikan pada tabel yang dapat
mengatakan tentang sebeberapa besar koefesien yang diperlukan untuk menjadi
signifikan pada level probabilitas dan ukuran sampel yang diberikan. Untuk
level probabilitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefesien yang
besar diperlukan bila sampel yang lebih kecil dilibatkan. Secara umum, memiliki
lebih banyak bukti dalam koefesien yang didasarkan pada 100 subjek daripada 10
subjek.
Ketika
penginterpretasian suatu koefesien korelasi dilakukan, peneliti harus selalu
ingat bahwa dia hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab
akibat (Causal Correlation).
Koefesien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat
tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubungan sebab
akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara
dua variabel, hal itu sering menjadi pemicu untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan
yang lain. Dalam kenyataannya, itu hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi;
mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
(Emzir, 2010)[21].
Di
atas telah disinggung sedikit mengenai beberapa teknik analisa korelasional
baik yang berupa bivariat maupun yang multivariate. Dalam pembahasan di sub bab
ini hanya akan diKorelasi Tata Jenjang, dan Korelasi Point Biserial.
1.
Korelasi
Product Moment
Product Moment Correlation
atau Product of the Moment Correlation
adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap
kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang
karenanya sering disebut dengan istilah Teknik Korelasi Pearson. Sedangkan
disebut Product Moment Correlation
karena koefesien korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari
moment-moment variabel yang dikorelasikan (Product
of the moment).
Teknik
ini digunakan ketika berhadapan dengan kenyataan seperti; variabel yang
dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat continue, sampel yang
diteliti mempunyai sifat homogen atau mendekati homogeny, dan regresinya
merupakan regresi linier. Adapun lambang yang digunakan adalah “r” dan angka
indeksnya dengan huruf kecil dari huruf-huruf yang dipergunakan dalam
variabel-variabel. Misalnya variabel X dan variabel Y, maka angka indeks
korelasinya diberi lambang rxy.
Sementara
untuk memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks korelsi “r” Product Moment ini adalah 1) dengan cara
sederhana (kasar) dan 2) dengan jalan berkonsultasi pada tabel Nilai “r”
Product Moment. Dengan
cara sederhana dapat digunakan pedoman atau ancer-ancer sebagai berikut:
Besarnya “r” product Moment (rxy)
|
Interpretasi
|
0,00 – 0,20
|
Antara Variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat
rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi
|
0,20 – 0,40
|
Antara Variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi yang lemah atau rendah
|
0,40 – 0,70
|
Antara Variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi yang sedang atau cukup
|
0,70 – 0,90
|
Antara Variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
|
0,90 – 1,00
|
Antara Variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
|
Cara
kedua adalah dengan mengkonsultasikan pada tabel “r”..
df.
(degrees of
freedom)
Atau
db (derajat bebas)
|
Banyaknya
variabel yang dikorelasikan
|
|
2
|
||
Harga
“r” pada taraf signifikansi
|
||
5%
|
1%
|
|
1
|
0,997
|
1,000
|
2
|
0,950
|
0,990
|
3
|
0,878
|
0,950
|
4
|
0,811
|
0,917
|
5
|
0,754
|
0,874
|
6
|
0,707
|
0,834
|
7
|
0,666
|
0,798
|
8
|
0,632
|
0,765
|
9
|
0,602
|
0,735
|
10
|
0,576
|
0,708
|
11
|
0,553
|
0,684
|
12
|
0,532
|
0,661
|
13
|
0,514
|
0,641
|
14
|
0,497
|
0,623
|
15
|
0,482
|
0,606
|
16
|
0,468
|
0,590
|
17
|
0,456
|
0,575
|
18
|
0,444
|
0,561
|
19
|
0,433
|
0,549
|
20
|
0,423
|
0,537
|
Apabila
cara kedua ini yang ditempuh, prosedur yang harus dilalui secara berturut-turut
adalah:
a. Membuat
hipotesa Ha (hipotesa alternative) dan Ho (hipotesa Nihil (Nul));
Contoh hipotesanya:
Ha: “Ada (terdapat) korelasi
positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X dan variabel Y
Ho: “Tidak ada (tidak
terdapat) korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X dan
variabel Y
b. Menguji
kebenaran atau kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan
Tujuannya
untuk mengetahui kebenaran apakah Ha atau Ho dengan jalan membandingkan
besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi
(ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam
tabel Nilai “r” Product Moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari
derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya 9df) yang rumusnya adalah:
df = N – nr
df = degrees of freedom
N = Number of class
nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan
Dengan diperolehnya db atau df maka dapat
dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” Product Moment, baik
pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Jika ro sama dengan atau lebih besar dari
pad art maka Hipotesa alternative (Ha) diterima berarti memang benar antara
variabel X dan variabel Y ada hubungan yang signifikan, dan sebaliknya Ho
ditolak. Selanjutnya adalah
menghitung dan memberikan intepretasi
terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment.
a. Rumus
Apabila dalam mencari angka indeks korelasi
“r”, perhitungannya didasarkan pada Deviasi Standar dari data yang sedang
dicari korelasinya maka rumusnya adalah:
rxy = ∑xy
N.SDx.SDy
b. Langkah-langkah
1) Menyiapkan
tabel kerja atau tabel perhitungan, yang terdiri dari delapan kolom. Pada kolom 1 dimuat Subjek Penelitian; kolom 2
memuat skor variabel X; kolom 3 memuat skor Y; kolom 4 memuat deviasi sekor
variabel X terhadap Mean Groupnya (Mx); Kolom 5 memuat deviasi skor variabel Y
terhadap Mean Groupnya (My); kolom 6 memuat hasil perkalian antara deviasi x
(yaitu x2) dan kolom 8 memuat hasil pengkuaadratan deviasi y (yaitu
y2).
2)
Menghitung Mean dari variabel X (yaitu Mx)
dengan menggunakan rumus :
3) Menghitung
Mean dari variabel Y (yaitu My) dengan menggunakan rumus:
4) Menghitung
Deviasi Standar variabel X (yaitu SDx) dengan menggunakan rumus:
SDx =
5) Menghitung
Deviasi Standar variabel Y (yaitu SDy) dengan menggunakan rumus:
SDy =
6)
Menghitung angka Indeks Korelasi antara
variabel X dan variabel Y (yaitu rxy), dengan menggunakan rumus:
rxy =
Adapun untuk menentukan
koefesien korelasi, terdapat tiga macam
1) Rumus
1
rxy =
2) Rumus
2
rxy=
3)
Rumus 3
rxy =
2. Korelasi
Tata jenjang
Korelasi tata jenjang yang disebut dalam
istilah bahasa inggris Rank Difference
Correlation atau Rank-Order
Correlation, digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala yang
kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang. Teknik ini menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Spearmen, sebagai berikut:
Rho
xy = 1 -
Artinya :
Rho
xy = koefesien korelasi tata jenjangD = Difference. Sering digunakan juga B singkatan dari Beda.
D adalah beda antara jenjang setiap subjek
N = Banyaknya subjek
3.
Point
Bisereal Correlation
Point
Bisereal Correlation atau korelasi point
biserial digunakan apabila kita hendak mengetahui korelasi antara dua variabel,
yang satu berbentuk variabel kontinu, sedang yang lain variabel diskrit murni.
Misalnya ingin mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan inteligensi, kemampuan
berpidato atau prestasi belajar.
Hasil perhitungan
dengan korelasi point biserial dapat dikonsultasikan ke tabel “r” hasil
korelasi product Moment. Rumusnya adalah sebagai berikut:
rpbis
=
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, W. John.2008. Educational Reaserch Design: Planning, Conducting, and
Evaluation,Quantitative Research 3thed. Pearson: New Jersey
Danim, Sudarwan, 2002. Menjadi Penelitian Kualitatif, ed.4. Rake Sarasin: Yogyakarta.
Donna, M.Johnson. 1992. Approach to Research in Second Language Learning. Longman.
Emzir. 2008. Metode
Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, and Walter Borg. 2003. Educational research : an Introduction.
Boston : pearson education Inc.
Gay, L. R. & Airasian, Peter. 2000. Educational Research: Competencies for
Analysis and Application. London: Prentice-Hall International (UK) ltd.
Tuckman, B.W. 1978. Conducting
Educational Research. New York: Harcout Brace Jovanovich, Publisher
Zechmeister & Shaughnessy. 2000. Research Methods in
Psychology, 5/e Chapter 4: Correlational Research: Surveys. (Online Learning
Center). http://www.mhhe.com/socscience/psychology/shaugh/ch04_summary.html.
Lampiran
HUBUNGAN PENGUASAAN GRAMATIKAL,
PEMAHAMAN BUDAYA PRANCIS, DAN KOMPETENSI KOMUNIKATIF DENGAN KINERJA MENGAJAR
GURU BAHASA PRANCIS SMA
R. EKO DJUNIARTO No. Reg: 7317030501
Program Studi: Pendidikan Bahasa
masalah penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Apakah terdapat hubungan penguasaan
gramatikal dengan kinerja mengajar guru bahasa Prancis SMA?
(1) Apakah
terdapat hubungan pemahaman budaya Prancis dengan kinerja mengajar guru bahasa
Prancis SMA?
(2) Apakah
terdapat hubungan kompetensi komunikatif dengan kineija mengajar guru bahasa
Prancis SMA?
(3) Apakah
terdapat hubungan penguasaan gramatikal, pemahaman budaya, dan kompetensi
komunikatif dengan kinerja mengajar guru bahasa Prancis SMA?
Hasil
Melalui pengujian keempat hipotesis
yang diajukan, baik dalam pengujian regresi maupun pengujian korelasi dapat
disimpulkan baflWai terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan
berpikir kritis (X ), kemampuan analisis wacana (X ), penguasaan sintaksis
bahasa Inggris (X3) dengan keterampilan menulis akademik bahasa Inggris (Y) baik secara sendiri-
sendiri, maupun secara bersama- sama.
Keempat variabel yang diuji dengan
analisis regresi menunjukkan garis regresi linier dan signifikan. Hal demikian
berdasarkan hasil uji linieritas yang menunjukkan Fhltung < Ftabel Demikian
pula, uji signifikansi di mana
Pengujian hipotesis keempat variabel
pula menunjukkan hasil positif dan sangat signifikan. Korelasi positif dan
signifikansi korelasi di mana hasil analisis melalui korelasi Product Moment
dengan koefisien (R) rh > ■"tebal
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SOSIAL, PERSEPSI TENTANG KEMAMPUAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN, DAN MINAT TERHADAP BAHASA ARAB DENGAN HASIL BELAJAR BAHASA ARAB
SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI SE JAKARTA TIMUR
SYAIPULLOH
No. Reg.: 7117010981 Program Studi: Teknologi Pendidikan
No comments:
Post a Comment