Saturday, October 20, 2012
Mk. Dasar-Dasar Agronomi Praktikum : Rabu, pkl. 07.00- 10.00 WIB
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR AGRONOMI (AGH 200)
TUMPANGSARI
ANTARA JAGUNG MANIS DENGAN KACANG TANAH
Asisten Praktikum:
Uli Khusna Inayati A240539081
Disusun oleh :
Kelompok T4-4 :
1. Munandar Irfanda ( A24080062 )
2. Yusak ( A24080079 )
3. Emilia Tri Widyastuti ( A24080122 )
4. Adisty Rizkyarti ( A24080164 )
5. Muhammad Hilal ( A24080172 )
6.Gusti Eman Ayu S.J ( A24080185 )
7. Fatchah Sakinah ( G24080048 )
DEPARTEMEN AGRONOMI & HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009/2010 i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan
nikmatnya- nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Dasar-dasar
Agronomi ini dangan baik.
Laporan ini merupakan laporan tertulis dari percobaan yang telah
dilakukan di Kebun Percobaan Leuikopo, dan Kebun Percobaan Cikabayan.
Laporan ini dimaksudkan sebagai salah satu penyelesaian kompetensi mahasiswa
terhadap mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi. Laporan ini dibuat secara tertulis
pada akhir praktikum oleh tiap-tiap kelompok perlakuan. Namun, data yang
digunakan berasal dari data seluruh perlakuan dalam satu judul percobaan.
Laporan ini terdiri atas tiga bagian yang dijilid dalam satu berkas laporan. Bagian
pertama membahas mengenai identifikasi tanaman perkebunan. Bagian ini
membahas tentang berbagai jenis dan karakteristik tanaman perkebunan yang
diamati di Kebun Percobaan Cikabayan. Bagian dua membahas mengenai
praktikum budidaya tanaman yang dilakukan di Kebun Percobaan Leuikopo.
Sedangkan bagian tiga membahas mengenai budidaya tanaman dalam wadah.
Bagian ini membahas metode pelaksanaan budidaya tanaman dalam wadah.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada para dosen pembimbing
praktikum Dasar- Dasar Agronomi yang telah memberikan penjelasan saat akan
dilaksanakannya praktikum dan memberikan penjelasan mengenai penyusunan
laporan sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu tim
penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada para asisten praktikum yang
telah membimbing, mengajarkan dan membantu dalam pelaksanaan praktikum.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada tukang kebun yang telah
menyiapkan semua alat-alat percobaan sehingga praktikum kami dapat terlaksana
dengan baik.
Mengingat laporan yang kami susun ini belum dapat dikatakan sempurna,
oleh karena itu kam selaku tim penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sekiranya dapat membantu penyempurnakan dari laporan ini agar laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua, amin.
Bogor, 7 Januari 2010
Tim Penyusun ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………………. ii
Daftar Tabel dan Grafik…………………………………………………….. iii
Daftar Gambar………………………………………………………………... iv
A. B. Identifikasi Tanaman Perkebunan…………………………………… 1
B. Tumpangsari Antara Jagung Manis dengan Kacang Tanah…………... 9
I. PENDAHULUAN………………………………………………………. 9
A. Latar Belakang ……………………………………………………... 9
B. Tujuan ………………………………………………………………. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA... ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... .... ... ... ... ... ... ... 11
III.BAHAN DAN METODE ……………………………………………. 20
A. Waktu dan Tempat …………………………………………………. 20
B. Alat dan Bahan ……………………………………………………... 20
C. Metode Pelaksanaan ……………………………………………… 21
D. Pengamatan ………………………………………………………… 22
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….. 24
V.KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 14
VI. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 15
C. Budidaya Tanaman Perkebunan ………………………………………... 20
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 31
Lampiran ……………………………………………………………………... 32 iii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Daftar Tabel
Daya kecambah Tanaman Jagung Manis dan Kacang Tanah………………….. 6
Indeks Luas Daun Tanaman.………………………………………………………… 10
Data Hasil Panen Tanaman Jagung Manis……………………………………...... 11
Data Hasil Panen Tanaman Kacang Tanah………………………………………. 11
Daftar Grafik
Pertumbuhan Daun Jagung Manis……………………………………………........ 7
Pertumbuhan Batang Jagung Manis……………………………………………….. 7
Pertumbuhan Lingkar Batang Tanaman Jagung Manis………………………….. 8
Pertumbuhan Daun Kacang Tanah………………………………………………… 8
Pertumbuhan Cabang Kacang Tanah…………………………………………........ 9
Tinggi Tanaman Kacang Tanah………………………………………………......... 9
Produksi Jagung Manis/hektar………………………………………………………. 12
Produksi Kacang Tanah/hektar……………………………………………………… 12
1
DAFTAR GAMBAR
Kopi……………………………………………………………………………………. .. 2
Kelapa……………………………………………………………………………. …. .. 3
Cacao……………………………………………………………………………………. 4
Sawit ………………………………………………………………………………….. 5
Teh ……………………………………………………………………………………. 5
Karet …………………………………………………………………………………… 6
Deskripsi Jagung 2.1 ………………………………………………………………… 11
Jagung hybria di lahan……………………………………………………………….. 12
Jagung hiibrida bertongkol 2………………………………………………………….12
Denah Petak Percobaan.……………………………………………………….......... 18
Albasia/sengon………………………………………………………………………… .35
Mahoni ……………………………………………………………………………….. 36
Srikaya …………………………………………………………………………………. 36
Jambu Biji………………………………………………………………………………. 37
lahan sebelum ditanam………………………………………………………………....52
lahan tumpansari jagung dan 2 baris kacang tanah ………… … … … … … … ..52
pengamatan kelompok terhadap lahan………………………………………………..52
pengukuran sample oleh praktikan ………… ..……………………………………. .52
kacang tanah … … … … … … .. … … .. … … …………………………………..52
2
BAGIAN I
IDENTIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di Cikabayan, tentang
identifikasi tanaman perkebunan telah diamati beberapa tanaman yang
dijadikan perwakilan sebagai contoh. Tanaman perkebunan adalah tanaman
yang. Tanaman yang dijadikan pengamatan diantaranya adalah kopi, cacao,
kelapa sawit, kelapa, the dan karet.
Kopi merupakan produk yang paling diminati oleh seluruh orang yang
ada di dunia dan salah satu produk yang dikembangkan di daerah Jawa Barat.
Kopi arabika dianggap lebih baik dan bermutu tinggi dibandingkan kopi
robusta. Beberapa usaha untuk merebut peluang pasarkopi antara lain dengan
pengambangan kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, perluasan dan
rehibilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika. Dibutuhkan
pula, usaha pemilihan kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang
relative baik serta tahan terhadap penyakit karat daun.
Pada kelapa dapat dikelompokan menjadi, kelapa dalam, kelapa
genyah, dan kelapa hibrida. Beberapa komoditi yang dihasilkan kelapa antara
lain batang, daun, nira dan buahnya. Tanaman yang diidentifikasi selanjutnya
adalah kelapa sawit yang merupakan tumbuhan industry yang penting dan
menghasilkan minyak masak, minyak industry, dan biodesel (bahan bakar).
Penyebaranya di daerah Sumatera, Aceh, Jawa, dan Sulawesi. Kelapa sawit ini
berbentuk hampir menyerupai tanaman salak tetapi durinya tidak terlalu keras
dan tajam.
Cacao yang sering dikenal coklat dalam bentuk bahan jadinya setelah
mengalami proses pengeringan. Warna buah matangnya berwarna kekuningan,
dan dalamnya biji coklat tersebut dilapisi oleh plasenta, yang bisa juga
dikonsumsi apabila tidak melakukan proses lanjut. Selanjutnya adalah teh
yang sudah memasyarakat di mata dunia. Terdapat beberapa jenis teh dalam
produk jadinya antara lain teh celup, teh seduh, teh yang dipres, teh stik, dan
teh instan. Biasanya teh ini tumbuh didataran tinggi, dan dapat disebut sebagai
perkebunan teh. Tanaman terakhir adalah karet, dimana karet ini juga
memiliki daya ekonomi yang cukup tinggi. Karet memiliki lateks (cairan
putih) yang mengandung polimer hidrokarbon. Senyawa tersebut pada suhu
normal akan tidak berbentuk (amorf), pada suhu rendah karet akan
mengkristal dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang , searah
dengan sumbu panjangnya.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui berbagai jenis tanaman perkebunan khuswusnya yang
terdapat di Cikabayan. Mengenal dan mempelajari berbagai tanaman
perkebunan dengan cara mengidentifikasinya, kopi, kelapa, kelapa sawit,
karet, cacao, dan teh. Mengetahui berbagai kendala dan fungsi dari macam-
macam tanaman perkebunan setelah mengidentifikasinya. 3
Dengan seperti itu mahasiswa dapat mengetahui dasar dari pengetahuan
yang telah didapatkan pada saat mengidentifikasi sebelum ke tempat yang
merupakan perkebunan besar, jika melakukan sebuah observasi ataupun
penelitian disana.
BAB II
METODE OBSERVASI
Praktikum dilaksanakan pada Rabu, 16 Desember 2009 di Kebun
Percobaan Cikabayan. Pada saat praktikum, para mahasiswa dibagi menjadi tiga
kelompok. Masing-masing kelompok dipandu oleh dua orang dosen pembimbing
dan seorang asisten praktikum. Asisten praktikum berperan dalam menjelaskan
karakteristik dan metode budidaya tanaman perkebunan. Hasil praktikum didapat
dari penjelasan asisten praktikum yang disesuaikan dengan pengamatan langsung
dilapangan.
Lokasi observasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pertama
mengobservasi tanaman teh. Bagian kedua, mengobservasi tanaman kakao dan
karet. Sedangkan bagian ketiga, mengobservasi tanaman kelapa sawit, kelapa, dan
kopi.
Metode yang digunakan untuk observasi adalah sistem rolling,
mendengarkan penjelasan asisten, dan observasi tanaman secara langsung.
Tanaman yang diobservasi pada praktikum ini adalah tanaman kopi, kelapa,
kakao, kelapa sawit, teh, dan karet.
BAB III
ISI
Praktikum mengenai identifikasi tanaman perkebunan dilaksanakan di
Kebun Percobaan Cikabayan pada tanggal 16 Desember 2009. Pada praktikum
tersebut dibahas mengenai karakteristik dan metode budidaya beberapa tanaman
perkebuanan. Tanaman yang dibahas pada praktikum tersebut adalah tanaman
kopi, kelapa, kakao, kelapa sawit, the dan karet. Berikut adalah penjabaran dari
masing-masing tanaman yang dibahas pada praktikum identifikasi tanaman
perkebunan di Kebun Percobaan Cikabayan.
1. KOPI
Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor
yang cukup menggembirakan karena mempunyai
nilai ekonomis yang relativ tinggi di pasaran dunia,
di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu
komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa
Barat. Tanaman kopi jenis arabika sat ini mempunyai
nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan
dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990
harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi
Robusta 0,83U$D/Kg. Maka, kopi terbagi ke dalam
dua jenis (spesies) yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Dari kedua jenis tersebut
Arabika lebih unggul dari Robusta. Tetapi, di sisi lain Arabika mulai langka dan 4
menyebabkan banyaknya permintaan dari kopi jenis Robusta yang rasanya lebih
pahit dan asam dibandingkan dengan kopi Arabika. Sehingga harga kopi Robusta
cenderung lebih murah. Salah satu jenis kopi yang harganya mahal dan tidak biasa
adalah sejenis Robusta di Indonesia yang dinamakan kopi luwak. Kopi ini
dikumpulkan dari kotoran luwak, yang proses pencernaanya memberikan rasa
yang unik dan sedap. Maka, untuk saat ini dibutuhkan pemuliaan untuk
meningkatkan produktivitas kopi arabika ditekankan untuk mendapatkan varietas
toleran penyakit karat daun berperawakan katai. Pengembangan tanaman kopi
Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari
kopi Robusta menjadi kopi Arabika. Peremajaan adalah usaha menggantikan
tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya
rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan
produktivitas yang tinggi. Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di
areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kopi. Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk
memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya
meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi tanaman yang telah
berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan penyakit serta
kekeringan yang akan akan mengakibatkan produktivitas tanaman per hektar
rendah atau tidak menguntungkan untuk diusahakan. Hama dan penyakit yang
terdapat dalam kopi :
- Hama Bubuk Buah penyebab adalah sejenis kumbang kecil,
menyerang buah muda dan tua. Pengendalian dengan mekanis yaitu
dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis
dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis
dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion,
Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.
- Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus). Menyerang/menggerek
cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi. Daun menjadi kuning
dan rontok kemudian cabang akan mongering. Pengendalian sama
seperti pada hama bubuk buah
- Penyakit Karat Daun. Penyebab adalah sejenis Cendawan. Tanda
serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah
daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian
daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam
kering
2. KELAPA
Kelapa merupakan family Arecaceae dengan
genus cocos dan mempunyai nama spesies Cocos
nucivera. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut,
tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air
kelapa dan lembaga. Tiga spesies yang dimiliki kelapa
antara lain kelapa dalam, kelapa genyah dan kelapa
hibrida. Batang kelapa dalam lebih tinggi juka
dibandingkan dengan kelapa Genyah. Kelapa dalam 5
juga memiliki beberapa jenis seperti kelapa yang berada di Afrika Barat, Afrika
Tengan dan Bali. Berbeda dengan kelapa genyah yang batangnya tidak seberapa
tinggi tetapi dapat berbuah banyak, serta menghasilkan sari minyak yang tinggi.
Berbagai jenis kelapa genyah antara lain, Malaya Kuning, Malaya Merah dan Nias
Kuning. Untuk mendapatkan hasil terbaik maka dilakukan perkawinan silang
antara kelapa hibrida dan kelapa genyah yang sering disebut kelapa hibrida,
memiliki batang yang cukup tinggi dan buah yang banyak. Dapat dibilang kelapa
memiliki fungsi dari setiap bagian tubuhnya.
Ada beberapa komoditi yang dapat diperoleh dari pohon kelapa, yaitu
batang, daun, nira dan bagian-bagian. Batang kelapa tua dapat dijadikan bahan
bangunan, mebel, jembatan darurat, kerangka perahu dan kayu bakar, Kayu dari
pohon kelapa yang dijadikan mebel dapat diserut sampai permukaannya licin
dengan tekstur yang menarik. Daun kelapa digunakan untuk hiasan atau janur,
sarang ketupat dan atap. Tulang daun atau lidi dijadikan barang anyaman, sapu
lidi dan tusuk daging (sate). Nira juga dapat dikemas sebagai minuman ringan.
Sabut kelapa yang telah dibuang gabusnya merupakan serat alami yang berharga
mahal untuk pelapis jok dan kursi, serta untuk pembuatan tali. Tempurung kelapa
dapat dibakar langsung sebagai kayu bakar, atau diolah menjadi arang. Daging
kelapa muda dapat dijadikan campuran minuman cocktail dan dijadikan selai. Air
kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kecap dan sebagai media
pada fermentasi nata de coco.
3. CACAO
Kakao dengan bahasa latin Theobroma cacao .
Kakao banyak ditemukan di daerah dataran tinggi.
Kakao banyak digunakan untuk pembuatan makanan
enak seperti coklat. Masa pembuahan dari kakao
sendiri selama 4 bulan dan merupakan tumbuhan
menyerbuk. Terdapat kakao yang memiliki batang
(kaki) yang besar dan biasa disebut kaki gajah.
Penyerbukan kakao terjadi pada malam hari dengan
bantuan lalat forcipormia. Varietas kakao ada tiga
yaitu :
1. Criolo
merupakan varietas yang paling bagus tetapi, rentan terhadap serangan hama,
2. Forastero
kualitas sedang tapi tahan terhadap hama,
3. Trinitario
merupakan hibrida dari criolo dan forastero.
Warna buah kakao bila masih muda adalah hijau dan ketika sudah matang
biasanya berwarna kuning. Bijinya dilindungi oleh plasenta berwarna putuh, dan
plasenta tersebut bisa kita makan apabila tidak ada pengolahan lebih lanjut
menjadi coklat. Pada pasca panen pulp tersebut difermentasi selama kurang lebih
tiga hari kemudian, biji dikeringkan. Hasil jadi sebuah kakao adalah bahan
makanan yang sering kita konsumsi yaitu coklat.
6
4. SAWIT
Bahasa latin sawit adalah Elais guinensis.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri
penting penghasil minyak masak, minyak industri,
maupun bahan bakar (biodiesel). Penampilannya
yang sekilas mirip dengan pohon salak yang memiliki
diri di setiap batangnya. Sawit memiliki akar nafas
yang berguna untuk mendapat tambahan aerasi.
Monoceus diclin merupakn cirri dari kelapa
sawit,karena memiliki bunga jantan dan bunga betina
yang terpisah dalam satu pohon. Bunga jantan
memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga
betina terlihat lebih besar dan mekar. Seperti jenis palma lainnya, daunnya
tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna
sedikit lebih muda. Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female
steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih
unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji merupakan endosperma dan embrio
dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang biak
dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan
berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Penangkar
seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri
dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri
kosmetika. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya
dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan
sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan
sebagai bahan bakar dan arang.
5. TEH
Bahasa latinnya adalah Camellia
sinensis.Tanaman teh umumnya ditanam di
perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat
tumbuh pada ketinggian 200 - 2.300 m dpl. Teh
berasal dari kawasan India bagian Utara dan
Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh
yang terkenal, yaitu var. assamica yang berasal 7
dari Assam dan var. sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica daunnya
agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih
kecil dan ujungnya agak tumpul. Pohon kecil, karena seringnya pemangkasan
maka tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping
setinggi 5 - 10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak, berkayu,
bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya
elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan
menyirip, panjang 6 - 18 cm, lebar 2 - 6 cm, warnanya hijau, permukaan
mengilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi
satu, berkelamin dua, garis tengah 3 - 4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala
sari berwarna kuning, harum. Buahnya buah kotak, berdinding tebal, pecah
menurut ruang, masih muda hijau setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1 - 3.
Pucuk dan daun muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh.
Perbanyakan dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan.
6. KARET
Nama latin dari karet adalah Havea
brassiliensis. Havea brasiliensis yang berasal dari
Negara Brazil. Karet adalah polimer hidrokarbon yang
terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Pada
suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu
rendah ia akan mengkristal. Jumlah biji biasanya ada
tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran
biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman
dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan
sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar
tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman
yang tumbuh tinggi dan besar. Dengan meningkatnya suhu, karet akan
mengembang, searah dengan sumbu panjangnya. Penurunan suhu akan
mengembalikan keadaan mengembang ini. Inilah alasan mengapa karet bersifat
elastic. Syarat pertumbuhan, suhu udara 240C - 280C.Curah hujan 1.500-2.000
mm/tahun, penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari, Kelembaban tinggi, kondisi
tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas, tanah ber-pH 5-6 (batas
toleransi 3-8), ketinggian lahan 200 m dpl. Panen, penyadapan pada umur + 5
tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 tahun. Penyadapan pertama dilakukan
setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan sadap pertama 130 cm dan
bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi. Hal yang perlu diperhatikan
dalam penyadapan antara lain: Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas
kekanan bawah, membentuk sudut 300. Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5-2 mm.
Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm. Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00-
7.30 pagi. Dalam penyadapan dapat dilakukan dengan cara melukai kulit
batangnya sehingga keluar cairan kental yang kemudian ditampung. Cairan ini
keluar akibat tekanan turgor dalam sel yang terbebaskan akibat pelukaan. Aliran
ini akan berhenti apabila semua isi telah habis dan luka tertutup oleh lateks yang
membeku. Hama dan penyakit pada karet adalah.
8
a. Hama
a.Kutu Tanaman (Planococcus citri)
Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun
muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian:
Menggunakan BVR atau Pestona.
b. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)
Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal
dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona
b. Penyakit
a. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah
(Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium
salmonicolor),
b. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora),
Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
c. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora
palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
d. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit
colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora
(Jamur Phytophthora botriosa)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Tanaman perkebunan memiliki kekhasannya masing-masing dalam segi
morfologi maupun fungsinya untuk memenuhi kebutuhan mkhluk hidup.
Seperti pada tanaman kelapa yang memiliki banyak fungsi dari pohon bagian
atas hingga akarnya. Fungsinya pun membawa keuntungan yang cukup besar
dari segi produksi.
Karet sudah merambah pasar dunia, tercatat Indonesia juga berproduksi
karet cukup besar. Sehingga kita berbangga akan hasil perkebunan yang harus
diolah dan dipelihara sabagaiman mestinya agar tidak terjadi kerusakan
(degradasi lahan), dan mengoptimalkan lahan yang ada di daerah sekitar kita.
Pada kopi biasa ditanam pada tanah oksisol yang kedalamannya kurang
dari 1 m. Kopi pun sudah mendunia hingga bisa disebut merupakan teman
baik dari teh. Kopi yang palin banyak dicari salah satunya Robusta. Tetapi
karena kelangkaanya menyebabkan kopi Robusta berperan dalam perubahan
kualitas. Begitupun sawit, cacao, dan teh yang tak kalah bagusnya dalam segi
produksi.
9
4.2 Saran
Mahasiswa, khusunya holtikultur pada akhirnya harus dapat mengenal
berbagai jenis tanaman perkebunan. Sebagian besar dari tanaman perkebunan
memberikan manfaat yang menahun atau dalam jangka yang lama, sehingga
baik untuk produksi. Serta jika dihubungkan dengan kondisi tanah, juga akan
memberikan manfaat bagi kehidupan di bawahnya (mikroorganisme).
1
BAGIAN II
PRAKTIK BUDIDAYA TANAMAN
TUMPANGSARI ANTARA JAGUNG MANIS DENGAN KACANG
TANAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktikum lapangan Dasar-Dasar Agronomi merupakan serangkaian
kegiatan di lapanganyang berisikan materi identifkasi dn praktik kegiatan
budidaya tanaman. melalui praktikum ini mahasiswa akan memperoleh
pengalaman empiris dalam melakukan kegiatan mulai dari pengenalan
tanaman, prinsip-prinsip penggunaan sarana produksi, penanaman benih,
pembibian tanaman, pemeliharaan tanaman, yang meliputi penyulaman,
penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan penanggulangan
gulma serta pemanenan.
Pada saat melakukan kegiatan lapangan, akan diperkenalkan teknik-
teknik dalam penghitungan dan penganalisisan penggunaan sarana produksi,
mengamati morfologi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta
mengamati dan menghitung hasil panen, komponen hasil dan produktifitas
tanaman.
Tumpangsari merupakan pola penanaman ganda (multiple croping)
yang paling umum digunakan bila dibandingkan dengan pola tanam sisip.
Tumpangsari merupakan pola penanaman dengan cara menanam dua atau lebih
jenis tanaman berbeda dalam jalur berseling secara teratur pada musim tanam
yang sama. Budidaya tanaman ganda seperti tumpangsari ini dapat
memberikan berbagai keuntungan, yaitu efisiensi penggunaan sarana produksi,
mengurangi kehadiran gulma, mengurangi resiko usaha, dan mengurangi erosi
permukaan. Kerugian yang ditimbulkan dari pola tanam tersebut adalah jika
terjadi persaingan yang terlalu besar, dapat merugikan satu jenis tanaman,
bahkan keduanya. Dalam kondisi baik, meskipun hasil panen masing- masing
jenis tanaman dapat menurun dibandingkan monokultur, jumlah kedua jenis
tanaman akan lebih banyak.
Pada sistem tumpangsari, populasi tanaman sela dapat menentukan
tingkat kompetisi tanaman. Biasanya, tanaman yang berasal dari famili
leguminoceae yang sering digunakan sebagai tanaman sela pada pola
penanaman ganda dengan jagung karena dapat membantu memfiksasi nitrogen
dari udara. Selain itu, tanaman famili kacang- kacangan merupakan tanaman
C3 yang relatif tahan naungan.
Pada praktikum ini, digunakan sistem tumpang sari antara jagung
manis ( Zea mays saccharata ) varietas jagung manis (sweet corn) dengan
kacang tanah ( Arachis hypogaea ) varietas SD 5 guna mengetahui lebih jauh
mengenai sistem penanaman tumpangsari yang digunakan oleh para petani
Indonesia.
2
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum mengenai “ Tumpangsari antara Jagung Manis
dengan Kacang Tanah “ adalah:
1. Mengenal pola tanam tunggal (monokultur) dan pola tanam ganda
(tumpangsari).
2. Menjelaskan pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman pokok.
3. Membandingkan pertumbuhan produksi jagung dan kacang tanah
monokultur dengan tumpang sari.
4. Menghitung nisbah kesetaraan lahan pada tanaman ganda dan menilai
tingkat efisiensinya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Jagung
Jagung Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak
termasuk)
Monocots
(tidak
termasuk)
Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
Nama binomial
Zea mays
L.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia
yang terpenting setelah gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama
di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber
pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai
pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam
sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari
biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya).
Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang
ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung (Zea mays) merupakan tanaman serealia family graminae yang
secara filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays)
merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh
penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea
mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp.
mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies
tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal
50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar. 4
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh
bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran
amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh
patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh
pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan
pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa
lebih manis ketika masih muda.
Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1m
sampai 3m, ada varietas yang dapat
mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman
biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga
jantan. Meskipun beberapa varietas
dapat menghasilkan anakan (seperti
padi), pada umumnya jagung tidak
memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8
m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang
sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian
bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan
tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya
tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas.
Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup
kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap
stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina
yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur
khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma).
Gambar jagung hibrida di lahan
Gambar jagung hibrida bertongkol dua 5
Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung
cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga
betinanya (protandri).Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus
oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah
tangkai putik.
Di dalam biji jagung terdapat embrio yang telah mempunyai lima
bakal daun dan lima bakal akar-akar primer. Dalam proses perkecambahan,
yang pertama kali keluar adalah akar-akar radikula dan diikuti plumula. Dari
akar-akar radikula tersebut akan disusul terbentuknya akar-akar seminal yamg
keluardari bagian bijin dekat plumula. Daun pertama dan kedua akan segera
membukadan dalam keadaan normal, satu minggu dari perkecambahan,
tanaman akan tumbuh dengan baik.
Biji pada tongkol jagung selalu berpasang-pasangan walaupun
sebenarnya biji tersebut merupakananak-anak bunga berpasanganyang
bertangkal sangat pendek(bunga duduk) menempel padadasar bunga yang
tebal yaitu janggel. Karena anak bunga selalu berpasangan, maka jumlah
jumlah anak bunga jagung selalu genap.
Setiap bakal biji mempunyai tangkai putik yang berfungsi sebagai
putik yang sangat panjang yang disebut rambut. Rambut ini mempunyai
cabang-cabangyang halus sehingga benang sari yang menempel dapat
tertangkap dan segera berkecambah sehingga terjadi pembuahan. Segera
setelah pembuahan, pertumbuhan rambut akan terhenti dan rambut akan
menjadi kering.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung adala tanah gembur dan
subur karena tanah ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung
dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan dapat mengelolanya
dengan baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik
untuk pertumbuhan jagung. Kemasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman jagung berkisar antara 5.6-7,5. Sushu optimum untuk pertumbuhan
jagung berkisar antara 24-30o
C, sedangkan suhu optimum untuk pembungaan
dan pemasakan berkisar antara 20-32o
C. Tanaman ini tumbuh baik pada curah
hujan 100-125 mm/bulan dengan distribusi tahunan merata. Untuk
memperoleh hasil yang baik, tanaman jagung menghendaki keadaaan air yang
cukup terutama pada fase pembungaan hingga pemasakan biji.
2.2 Jagung Manis
Jagung manis atau sweet corn sudah lama dikenal oleh bangsa Indian,
Amerika. Di Indonesia, jagung manis mula-mulna dikenal dalam kemasan
kalengan dari hasil impor. Sekitar tahun 1980-an tanaman ini ditanam secara
komersial meskipun dalam sklala kecil. Jagung manis termasuk keluarga
Graminae dari suku maydae yang pada mulanya berkembang dari jagung tipe
dent dan flint. 6
Jagung manis (Zea mays saccharata sturt) adalah tanaman herba
mononkotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu
dengan bunga jantan tumbuh sebagai pembungaan ujung (tassel) pada batang
poros dan bunga betina terpisah sebagai pembungaan samping yang
berkembang pada ketiak daun. Sistem perkawinan pada umumnya
penyerbukan silang.
Tanaman jagung manis sedikit lebih pendek daripada tanaman jagung
biasa. Batang jagung manis yang tumbuh normal mempunyai ketinggian
berkisar antara 1,5-2,5 M, serta terbungkus pelepah daun yang berselang
seling dari setiap buku, lembar daun agak seragam dan tulang daun terlihat
jelas.
Sifat manis pada sweet corn disebabkan oleh adanya gen su-1
(sugary), bt-2 (britle), atau sh-2 (shrunken). Gen ini mencegah pengubahan
gula menjadi pati pada endosperm sehingga jumlah gula yang ada kira kira
dua kali lebih banyak dibanding jagung biasa. Jagung manis memiliki rambut
berwarna putih sdangkan jagung biasa berwarna merah. Umur panen jagung
manis berkisar antara 60-70 hari. Pada dataran rendah (<400m) dan pada
dataran lebih tinggi dapat mencapai 80 hari. Tanaman jagung manis akan
tumbuh baik pada curah hujan 200 mm/bulan. Keadaan sushu yang baik
untuk pertumbuhan jagung manis adalah 21o
-30o
C, sedangkan suhu untuk
perkecambahan berkisar antara 21o
-27o
C dan derajad keasaman tanah yang
baik adalah 5,5o
-7,0o
C.
Pemanenan dilakukan kira kira 18-24 setelah penyerbukan, ditandai
dengan penampakan luar rambut ketika digenggam. Panen dilakukan ketika
biji masih belum masak yaitu fase susu. Hama yang biasanya menyerang
jagung biasa juga menyerang jagung manis.
2.3 Jagung Hibrida
Di Indonesia terdapat dua jenis varietas jagung yang berkembang di
tingkat petani. Varietas tersebut adalah jagung komposit (bersari bebas) dan
hibrida. Jagung bersari bebas yaitu hasil perkawinan silang tunggal atau
perkawinan tunggal penghasil varietas yang memiliki hasil tertinggi.
Sedangkan jagung hibrida merupakan perkawinan antara dua atau lebih
induk yang mempunyai keunggulan, yang merupakan generasi pertama hasil
persilangan antara tetua (induk) berupa galur murni, galur harapan atau
varietas bersari bebas. Secara umum jagung hibrida memberikan peluang
hasil lebih tinggi dibandingkan jagung komposit. Namun jagung hibrida hasil
produksi berikutnya tidak dapat ditanam lagi sebagai sumber benih.
Sedangkan jagung komposit produksi berikutnya dapat digunakan lagi
sebagai sumber benih.
Benih jagung hibrida yang didapat merupakan generasi pertama hasil
persilangan antara tetua (induk) berupa galur murni, galur harapan atau
varietas bersari bebas. Berikut adalah karakteristik dari jagung hibrida:
Tidak dapat diproduksi benih berikutnya
Letak persilangan antar galur perlu keahlian khusus.
Persilangan jantan dan betina atau rasio perbandingan jantan dan betinanya
harus tepat.
Isolasi jarak antar varietas minimal 400 m atau beda waktu tanam 7
Pertumbuhan tanaman di lapang seragam dan serempak
Tahan penyakit bulai sehingga di musim hujan tingkat serangannya
rendah
Tahan kekeringan karena sistem perakaran dalam dan kuat
Kebutuhan benih per hektar sedikit (6-12 kg) Jumlah tanam per lubangnya
1 biji
Harga benih mahal karena cara pembuatannya memerlukan biaya tinggi
dan lama
Kebutuhan pupuk kimia dosis tinggi karena memerlukan unsur hara tinggi.
Memerlukan perawatan yang intensif
Hasil seragam dan produksinya tinggi (10 -11 ton/ha)
Keuntungan relatif besar
Hasil produksinya ditujukan untuk industri dan pakan ternak
Biji yang dihasilkan lebih besar dari varietas bersari bebas
Benih jagung bersertifikat
Benih jagung yang jelas asal indukannya
Saat berbunga untuk jagung jantan dan jagung betina harus
bersamaan. Komposisi atau perbandingan jumlah baris tanaman jantan dan
betina tergantung pada produk benang sari jantan & betina dari pejantan dan
kecepatanangin. Arah barisan jagung sebaiknya memotong arah angin.
Pencabutan bunga jantan pada tanaman betina tidak boleh terlambat dan tidak
boleh tertinggal.
Komersialisasi jagung hibrida sudah dimulai sejak tahun 1930, namun
penanaman jagung hibrida secara luas (ekstensif) di Asia baru dimulai pada
tahun 1950-1960. Di sebagian besar negara berkembang, 61% dari lahan
pertananaman jagung masih ditanami varietas bersari bebas (CIMMYT,
1990). Hal ini dimungkinkan karena varietas bersari bebas lebih mampu
beradaptasi pada kondisi lahan marginal (Pallival dan Sprague, 1981).
Meskipun demikian, varietas jagung hibrida telah memberikan hasil
yang memuaskan di sebagian negara-negara berkembang, terutama di negara-
negara yang sudah memiliki industri benih swasta. Varietas hibrida memiliki
keunggulan dibandingkan dengan varietas bersari bebas, diantaranya mampu
berproduksi lebih tinggi 15-20% dan memiliki karakteristik baru yang
diinginkan seperti ketahanan terhadap penyakit. Selain itu, penampilan
varietas hibrida lebih seragam (Morris, 1995), dimana varietas bersari bebas
pada umumnya memiliki keragaman yang tinggi pada karakteristik tongkol
dan biji (Agrawal, 1997).
2.4 Bulai dan Penanganannya
Penyakit bulai ”bule” atau yang dikenal dengan Downey Mildew-nya
jagung merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok bagi para petani
jagung Indonesia. Sampai saat ini belum ada obat yang mampu membasmi
penyakit tersebut.
Penyakit bulai disebabkan oleh jamur Sclerospora maydis. Bagian
tanaman yang diserang adalah daun, terutama pada tanaman muda yang
berumur di bawah 40 hari. Daun yang terserang berubah warna menjadi
kuning keputih-putihan dan di bagian bawahnya muncul konidia berwarna 8
putih, berbentuk seperti tepung. Serangan jamur ini akan meningkat pada
suhu udara tinggi.
Penyakit Bulai juga disebabkan oleh Peronocleospora maydis.
Serangannya dapat membuat resah petani jagung. Sekali ditemukan penyakit
tersebut pada tanaman jagung , maka petani harus cepat-cepat mengambil
tindakan dengan cara melokalisasinya untuk menghambat perluasan
serangannya. Kerusakan yang ditimbulkan penyakit ini tidak sedikit karena
akibat serangan ini, produksi jagung bisa turun 40 – 60 %, bahkan bisa
menyebabkan kerusakan total. Selain perkembangannya yang sangat cepat,
penyakit bulai sampai saat ini diyakini belum ada obat yang manjur untuk
membasminya. Penurunan produksi/kegagalan panen yang ditimbulkan ini
disebabkan adanya masa spora pada jamur yang menutupi hampir seluruh
bagian tanaman terutama permukaan daun. Akibatnya tanaman jagung tidak
dapat melakukan proses fotosinthesis secara sempurna sehingga menghambat
pertumbuhannya baik dalam fase vegetatif maupun generatif. Berbagai cara
telah dilakukan oleh petani dalam upaya menanggulangi penyakit bulai ini.
Namun belum ada hasil yang memuaskan.
Cara yang selama ini dilakukan adalah dengan perlakuan benih yaitu
mencampur benih dengan fungisida yang mempunyai bahan aktif metalaxyl.
Biasanya metalaxyl dicampurkan sesaat sebelum benih ditanam. Cara
pengendalian dengan perlakuan benih tersebut cukup praktis, efektif dan
efisien. Metalaxyl adalah senyawa kimia yang tergolong golongan asilalanin
yang mampu melindungi benih terhadap bibit penyakit, termasuk bakteri
penyebab bulai. Sebuah studi penelitian yang dilakukan Sumartini dan
Masdiar Bustaman, staff peneliti Balittan Malang dan Bogor ditujukan untuk
mengetahui pengaruh cara dan daya simpan benih yang diper-lakukan
dengan fungisida bahan aktif metalaxyl terhadap penyakit bulai. Penelitian
dilakukan di Lab. Mikologi Ballitan Malang dan KP. Munceng. Hasil yang di
dapat sungguh memuaskan, sehingga cara melindungi benih jagung dengan
fungisida bahan aktif metalaxyl terbukti efektif dalam mencegah dan
mengendalikan tanaman jagung dari penyakit bulai walaupun benih tersebut
disimpan dalam waktu yang cukup lama.
2.5 Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-
polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman
ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh
dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Republik Rakyat Cina dan India
merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Tanaman ini adalah satu di
antara dua jenis tanaman budidaya (yang lainnya adalah "kacang bogor",
Voandziea subterranea) yang buahnya mengalami pemasakan di bawah
permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses
pematangan biji terganggu.
Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya
yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan mentah, direbus (di
dalam polongnya), digoreng, atau disangrai. Di Amerika Serikat, biji kacang
tanah diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang
menguntungkan. Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% 9
pasaran minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO. Selain dipanen
biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang)
untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau.
Tanaman ini merupakan herba monocious, menjalar sampai tegak
dengan tingghi berkisar antara 15-70 cm. Perakarannya terdiri atas satu kar
tunggang yang tumbuh baik disertai akar lateral yang banyak dan mampu
menembus sampai kedalaman 2 m. Tanaman ini tidak mempunyai rambut
akar, tetapi mempunyai bintil-bintil akar yang berfungsi sebagai penambat
nitrogen. Batang utama berasal dari epikotil yang berisi kaping biji di kedua
sisi pada dua buku pertama. Percabangan dimorfik dengan cabang-cabang
vegetatif dan cabang-cabang reproduktif yang memendek. Semua cabang
vegetatif mempunyai daun sisik yang disebut katafil dan letaknya
berhadapan dengan buku kedua dari cabang itu. Cabang-cabang vegetative
sekunder atau tersier akan muncul dari cabang-cabang vegetatif primer.
Daun-daun yang berada padabatang utama tersusun spiraldengan filotaksis
2/5, daun-daun tersebut akan beranak daun empt helai (tetrafoliet) terdiri atas
dua pasang yang saling berhadapan, berbentuk bulat telur terbalik.
Bunga terbentuk satu-satu baik dari ketiak katafil maupun di ketiak
daun biasa pada cabang vegetativf. Pada beberapa forma, pembungaan
tersebut berada pada buku yang lebih tinggi pada batang utama. Masing-
masing pembungaan akan memiliki satu sampai lima kuntum bunga. Bunga
duduk tersusun atas sejumlah hifantium berbentuk tabung yang panjangnya 4-
6 cm. Hifantium adalah gabungan bagian pangkal kelopak, mahkota, dan
tabung sari. Bagian atas hifantium menyanggaa cuping-cuping yang melebar
dari kelima lembar kelopak dan mahkota. Warna mahkota bervariasi dari
kuning coklat sampai jinga merah. Tangkai sari berjumlah sepuluh, bakal
bunga terletak diatas (superior ovary) yang terdiri atas satu daun bunga duduk
dan berisi 1-6 bakal biji.
Setelah terjadi pembuahan, dibagian pangkal bakal buah muncul suatu
bentukkan yang mirip tangkai yang disebut ginofor. Ginofor ini tumbuh ke
arah tanah dengan mmbawa bakal buah pada bagian ujungnya yang kemudian
akan mengeras menjadi topi pelindung, sementara gonofor tersebut akan
tumbuh menembus tanah. Panjang ginofor tersebut tergantung pada jarak
awal bunga itu dari tanah tetapi tidak akan lebih dari 15 cm. Setelah mencapai
tanah ginofor akan berkembang membentuk buah setelah ujung ginofor
membengkak dengan cepat. Buah yang telah tua tersebut dinamakan polong.
Kacang tanah memerlukan tanah yang gembur dan cukup kering
untuk pertumbuhannya karena polongnya berkembang dlam tanah dan perlu
pencabutan pada saat panen. Namun demikian, tanaman ini dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang lebih berat. Untuk pertumbuhan yang optimal,
pH tanah hendaknya berkisar antara 5,5-6,5. Suhu rata-rata optimum untuk
pertumbuhan adalah 30o
dan pertumbuhan akan terhenti pada suhu 15o
C.
Curah hujan antara 500 mm sampai 600
mm yang cuckup tersebar merata
selama musim pertumbuhan akar dapat memberikan hasil yang memuaskan.
10
2.7 Hama penyakit Kacang Tanah dan Penangannya
Hama dan Pengendalian
1. Ulat Jengkal (plusia chalcites)
Gejala : ulat memakan daun muda sehingga hanya tertinggal
tulang-tulang daunnya saja. penuruna hasil dari serangan
yang berat dapat mencapai 50%.
Pengendalian : dengan insektisida (surecide, karphos, hostathion, azodrin
dan sevin).
2. Ulat penggulung daun (lamprosema Indicata)
Gejala : ulat ini memekan dan menggulung daun, tetapi tidak
memekan urat daun. Ulat hidup dan berkepompong di
dalam daun yang tergulung, sehingga sukar diberantas.
Pengendalian : diberantas dengan cara manual yaitu dengan car membuka
daun yang menggulung dn memetikan ulatnya.
3. Wereng Empoaska (Empoasc Flavescens).
Gejala : hama ini berupa wereng kecil berwarna hijau mengisap
cairan sel daun sehingga bagian ujung daun berwarna
kuning. daun yang terserang selain menguning juga
menjadi kaku dan nampak menebal. bila serangan berat
tanaman menjadi kerdil dan daun mudanya rontok.
Pengendalian : hama ini mudah diberantas dengan menggunakan sevin 85
WP.
Hama kacang tanah lainnya: penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), dan
ulat grayak (Prodenia litura). ), pengisap daun (Empoasca) dan kutu daun
(Tetranychus bimaculatus).
Penyakit dan Pengendalian
1. Penyakit layu bakteri (bacterial wilt)
Penyebab : bakteri (Xanthomonas Solanacearum), (Pseudomonas
solanacearum).
Gejala : penyakit ini mulai menyerang kacang tanah sejak tanaman
berumur 14 hari hingga tanaman menjelang tua. tanaman
yang terserang menjadi layu satu persatu, walaupu tidak
kekeringan. tanaman yang telah layu akan mati keesokan
harinya, pangkal batan dan akar membusuk, berwarna
hitam. bila batang tanaman layu dikerat dan dimasukan
kedalam air bersih, dari batang keluar semacam lendir,
yang merupakan koloni bakteri.
Pengendalian : dengan rotasi tanaman.
2. Penyakit bercak daun (Leaf spot)
Penyebab : cendawan (Cercosporidium personatum dan Cercospora
arachidichola
Gejala : serangan terlihat mula-mula pada permukaan bawa dari
daun terlihat bercak berwarna coklat kehitaman. pada
masing-masing daun terdapat beberapa bercak yang
semakin lama makin melebar. serangan yang berat
mengakibatkan ndaun berwarna hitam bahkan dapat 11
menular ketangkai daun dan batang. tanaman yang
terserang berat akan merontokan daun sebelum waktunya
dan tanaman mati.
Pengendalian : dengan rotasi tanaman, tanaman serempak dan varietas
yang toleran. pemberantasan dengan fungisida seperti
dithane, bravo, tilt.
3. Karat (Puccinia arachidis)
Penyebab : Uromyces arachidae,
Gejala : serangan mula-mula di bagian bawah daun-daun tua
terdapat totol kuningn yang lama-lama menjadi coklat tua.
Dari totol coklat ini keluar spora berupa tepung halus, yang
akan ditularkan oleh angina. Bila serangan berat, totol
coklat tai dapat merata pada semua daun, sehingga tanaman
berdaun kuning kecoklatan. Daun yang telah terserang berat
akan mongering dan luruh sebelum waktunya.
Pengendalian : dengan rotasi tanaman, tanam serempak, dengan fungisida
Dithane, Manep, Zineb dan juga dapat dianjurkan
penggunaan varietas yang tahan.
4.Penyakit Selerotium
Penyebab : Selerotium rolfsii.
Gejala : merusak tanaman pada waktu cuaca lembab. Cendawan
menyerang pada pangkal batang, bagian dari tanaman yang
lunak, menimbulkan bercak-bercak hitam. Tanaman yang
terserang akan layu dan mati.
Pengendalian : dengan memperbaiki pengairan, agar air pengairan dapat
mengalir.
Penyait kacang tanah lainnya: sapu (Virus), mozaik (Mozaik disease), cendawan
akar (Sclerotical disease) dan penyakit cendawan akar (Sclerotical blight)
12
BAB III
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai “Tumpangsari Antara Jagung Manis Dengan
Kacang Tanah“ dilaksanakan sejak 7 Oktober 2009 dengan kegiatan
pemanenan hingga 13 Januari 2010 yang berlangsung di kebun percobaan
Leuikopo.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum “ Tumpangsari antara jagung
manis dengan kacang tanah “ adalah benih jagung manis varietas sweet boy,
benih kacang tanah varietas SD 5, pupuk urea (45% N), pupuk SP 18, (18%
P2O5), pupuk KCL (60% K2O), furadan (insektisida butiran), Dithane M-45
(insektisida cairan), dan 80 WP (fungisida), koran.
Peralatan yang digunakan saat praktikum yaitu cangkul, koret, meteran,
ember, tali rafia, tugal, label percobaan, ajir contoh, dan timbangan.
C. Perlakuan
Luas petak tanam untuk percobaan “Tumpang sari antara jagung manis
dengan kacang tanah“ adalah +300 m2
, dimana petak tersebut dibagi menjadi
empat petak percobaan yang berbeda dengan masing- masing ukuran petak 10
m x 7,5 m. Untuk petakan T4 sendiri ukuran lahannya adalah 7,42 m x 8,27 m
(61,3664 m2
). Pada percobaan yang dilakukan, tanaman jagung manis
digunakan sebagai tanaman pokok dan kacang tanah sebagai tanaman sela.
Perlakuan yang dilakukan dirancang sebagai berikut:
T1= Monokultur jagung
T2= Monokultur kacang tanah
T3= Jagung + 1 baris kacang tanah
T4= Jagung + 2 baris kacang tanah
U
Gambar 1. Denah petak percobaan
Pupuk yang digunakan untuk tanaman jagung (monokultur dan
tumpangsari), yaitu pupuk urea dengan dosis 300kg/ha, SP- 36 200 kg/ha, dan
KCL 150 kg/ha. Untuk pupuk urea, setengah dosis diaplikasikan saat tanam
dan setengah dosisnya diaplikasikan pada 4 minggu setelah tanam (4MST).
Sementara itu, pupuk SP- 36 dan KCL diaplikasikan seluruhnya saat tanam.
Untuk tanaman kacang tanah, hanya sistem monokultur yang diberikan pupuk.
Dosis rekomendasi untuk tiap pupuk, yaitu urea 100kg/ha , SP- 36, 200kg/ha,
dan KCL 150 kg/ha. Semua dosis pupuk diaplikasikan pada saat tanam.
T1
T4 T3
T2 13
D. Metode pelaksanaan
1. Penanaman
Pada tanaman jagung manis (monokultur dan tumpangsari) digunakan
jarak tanam 80cm x 20cm. Kacang tanah monokultur menggunakan jarak
tanam 40 cm x 20 cm. Kacang tanah yang digunakan sebagai tanaman sela
pada perlakuan tumpang sari T3 ditanam tepat ditengah antar barisan jagung
manis dengan jarak kacang tanah dalam barisan 20 cm, sedangkan pada
perlakuan T4 baris kacang tanah berjarak 20cm dikiri dan dikanan barisan
jagung manis. Adapun berikut langkah- langkah penanaman:
1. Tentukan jarak tanam pada masing- masing petak menggunakan alat bantu
tali rafia yang bebeda warna. Barisan tanaman pertama merupakan setengah
jarak tanam antar barisan dari pinggir petakan. Arah tanam untuk jarak
tanam dalam barisan adalah timur ke barat.
2. Buatlah lubang tanam dengan tugal sedalam 4-5cm disamping tali yang
telah memiliki tanda sesuai jarak tanam.
3. Masukkan benih (jagung manis 1 benih /lubang dan kacang tanah 1 benih/
lubang dan furadan (± 5 butir/lubang).
4. Buatlah alur pupuk dengan jarak dari alur tanam dan kedalaman ±7cm(pada
tumpangsari hanya jagung yang dipupuk).
5. Campurkan urea, SP-36, dan KCL sesuai dosis secara merata. Kemudian
bagilah campuran pupuk sesuai jumlah barisan tanaman.
6. Taburlah pupuk kedalam alur secara merata.
7. Tutuplah alur pupuk dan lubang tanam dengan tanah yang gembur.
8. Siramkan air secukupnya pada barisan tanaman jika tidak ada hujan atau
keadaan tanah kering.
2. Pemeliharaan
1. Penyulaman tanaman yang tidak berkecambah pada 1 MST.
2. penyiangan gulma dan penggemburan tanah dengan cangkul dan koret.
Lakukan penyiangan pada gulma yang tumbuh dekat barisan tanaman dan di
antar barisan tanaman sekaligus untuk menggemburkan tanah, usahakan
gulma dapat tercabut sampai ke perakarannya.
3. Pengendalian hama dan penyakit melalui penyemprotan fungisida dan
insektisida jika diperlukan.
4. pemasukan kedalam petakan jika kondisi tanah kering dan pembuangan air
jika curah hujan tinggi dengan memperbaiki saluran air.
5. Pembumbunan jagung dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk urea
kedua juga dilakukan pemberian furadan 3G pada setiap pucuk tanaman (±
5 butir/tanaman).
14
3. Pengamatan
Selama pertumbuhan sampai panen, dilakukan pengamatan terhadap
peubah pertumbuhan dan komponen produksi. Peubah yang diamati adalah
peubah pertumbuhan dengan cara pengamatannya adalah sebagai berikut :
Pada saat tanam, dihitung jumlah populasi berdasarkan luas petak dan jarak
tanam dan jumlah benih berdasarkan lubang tanam.
∑ populasi = Luas Lahan (m2
)
x 1 tanaman
Jarak tanam (m2
)
1. Pada 1 MST,, hitunglah jumlah benih yang tumbuh dan persentasekan
terhadap seluruh jumlah benih yang ditanam untuk menghitung daya tumbuh
benih. Amati tipe perkecambahannya (epigeal atau hipogeal).
∑ penyulaman = ∑ populasi - ∑ benih berkecambah
% daya kecambah = ∑ benih berkecambah x 100%
∑ populasi
Kebutuhan benih/ha
= bobot benih (gr) x ( ∑ populasi + ∑ penyulaman) x (10.000/luas lahan)
∑ Butir benih
2. Pada 2 MST, ambillah 10 tanaman contoh yang mewakili seluruh petakan
(jangan dari barisan pinggir, bukan tanaman pinggir, bukan tanaman sulaman,
dan bukan tanaman yang tanaman sebelahnya mati atau terkena penyakit).
Pada tanaman tumpang sari, masing- masing jenis tanaman diambil 5 contoh.
Amati tanaman contoh tiap minggunya dengan peubah sebagai berikut:
a. Mengukur tinggi tanaman jagung tiap minggu dan kacang tanah saat
panen.
b. Menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna (untuk kacang
tanah yang daunnya tetrafoliet, jangan keliru dengan menghitung anak
daun).
c. Menghitung jumlah cabang kacang tanah tiap minggu.
d. Menghitung luas daun pertanaman pada 7 MST menggunakan satu contoh
tanaman (bukan tanaman contoh dan untuk tanaman kacang tanah boleh
dicabut) dan kemudian menghitung indeks luas daun. Luas daun
ditentukan dengan metode gravimetri, yaitu menggambarkan daun pada
kertas (koran) yang kemudian digunting dan ditimbang, jenis kertas yang
sama dengan ukuran 20cm x 20 cm juga ditimbang sebagai acuan.
Luas daun = Luas kertas x bobot daun 15
Bobot kertas
Indeks luas daun = Luas daun x Populasi
Luas Lahan
3. Hitung umur tanaman pada saat keluar bunga 75% populasi.
4. mengamati dan menentukan jenis hamapenyakit yang menyerang tanama 16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum Dasar–dasar Agronomi mengenai praktik budidaya tanaman
dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuikopo dari tanggal 7 Oktober 2009 sampai
tanggal 11 Januari 2010. Pada percobaan tumpang sari antara jagung manis
dengan kacang tanah variable yang diukur adalah Jumlah daun tanaman jagung
manis, tinggi tanaman jagung manis, diameter batang jagung manis, jumlah daun
kacang tanah, jumlah cabang kacang tanah, tinggi tanaman kacang tanah,
produktifitas panen jagung manis, produktifitas panen kacang tanah, dan kualitas
produksi panen kacang tanah dan jagung manis.
4.1 Pengukuran Kualitatif
a. Kondisi Lahan
Selama praktikum dilaksanakan, sebagian besar kondisi lahan selalu dalam
keadaan lembab karena sering terjadi hujan pada malam harinya. Kondisi cuaca
selama praktikum lebih banyak mendung dengan tingkat kelembaban tinggi.
Akibat hujan yang terlalu sering tersebut, udara lingkungan menjadi panas dan
lembab pada siang hari dan keadaan tanah pun menjadi liat dan tak gembur lagi
seperti pada saat penanaman. Kondisi tanah tersebut berlangsung hingga panen
jagung dan kacang tanah tiba sehingga cukup menyulitkan ketika akan memanen
kacang tanah.
Berdasarkan kondisi lahan selama masa perawatan, dari masing masing
judul percobaan ternyata menunjukkan sifat-sifat yang berbeda. Jika dilihat dari
sudut pandang pencahayaan, tanaman jagung monokultur tidak mendapatkan
suplai cahaya yang cukup sehingga tanaman jagung manisnya terhambat proses
pertumbuhannya. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada batang tanaman jagung
manis yang kecil dan pendek pendek. Hal ini berlangsung sampai masa 4 MST.
Tanaman yang mendapatkan suplai cahaya penuh adalah lahan tanaman kacang
tanah monokultur dan lahan tanaman tumpang sari jagung manis dengan dua
tanaman sela kacang tanah. Kondisi ini terlihat dari penampakan daun jagung
yang berwarna hijau tua, segar, dan lentur tapi kuat. Sedangkan pada tanaman
kacang tanah sendiri, daunnya lebat berwarna hijau tua dan tidak menampakkan
gejala etiolasi. Kondisi ini berlangsung sampai masa 4 MST.
Kondisi irigasi dan drainase yang baik pada keempat petak lahan telah
memberikan efek yang baik terhadap peresapan air. Hal ini dapat terlihat dengan
tidak adanya genangan air pada daerah petak lahan. Dengan system irigasi dan
drainase yang baik, perakaran tanaman dapat tumbuh dengan baik walaupun
solum tanah atas dapat dikatakan dangkal. Ketika sampai pada masa panen,
konsisi irigasi dan dainase lahan cukup terganggu karena aliran air terhambat oleh
gulma yang tumbuh subur. Walaupun demikian, Kondisi tersebut tidak
mempengaruhi hasil panen karena ketika mendekati musim panen, tanaman tidak
begitu membutuhkan banyak air dan sudah masuk dalam masa pemasakan atau
penuaan buah atau biji.
Pemberian pupuk urea pada setiap judul percobaan dilakukan secara
seimbang sesuai dengan kebutuhannya. Lahan tanaman monokultur kacang tanah
dan jagung manis diberi pupuk lebih sedikit dibandingkan dengan lahan tanamn
tumpang sari jagung manis dengan satu tanaman sela dan tumpang sari jagung 17
manis dengan dua tanaman sela. Walaupun pemberian pupuknya berbeda, hal
tersebut memberikan hasil yang tidak jauh berbeda pada masing-masing judul
percobaan.
b. Gulma
Gulma paling banyak dijumpai pada petak tanaman tumpangsari jagung
manis dengan satu tanaman sela. Gulma dominan berada di dalam sela antara
jagung dengan kacang tanah. Gulma yang paling banyak tumbuh pada lahan
percobaan tumpangsari sebagian besar adalah golongan rumput termasuk dalam
familia Gramineae/Poaceae. Deangan ciri, batang bulat atau agak pipih,
kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua
deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun
dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-
lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau
tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil
(floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun
pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang
kecil disebut palea. Buah disebut caryopsis atau grain. Contohnya, Imperata
cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.
Pencabutan gulma dilakukan pada setiap praktikum sampai tanaman
berumur 6 MST. Pencabutan dilakukan secara langsung ketika gulma tersebut
diketahui keberadaannya. Pada umumnya tanaman gulma mudah dicabut namun,
kadang-kadang ada gulma yang tumbuh menjadi satu dengan kacang tanah
sehingga jika tidak hati-hati ketika mencabut gulma, tanaman kacang tanah juga
akan tercabut. Selain itu, ada juga gulma yang melilit tanaman kacang tanah.
Selama percobaan, tanaman kacang tanah juga mengalami serangan hama dan
penyakit. Dari ciri yang terlihat, kacang tanah terindikasi penyakit layu bakteri
(Pseudomonas cearum) yang menyebabkan kematian pada tanaman muda.
Sementara itu, hama yang menyerang kacang tanah selama percobaan adalah ulat
pemakan daun (Heliothis sp.), kutu daun hitam (Orosius argentatus) yang
berfungsi sebagai vektor mikroplasma, yaitu penyebab penyakit sapu setan yang
menyebabkan polong tidak terbentuk. Ciri dari tanaman yang terserang penyakit
layu bakteri, yaitu tanaman tiba-tiba layu tanpa sebab yang jelas padahal
pengairannya terbilang cukup, sedangkan ciri tanaman yang terkena penyakit sapu
setan memiliki ciri daun yang tumbuh kerdil dan rapat. Sementara itu, penyakit
yang menyerang tanaman jagung manis adalah penyakit bulai.
4.3 Pengukuran Kuantitatif
a. Daya Berkecambah
Penyulaman dilakukan pada saat tanman berumur 1 MST. Pada masa ini,
dilakukan pula penghitungan daya berkacambah tanaman jagung maupun pada
kacang tanah pada masing-masing judul perlakuan. Pada tanaman tumpang sari
jagung manis dengan dua tanaman sela daya berkecambah jagung manis adalah
72,91% sedangkan pada kacang tanah sebesar 91%. Pada tanman jagung manis
kondisi ini hanya bertahan sampai tanaman berumur 5 MST karena pada tanaman
jagung manis terserang penyakit bulai secara keseluruhan pada semua lahan
jagung di Kebun Percobaan Lewikopo. Karena sebagian besar tanaman jagung 18
manis mengalami kematian dalam skala besar maka dilakukan pencabutan secara
masal.
Agar tetap mendapatkan data pada tanaman jagung hingga masa panen
tiba, maka dilakukan penanaman ulang dengan tanaman jagung hibrida yang lebih
resisten terhadap bulai. Penanaman jagung hibrida dilakukan pada lokasi dan jarak
yang sama seperti perlakuan pada jagung manis. Pada petak lahan tumpang sari
jagung hibrida dengan dua tanaman sela daya berkecambah tanaman jagung
hibrida sebesar 95,05%. Kondisi ini hanya bertahan sampai usia 2 MST. Ketika
memasuki usia 3 MST ke atas secara berangsur-angsur banyak tanaman jagung
hibrida yang mati karena tertutup kanopi dari kacang tanah yang semakin dewasa.
Ketika masa panen tiba, dari 365 benih yang tumbuh hanya tersisa 69 tanamna
yang mencapai usia panen.
Berikut adalah data daya berkecambah pada lahan T4
Tabel 3.1 Daya kecambah Tanaman Jagung Manis dan Kacang Tanah
Perlakuan
DK Jagung Manis (%)
DK Jagung
Hibrida
DK Kacang
Tanah (%)
Monokultur Jagung Manis -
Monokultur Kacang Tanah - - 56.08
Tumpangsari+Satu Tanaman Sela
Tumpangsari+Dua Tanaman Sela 72,91 95,05 91
b. Indeks Luas Daun (ILD)
Pada usia 6 MST dilakukan pengamatan Indeks Luas Daun. Data
Indeks Luas Daun (ILD) disajikan pada tabel 3.2 dan perhitungannya terlampir.
Tabel 3.2 Indeks Luas Daun Tanaman
Perlakuan ILD Jagung
Manis
cm2
/tanaman
ILD Jagung
Hibrida
cm2
/tanaman
ILD Kacang
Tanah
cm2
/tanaman
Monokultur Jagung Manis
Monokultur Kacang Tanah
Tumpangsari+Satu Tanaman
Sela
Tumpangsari+Dua Tanaman
Sela
2626,49
869,3
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa ILD tertinggi dimiliki oleh
perlakuan kacang tanah monokultur dan jagung hibrida yaitu sebesar….sedangkan
pada perlakuan tumpang sari dengan dua tanaman sela.
c. Tinggi, diameter, dan jumlah daun jagung
Pengambilan data pengamatan tingg, diameter, dan daun jagung hibrida
dilakukan dengan mengambil sepuluh tanaman contoh pada tanaman monokultur
dan lima tanaman contoh pada tanaman tumpang sari yang mewakili seluruh
populasi untuk tiap petak (perlakuan). Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan
perolehan data secara merata dan mewakili luasan lahan. Pengukuran dilakukan
setiap kali praktikum dimulai ketika tanaman berusia 2 MST sampai usia panen.
Pengamatan tinggi, diameter, dan daun jagung hibrida tersebut dilakukan untuk 19
mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman yang umumnya mendominasi pada
awal kehidupannya.
Berikut merupakan grafik pengamatan tinggi, diameter, dan daun jagung
hibrida dari usia 2 MST hingga panen (9 MST)
Grafik 4.1 Pertumbuhan Jumlah Daun Jagung Hibrida
0
2
4
6
8
10
12
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
jumlah daun (helai)
umur jagung (MST)
T1
T3
T4
Grafik 4.2. Pertumbuhan Batang Jagung Hibrida
Grafik 4.3. Pertumbuhan Lingkar Batang Tanaman Jagung Hibrida
20
Berdasarkan data di atas rata-rata jumlah daun pada tanaman lahan T4
selalu mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur. Pada tanaman
lahan T1 jumlah rata-rata daun Jagung cenderung lebih tinggi dibandingkan
tanaman pada lahan T3 dan T4. Namun, ketika masa panen tiba, kondisi jumlah
daun tanaman lahan T1 ini tidak mengalami kenaikan. Hali ini berarti tanaman
lahan T1 sudah memasuki masa determinate. Jumlah daun pada tanaman lahan
T3, merupakan yang paling kecil tetapi ukuran daunnya lebih besar daripada
tanaman lahan lainnya (T1 dan T4) walaupun awalnya lebih tinggi daripada T4
tetapi pada akhirnya jumlah daun pada tanaman lahan T4 lebih banyak.
Berdasarkan data tinggi tanaman Jagung , tanaman T3 mendominasi
pertumbuhan dibandingkan dengan tanaman di lahan lainnya. Hal ini terlihat
dengan semakin cepatnya pertumbuhan pada usia 6 MST hingga panen. Kondisi
ini terjadi karena system tumpang sari jagung hibrida dengan satu tanaman sela
merupakan system tumpangsari yang ideal dari segi jarak dan tingkat
kompetisinya. Sedangkan pada tanaman T4, pertumbuhan tanaman nya terhambat
oleh kanopi kacang tanah sewaktu masih muda. Kejadian ini berlangsung hingga
panen dan di tunjukkan dengan pertumbuhan tanaman lahan T4 yang sedikit dan
kerdil. Pertambahan pertumbuhan tanaman T1 cenderung konstan karena
persaingan yang terjadi berlangsung secara merata bagi seluruh tanaman dalam
satu lahan.
Pada data lingkar batang jagung, terlihat bahwa tanaman pada lahan T4
mengalami pertambahan diameter yang sangat cepat dibandingkan dengan
tanaman dari lahan T1 dan T3. Hal ini terjadi karena proses pertumbuhannya tidak
mendapat hambatan dari sesame tanaman jagung karena tanaman non sample
sebagian besar mati tertutup kanopi sewaktu masih muda. Sebenarnya hal ini tidak
begitu berpengaruh besar pada pertumbuhan jagung, justru seharusnya
pertumbuhan jagung terhambat oleh perakaran kacang tanah. Kemungkinan
terjadinya hal ini adalah faktor pemberian pupuk yang tidak merata. Pertumbuhan
tanaman T1 dan T3 cenderung melambat hingga mendekati masa determinate.
Pertumbuhan stabil ini terjadi karena persaingan berlangsung merata.
d. Jumlah daun dan cabang kacang tanah
Pengambilan data pengamatan jumlah daun dan cabang kacang tanah
dilakukan dengan mengambil lima tanaman contoh pada tanaman tumpangsari
yang mewakili seluruh populasi untuk tiap petak (perlakuan). Hal tersebut
dilakukan untuk memudahkan perolehan data secara merata dan mewakili luasan
lahan. Pengukuran dilakukan setiap kali praktikum dimulai ketika tanaman
berusia 2 MST sampai usia panen. Pengamatan jumlah daun dan cabang kacang
tanah tersebut dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman.
Berikut merupakan grafik pengamatan jumlah daun dan cabang kacang
tanah dari usia 2 MST hingga panen (7 MST).
21
Grafik 3.4 Pertumbuhan Daun Kacang Tanah
Grafik 3.5. Pertumbuhan Cabang Kacang Tanah
0
2
4
6
8
10
jumlah
c abang
kac ang tanah
2
MS T
3
MS T
4
MS T
5
MS T
6
MS T
7
MS T
umur kac ang tanah
T 2
T 3
T 4
Hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman kacang tanah setiap
minggu menunjukan peningkatan jumlah cabang untuk semua perlakuan, kecuali
perlakuan T4, jumlah daun meningkat hanya sampai 6MST. Penurunan jumlah
daun pada perlakuan T4 yang terjadi pad 7MST, kemungkinan besar disebabkan
oleh penyakit Karat (Puccinia arachidis) dimana penyakit ini menyebabkan kering
dan meluruhnya daun sebelum waktunya sehingga megurangi jumlah daun pada
usia panen. Meskipun demikian, hasil rataan tertinggi pada 6MST ditunjukkan
oleh perlakuan T4, hal ini disebabkan persaingan lahan dan hara yang berkurang
karena jagung terkena etiolasi dan mati. Untuk jumlah daun kacang tanah rataan
tertinggi didapatkan dari perlakuan T2 (monokultur kacang tanah), hal ini
disebabkan persaingan yang lebih kecil disbanding dengan perlakuan lainnya
(tumpangsari).
22
Sementara hasil pengamatan yang dilakukan pada pertumbuhan cabang
kacang tanah menunjukkan peningkatan pada semua perlakuan. Terlihat pada
grafik jumlah cabang kacang tanah bahwa rataan tertinggi ditunjukka oleh
perlakuan T2 (monokultur kacang tanah). Hal ini disebabkan persaingan yang
lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya (tumpangsari). Pada perlakuan T4
terlihat peningkatan jumlah cabang kacang tanah yang cukup signifikan pada 6
MST, hal ini dikarenakan gejala etiolasi pada tanaman jagung sehingga
persaingan pada populasi kacang tanah di lahan semakin sedikit dan
meningkatkan pertumbuhan cabang kacang tanah.
Setelah diketahui hasil produksi dari tiap perlakuan nisbah kesetaraan
lahan (NKL) dapat diketahui guna mengetahui tingkat kompetensi dan keefisienan
dari sistem tumpangsari. Karena data produksi/petak percobaan tidak diketahui
seluruhnya, maka untuk mencari NKL tumpangsari dengan satu tanamn sela
(NKL I) dan tumpangsari dengan dua tanaman sela (NKL II) digunakan data
produksi/hektar. Berikut perhitungannya:
NKL = (hasil tanaman ganda jagung manis hasil tanaman ganda kacang tanah) x 100%
hasil tanaman mono jagung manis hasil tanaman mono kacang tanah
NKL I = (2,725+ 0.725 ) x 100%
10,648 1,39
= 110,2 % NKl I > 1
NKL II = ( 4,775 + 0,67 ) x 100%
10, 648 1,39
= 93,1 NKL < 1
Hasil tersebut menunjukan bahwa perlakuan T3 (tumpangsari dengan tanaman
sela) lebih efisien untuk sistem tumpang sari karena kompetisi yang terjadi sukup rendah
dibandingakan dengan perlakuan T4 yang menggunakan dua tanaman sela sehingga jarak
tanam terlalu rapat dan kompetisinya menjadi semakin besar.
+ 23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tumpang sari merupakan sistem tanam ganda yang terdiri dari tanaman
utama dengan satu atau lebih tanaman sela yang ditanam dalam satu lahan dan
satu masa tanam. Pada sistem tumpangsari, tanaman sela mempengaruhi
tingkat kompetisi dan keefesienan lahan.oleh karena itu, mahasiswa harus bisa
mejelaskan prinsip-prinsip dasar dalam budidaya tanaman agar tingkat
produksinya tinggi. Semakin banyak tanaman sela yang digunakan, semakin
tinggi tingkat kompetisi tanaman untuk mendapatkan bahan makanan dan
cahaya matahari. Maka semakin tidak efisien suatu tanam ganda sehingga
produksi pun akan semakin rendah. Pada percobaan ini, yang paling efisien
adalah sistem tumpangsari dengan satu tanaman sela yang memiliki NKL >1.
Sementara itu, hasil produksi yang paling banyak adalah tanaman
kacang tanah monokultur. Pada umumnya hasil produksi seluruh tanaman
meningkat kecuali tanaman jagung yang terkena penyakit bulai. Hal ini
disebabkan karena mahasiswa telah melakukan tindakan budidaya tanaman
dimulai dari penanaman, pemeliharaan hingga menghitung kebutuhan sarana
produksi dengan cukup baik.
B. Saran
Sebaiknya untuk mendapatkan hasil yang cukup baik dan memuaskan,
petani menggunakan sistem tanam ganda dengan satu tanaman sela. Meskipun
jumlah produksi untuk masing- masing jenis tanaman akan berkurang, tetapi
hasil keseluruhan umumnya lebih banyak. Selain itu, dapat mengurangi biaya
pengolahan lahan dan penggunaan lahan yang lebih efisien.
24
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Spillane. 2003. Komoditi Kakao . Yogyakarta: Kanisius
Krisnawati Inti . 2007. Teh Herbal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Setyamidjaja Djoehana. 1999. Karet Budidaya Dan Pengolahan. Yogyakarta:
Kanisius
Rukmana Rahmat. 2003. Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius
, 2003. Usaha Tani Jagung.Yogyakarta: Kanisius
Anonim. Budidaya Jagung. http://www.deptan.go.id. [7 Januari 2010].
Anonim. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya
dan tanaman terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id. [7 Januari
2010].
Judjadi Muhammad, Supriati Yati. Perbaikan Teknologi Produksi Kacang Tanah
di Indonesia. http://biogen.litbang.deptango.id. [7 Januari 2010].
Paryo. Pertanian Tumpangsari. http://www.Paryo.multiply.com. [7 Januari 2010].
Pramono Bambang R. Jagung. http://www.benss.co.cc. [7 Agustus 2008].
25
BAGIAN III
BUDIDAYA TANAMAN DALAM WADAH
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Wadah tanam memiliki dua fungsi umum yaitu 1) untuk penanaman
sampai tanaman dewasa dan berproduksi, 2) untuk pembesaran bibit sebalum
dipindahkan ke lapangan ( kebun, taman, rumah kaca, bedengan). Bila ditinjau
dari cara penanamannya wadah tanam dapat dibedakan menjadi 1) wadah untuk
tanaman berkelompok dan 2) wadah untuk penanaman individu. Wadah tanaman
dapat dibuat dari berbagai macam bahan seperti logam, kayu, gerabah, porselen
maupun plastik. Wadah tanam dari bahan plastik dapat berupa pot atau cukup
berupa kantung.
Penanaman dalam wadah mengakibatkan sulit terjadi infiltrasi air tanah,
sehingga air merupakan faktor utama yang harus dikelola. Dengan demikian air
harus diberikan secara teratur sehingga tanaman tidak mengalami kekurangan. Air
yang diberikan dapat dicampur dengan zat hara (fertigasi). Namun demikian zat
hara dapat pula diberikan langsung dengan cara dicampurkan pada waktu
pengisian media tanam maupun diberikan secara berkala ke dalam media.
Tujuan
1. dapat melakukan budidaya dalam wadah.
2. Menentukan sarana produksi yang dibutuhkan: ukuran dan jenis wadah, kondisi
bahan tanaman, jenis dan dosis serta konsentrasi pupuk.
BAB II
Bahan Dan Metode
Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai “Budidaya Tanaman dalam Wadah“ dilaksanakan
pada11 Novenber 2009 yang berlangsung di kebun percobaan Cikabayan.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum “ Budidaya tanaman
dalam wadah“ adalah benih jambu biji, benih srikaya, benih albasia, benih
mahoni, pupuk kandang, tanah, air, dan polybag.
Metode pelaksanaan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan tempat
pembibitan yaitu polybag yang sudah dilubangi bagian bawahnya. Kali ini 26
polybag yang dipergunakan sebanyak 40 buah, 20 diantaranya digunakan untuk
pembibitan rambutan sedangkan 5 buah lagi digunakan untuk pembibitan lada.
Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan medium semai yaitu berupa pupuk
kandang dan tanah dengan perbandingan 3:2. Kemudian, medium semai diisikan
kedalam polybag hingga penuh. Usahakan agar agar polybag berdiri tegak dan
tidak mudah roboh dengan memampatkan media yang diisi. Selanjutnya, tanam
benih yang sudah disiapkan. Media disiram hingga cukup basah.Letakkan polybag
di bawah naungan dan disusun secara teratur untuk tiap jenis tumbuhan sehingga
mudah dihitung.
BAB III
Hasil Dan Pembahasan
Albasia/Sengon
Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia
Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga
petai – petaian. Bagian terpenting yang mempunyai
nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya.
Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter
dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk
batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya
berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu
rata-rata 0,33. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak
daunnya kecil-kecil dan mudah rontok.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam
tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol
kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen,
oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Bunga tanaman
sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih
kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari
bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin
atau serangga. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar
6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil
dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon
yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang
berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik,
27
bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun
penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
a. Kulit bersih berwarna coklat
b. Ukuran benih maksimum
c. Tenggelam dalam air ketika benih direndam
d. Bentuk benih masih utuh
Mahoni
Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan
jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai,
atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.
Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat
tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan
pantai. Pohon, tahunan, tinggi 5-25 m, berakar
tunggang, batangnya bulat, banyak bercabang dan
kayunya bergetah. Daunnya daun majemuk menyirip
genap, helaian daun bentuknya bulat telur, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata, tulang menyirip, panjang 3-15 cm. Daun muda
berwarna merah, setelah tua warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk tersusun
dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. ibu tangkai bunga silindris,
warnanya coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama lain,.bentuknya seperti
sendok, warnanya hijau. Mahkota silindris, kuning kecoklatan, benang sari
melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak,
bulat telur, berlekuk lima, warnanya coklat. Biji pipih, warnanya hitam atau
coklat. Pohon mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan digunakan
untuk keperluan perabot rumah tangga serta barang ukiran, Perbanyakan dengan
biji.
Srikaya
Srikaya (Annona squamosa), adalah
tanaman yang tergolong ke dalam genus Annona
yang berasal dari daerah tropis.Buah srikaya
berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa
sirsak). Daging buahnya berwarna putih.
Termasuk semak semi-hijau abadi atau
pohon yang meranggas mencapai 8 m tingginya.
Daunnya berselang, sederhana, lembing membujur, 7-12 cm panjangnya, dan
berlebar 3-4 cm. Bunganya muncul dalam tandan sebanyak 3-4, tiap bunga
berlebar 2-3 cm, dengan enam daun bunga/kelopak, kuning-hijau berbintik ungu
di dasarnya.Buahnya biasanya bundar atau mirip kerucut cemara, berdiameter 6-
10 cm, dengan kulit berbenjol dan bersisik. Daging buahnya putih, menyerupai
dan memiliki rasa seperti podeng.
28
Jambu Biji
KLASIFIKASI ILMIAH:
Jambu batu (Psidium guajava) atau sering juga disebut jambu biji,
jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil,
disebarkan ke Indonesia melalui Thailand. Jambu batu memiliki buah yang
berwarna hijau dengan daging buah berwarna putih atau merah dan berasa asam-
manis. Buah jambu batu dikenal mengandung banyak vitamin C.eberapa
macam/kultivar jambu biji dikenal di Indonesia, sebagian dikenal sejak lama,
sebagian merupakan introduksi dari negara lain.
Jambu dapat diperbanyak dengan biji. Namun demikian, perbanyakan
dengan cara ini tidak disukai karena tumbuhannya lama menjadi dewasa dan juga
akan berubah sifat dari induknya. Perbanyakan yang sekarang dilakukan adalah
secara vegetatif, khususnya dengan cara pencangkokan.
Tabel jumlah tanaman buah yang tumbuh Setalah dua minggu
No. Nama Tanaman Jumlah Tanaman Yang Tumbuh
1. Albasia 1
2. Mahoni 5
3. Jambu Biji 7
4. Sirkaya 0
Setalah dua minggu, hasil pembibitan srikaya dan albasia tidak tumbuh
dengan baik, kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan dalam cara pembibitan
dan peletakan polibag yang menyebabkan faktor lingkungan kurang mendukung.
Sementara untuk mahoni dan jambu biji, hasil pembibitannya cukup memuaskan,
hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan terutama iklim yang
mendukung pertumbuhan tanaman secara maksimal.
Regnum: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Myrtales
Familia: Myrtaceae
Genus: Psidium
Spesies: Psidium guajava 29
BAB IV
Kesimpulan
Pembudidayaan tanaman perkebunan atau pembibitan dapat dilakukan
dalam wadah. Sarana produksi seperti ukuran dan jenis wadah, kondisi bahan
tanaman, jenis dan dosis serta konsentrasi pupuk harus diperhatikan. Hal ini
dikarenakan pembibitan tanaman perkebunan membutuhkan ketelatenan dan
ketelitian yang tinggi terutama cara memilih benih yang baik, penanaman, dan
pemeliharaan yang menyangkut maksimalisasi faktor lingkungan untuk daya
dukung pertumbuhan tanaman.
30
Lampiran
31
Lampiran 1
PERHITUNGAN RUMUS
1. Menghitung Jumlah Populasi jagung Manis
Minggu 1 : Penanaman
Jumlah Populasi/petak
=
=
Jumlah Populasi/ha = 383,52125 Benih x 10000 m2
/61,3634 m2
= 62500 Benih/ha
Banyak lubang tanam antar baris = (8,27x100)/80 = 10,3375 lubang
Banyak lubang tanam dalam baris = (7,42x100)/20 = 37,1 lubang
Jumlah benih yang ditanam = 20,675x37,1 = 383,52125 benih
2. Menghitung Daya Kecambah Jagung Manis
Minggu 2 : Daya Tumbuh/Daya Kecambah
Jumlah Benih yang Mati = 104 benih
Jumlah Benih yang Tumbuh = 280 benih
% Daya Kecambah = (Jumlah kecambah/Jumlah benih) x100%
= (280/384) x100% = 72,91%
3. Menghitung Kebutuhan Benih Jagung Manis
Kebutuhan benih/petak jika unit Jagung Manis tiap 100 benih = 60gr
Kebutuhan benih/petak = (60gr/100 benih) x (∑populasi+∑penyulaman)
= (60gr/100benih) x benih = 292,8 gr/61,3634 m2
Kebutuhan benih/ha = 195,2 gr x (10000 m2
/ 61,3634 m2
)
= 47715,7 gr/ha
= 47.715,7 kg/ha
4. Menghitung Jumlah Populasi Jagung Hibrida
Minggu 1 : Penanaman
Jumlah Populasi/petak
=
=
Luas Lahan x 1 benih
Jarak Tanam
(8,27 x 7,42) m2
x 1 benih = 61,3634 m2
= 383,52125 Benih
(0,8x0,2)m2
0,16 m2
Luas Lahan x 1 benih
Jarak Tanam
(8,27 x 7,42) m2
x 1 benih = 61,3634 m2
= 383,52125 Benih
(0,8x0,2)m2
0,16 m2
32
Jumlah Populasi/ha = 383,52125 Benih x 10000 m2
/61,3634 m2
= 62500
Benih/ha
Banyak lubang tanam antar baris = (8,27x100)/80 = 10,3375 lubang
Banyak lubang tanam dalam baris = (7,42x100)/20 = 37,1 lubang
Jumlah benih yang ditanam = 20,675x37,1 = 383,52125 benih
5. Menghitung Daya Kecambah Jagung Hibrida
Minggu 2 : Daya Tumbuh/Daya Kecambah
Jumlah Benih yang Mati = 19 benih
Jumlah Benih yang Tumbuh = 365 benih
% Daya Kecambah = (Jumlah kecambah/Jumlah benih) x100%
= (365/384) x100% = 95,05 %
6. Menghitung Kebutuhan Benih Jagung Hibrida
Kebutuhan benih/petak jika unit Jagung Manis tiap 100 benih = 60gr
Kebutuhan benih/petak = (60gr/100 benih) x (∑populasi+∑penyulaman)
= (60gr/100benih) x benih = 292,8 gr/61,3634 m2
Kebutuhan benih/ha = 195,2 gr x (10000 m2
/ 61,3634 m2
)
= 47715,7 gr/ha
= 47.715,7 kg/ha
7. Menghitung Jumlah Populasi Kacang Tanah
Minggu 1 : Penanaman
Jumlah Populasi/petak
=
=
Jumlah Populasi/ha = 747,0425 Benih x 10000 m2
/61,3634 m2
= 121.740,7282
Benih/ha
Banyak lubang tanam antar baris = (8,27x100)/40 = 20,675 lubang
Banyak lubang tanam dalam baris = (7,42x100)/20 = 37,1 lubang
Jumlah benih yang ditanam = 20,675x37,1 = 767,0425 benih
8. Menghitung Daya Kecambah Kacang Tanah
Minggu 2 : Daya Tumbuh/Daya Kecambah
Jumlah Benih yang Mati = 69 benih
Jumlah Benih yang Tumbuh = 698 benih
% Daya Kecambah = (Jumlah kecambah/Jumlah benih) x100%
= (698/767) x100% = 91 %
Luas Lahan x 1 benih
Jarak Tanam
(8,27 x 7,42) m2
x 1 benih = 61,3634 m2
= 767,0425 Benih
(0,4x0,2)m2
0,08 m2
33
9. Menghitung Kebutuhan Benih Kacang Tanah
Kebutuhan benih/petak jika unit kacang tanah tiap 100 benih = 40gr
Kebutuhan benih/petak = (40gr/100 benih) x (∑populasi+∑penyulaman)
= (40gr/100benih) x 836 benih = ….. gr/75m2
Kebutuhan benih/ha = 334,4 gr x (10000 / 61,3634 m2
)
= 84.495,02 gr/ha
= 84,495 kg/ha
10. Menghitung Kebutuhan Pupuk
KP Nitrogen/ha =100 kg (45% Nitrogen) → (100/45) x 100Kg
= 222,2222 Kg Urea/ha
KP Unsur urea dalam petak seluas 61,3634 m2
= 222,2222 Kg/ha x (61,3634
m2
/10.000 m2
) = 1.3636 Kg urea
KP P2O5/ha = 200kg (36% P2O5 ) → (100/36) x 200 Kg
=555,5 kg SP-36/ha
KP Unsur SP-36 dalam petak seluas 61,3634 m2
= 555,5 kg SP-36/ha x
(61,3634 m2
/10.000 m2
) = 3,408 kg SP-36
KP K2O /ha = 150 kg (60% K2O )→ (100/60) x 150 Kg = 250 Kg KCl/ha
KP Unsur KCl dalam petak seluas 61,3634 m2
= 250 Kg/ha x (61,3634
m2
/10.000 m2
) = 1,534 Kg KCl
11. Menghitung Indeks Luas Daun Jagung Manis
Pengukuran indeks luas daun dilakukan pada usia 7 MST. Karena tanaman
jagung manis mati pada usia 5 MST jadi tidak ada pengukuran indeks daun.
12. Menghitung Rendemen Jagung Manis
Tanaman jagung manis terserang penyakit bulai jagung mulai dari umur 3
MST sampai umur 5 MST sehingga dilakukan pembongkaran atau pencabutan semua
tanaman jagung manis tanpa terkecuali pada tanaman yang resisten terhadap bulai
sekalipun. Hal ini mengakibatkan tanaman jagung manis tersebut mati sebelum berbuah
sehingga tidak ada jagung yang dapat di panen.
13. Menghitung Bobot Polong per Hektar Jagung Manis
Tidak terdapat jagung manis yang dapat dipanen karena terserang bulai pada usia
5 MST.
14. Indeks Luas Daun ( ILD ) Jagung Hibrida
Luas daun = (Luas Kertas x Bobot Daun ) / Bobot Kertas
= ( 22,7 cm x 25,2 cm) x 12,452 gr) /2,712 gr
= 2626,49 cm2
/tanaman
34
15. Menghitung Rendemen Jagung Hibrida
Tanaman
Jagung
Ke
Bobot
Dengan
Kelobot
Bobot
Tanpa
Kelobot
Bobot
Jual
Panjang
Tanpa
Kelobot
Panjang
Dengan
Kelobot
Diameter
Kelobot
1 100 91 95 25,5 22 4,0
2 140 125 130 25 21,5 4,15
3 350 315 330 24,6 21 4,9
4 110 95 100 21,5 18 5,0
5 250 220 240 24,6 19,6 4,86
Rata-
rata
190 169,2 179 24,24 20,42 4,582
Rendemen = (∑ bobot kelobot siap jual / ∑ bobot total) x 100% = (895 gram/950
gram ) x 100% = 94,21 %
Jadi rendemen dari kacang tanah yang diperoleh dari panen tumpang sari jagung
manis dengan dua tanaman sela adalah sebesar 94,21 %
16. Menghitung Bobot Polong per Hektar Jagung Hibrida
Bobot kelobot siap jual/petak = 2.725 kg
Bobot polong/ha = 2,725 Kg x (10000 m2
/ 61,3634 m2
)
=444,0757 kg
17. Indeks Luas Daun ( ILD ) Kacang Tanah
Indeks Luas Daun ( ILD )
Luas daun = (Luas Kertas x Bobot Daun )/Bobot Kertas
= (( 20cm x 20cm)x4,5679 gr)/2,1019gr = 869,3 cm2
/tanaman
18. Menghitung Rendemen Kacang Tanah
Tanaman
Kacang
Tanagh Ke
Bobot
Polong
(gram)
Bobot
Brangkasan
(gram)
Bobot
Total
(gram)
Tinggi
Tanaman
(cm)
Hasil Produksi
(Kg)
1 25 149 174 47 3125
2 32 183 215 52 4000
3 20 150 170 43 2500
4 27 163 190 45 3375
5 35 175 210 50 4375
Rata-rata 27,8 164 191,8 47,4 3475
Rendemen = (∑bobot polong/∑bobot total) x 100% =(139 gram / 959 gram) x
100% = 14,4942 %
Jadi rendemen dari kacang tanah yang diperoleh dari panen tumpang sari jagung
manis dengan dua tanaman sela adalah sebesar 14,3899 %
19. Menghitung Bobot Polong per Hektar Kacang Tanah
Bobot polong/petak = 26,25 kg
Bobot polong/ha = 26,25 kg x (10000 m2
/ 61,3634 m2
)
=4277 kg = 4,277 ton 35
Lampiran 2
DATA PENGAMATAN SELAMA PRAKTIKUM
Data Percobaan Monokultur Kacang tanah
Tabel Pengamatan Kacang Tanah
(Monokultur)
Jumlah Daun
No. Tanaman Ke
2
MST 3MST 4MST 5 MST 6 MST 7 MST
1 1 7 20 41 49 55 69
2 2 8 17 36 50 53 76
3 3 9 21 41 48 59 79
4 4 7 18 35 46 52 75
5 5 6 13 27 38 41 60
6 6 7 17 35 39 58 82
7 7 9 22 41 45 46 67
8 8 9 19 26 46 42 68
9 9 9 21 42 55 60 73
10 10 8 19 36 53 50 73
11 ∑ Tanaman 7.9 18.7 36 45.1 51.6 72.2
Jumlah Cabang
No. Tanaman Ke
2
MST 3MST 4MST 5 MST 6 MST 7 MST
1 1 3 6 8 8 9 9
2 2 3 6 11 10 10 10
3 3 3 7 10 10 10 10
4 4 3 5 10 10 10 10
5 5 3 5 8 8 8 8
6 6 3 5 9 10 10 10
7 7 3 8 10 10 10 10
8 8 3 6 6 8 8 10
9 9 3 7 10 10 10 11
10 10 3 6 9 9 10 10
11 ∑ Tanaman 3 6.1 9.1 9.3 9.5 9.8 36
Data Pengamatan Tumpangsari Jagung Manis Dengan Satu Tanaman Sela
Data pengamatan jagung manis
No. 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Tanman TT(cm) JD TT(cm) JD D(cm) TT(cm) JD D(cm) TT(cm) JD D(cm)
1 37 4 57 6 3.4 102 7 4.6 128.5 9 5.3
2 25.5 4 44.1 5 - 89 7 3.7 116.8 9 3.9
3 31.5 5 52.5 5 3.3 98.5 8 3.9 118.7 9 4.5
4 27 3 38.6 4 - 80.6 6 3.6 115.6 8 4.6
5 27.5 4 53.5 5 2.6 120.8 7 4.9 153.8 8 6.1
Rata
2
29.7 4 49.14 5 1.86 98.18 7 4.14 126.68 8.6 4.88
Data pengamatan jagung hibrida
No.
Tanman
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
TT(cm) JD TT(cm) JD LB(cm) TT(cm) JD LB(cm) TT(cm) JD LB(cm)
1 35.5 4 50.5 5 2.5 88.5 6 3.7 118.5 7 4.1
2 38.5 4 53.4 6 2.8 89 6 3.4 113.6 6 3.8
3 42 5 63.4 5 3.5 94 5 4.5 126.2 7 4.9
4 39.7 4 61.5 5 3.8 93.5 7 3.9 130.5 7 5
5 25.5 3 38.5 5 3.5 72.7 6 3.8 120.3 8 4.5
Rata2
36.24 4 53.46 5.2 3.22 79.74 6 3.86 108.1 6.6 4.46
No. 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 37
Tanman TT(cm) JD LB(cm) TT(cm) JD LB(cm) TT(cm) JD LB(cm) TT(cm) JD LB(cm)
1 148 8 4.2 155 8 4.3 169 11 4.3 216 10 4.8
2 145 7 3.9 177 8 4.1 207 10 4.3 211 9 4.4
3 157 8 4.9 188.5 10 5.1 220 12 5.2 229 12 5.6
4 165 8 5.3 193 8 5.5 218 11 5.9 220 11 5.3
5 155.6 8 4.8 186.5 9 4.9 199.5 9 4.9 220 10 5.4
Rata2
154.12 7.8 4.62 180 8.6 4.9 202.7 10.6 4.92 219.2 10.4 5.175
Data Pengamatan Kacang Tanah
No.
Tanman
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
JD JD JC JD JC JD JC JD JC JD JC
6 8 17 5 27 6 36 7 47 7 58 8
7 4 15 5 26 6 37 6 46 7 49 7
8 6 18 5 29 7 44 7 52 7 65 8
9 8 16 5 28 7 44 7 50 8 62 9
10 7 16 5 29 8 45 8 55 8 64 9
Rata2
6.6 16.4 5 27.8 6.8 41.2 7 50 7.4 59.6 8.2
38
Data Percobaan Tumpangsari dan Dua Tanaman Sela
a. Jagung sebelum terkena bulai (Jagung Manis)
Tinggi Jagung Manis (cm)
Keliling Batang Jagung Manis
Tanaman
Contoh
2 Mst 3 Mst 4 Mst
1 4 4 7
2 4 3.5 4
3 3 4.5 6
4 3 4 6
5 4 4.3 6
Rata-rata 3.6 4.06 5.8
Jumlah Daun Jagung Manis
Tanaman
Contoh
2 Mst 3 Mst 4 Mst
5
Mst
1 2 4 6 6
2 4 5 6 7
3 4 5 7 7
4 4 6 7 7
5 4 5 7 7
Rata-rata 3.6 5 6.6 6.8
b. Jagung setelah terkena bulai (jagung hibrida)
Tinggi Tanaman Jagung Hibrida
Tanaman
Contoh
2 Mst 3 Mst 4 Mst
5
Mst
6
Mst
7
Mst
8
Mst
9
Mst
1 11.5 68 81 98 147 160 162 165
2 16.5 110 124 135 159 180 184,5 185
3 69 139 146 152 158 161 161 162
4 38.5 93 101 108 127 132 134 134
5 29 105.5 126,5 144 149 164 166 166
Tanaman
Contoh
2 Mst 3 Mst 4 Mst
1 32.1 58.8 100
2 29 58 95.5
3 33 61.5 118.5
4 32.3 65.9 109.8
5 35.5 67 110
Rata-rata 32.38 62.24 106.76 39
Rata-rata 32.9 103.1 112 127.4 146.5 159.4 156.8 162.4
Keliling Jagung Hibrida
Tanaman
Contoh
2 Mst 3 Mst 4 Mst
5 Mst 6 Mst
7 Mst
8
Mst
9
Mst
1 1.7 2 3,1 3,8 4,4 6.3 6,3 6.4
2 2.5 2.5 2,6 3,7 3,9 7.7 7,7 7.7
3 2.5 2.5 2,6 3,4 4,7 7.5 7,8 8
4 3 3.1 3,3 3,4 3,7 4 5,0 6.3
5 1.5 1.6 2,3 3,9 4,6 6 6,1 6.3
Rata-rata 2.24 2.34 2,8 4,0 5,1 6.4 6,8 6.94
Jumlah Daun Jagung Hibrida
Tanaman
Contoh
2 Mst 3 Mst 4 Mst
5
Mst
6
Mst
7
Mst
8
Mst
9
Mst
1 2 4 5 7 8 10 11 11
2 2 3 4 6 8 11 12 12
3 2 4 6 7 9 11 11 11
4 2 4 5 6 7 8 9 10
5 3 4 5 6 7 9 10 11
Rata-rata 2.2 3.8 5 6.4 7.8 9.8 10.6 11
c. Kacang tanah
Jumlah Daun Kacang Tanah
Tanaman
Contoh 2 Mst 3 Mst 4 Mst 5 Mst 6 Mst 7 Mst
1 7 16 21 34 53 60
2 7 20 32 35 75 48
3 6 15.8 26 29 70 49
4 7 13 23 32 60 36
5 9 15 42 45 79 60
Rata-rata 7.2 15.96 28.8 35 67.4 50.6
Jumlah Cabang Kacang Tanah
Tanaman
Contoh 2 Mst 3 Mst 4 Mst 5 Mst 6 Mst 7 Mst
1 2 4 5 5 9 10
2 2 4 4 6 9 9
3 2 4 4 5 9 9
4 2 4 5 5 9 9
5 2 4 5 8 9 10 40
Rata-rata 2 4 4.6 5.8 9 9.4
Produksi Tanaman Jagung Manis dan Kacang Tanah per Hektar
Kelompok Jagung Manis
(ton)
Jagung
hibrida
(ton)
Kacang Tanah
(ton)
Monokultur Jagung Manis -
Monokultur Kacang tanah -
Tumpangsari dengan Satu
Tanaman Sela
-
Tumpangsari dengan Dua
Tanaman Sela
- 0,4440757 4,277
Rendemen Kacang Tanah (%)
Kelompok Rendemen Kacang Tanah (%)
Monokultur Kacang tanah
Tumpangsari dengan Satu Tanaman
Sela
Tumpangsari dengan Dua Tanaman
Sela
14,3899
41
Lampiran 4
Rekapan Data hasil panen pada lahan tanaman Tumpangsari
RATA-RATA TINGGI TANAMAN CONTOH JAGUNG HIBRIDA PERCOBAAN TUMPANG
SARI
Perlakuan Tinggi Tanaman Contoh (cm) Rata-
rata
Pada Umur Tanaman (MST)
2 3 4 5 6 7 8 9
T1 26.8 45.3 75.9 106.6 131.1 151.1 175.2 190.6 112.825
T2
T3 36.24 53.46 79.74 108.1 154.12 180 202.7 219.2 129.195
T4
32.9 103.1 112 127.4 146.5 159.4 156.8 162.4
RATA-RATA LINGKAR BATANG TANAMAN CONTOH JAGUNG HIBRIDA PERCOBAAN
TUMPANG SARI
Perlakuan Lingkar Batang Tanaman Contoh (cm) Rata-rata
Pada Umur Tanaman (MST)
2 3 4 5 6 7 8 9
T1 2.84 3.71 4.71 5.65 6 6.14 6.24 5.041429
T2
T3 _ 3.22 3.86 4.46 4.62 4.9 4.92 5.175 4.450714
T4 2.24 2.34 2,8 4,0 5,1 6.4 6,8 6.94
RATA-RATA JUMLH DAUN TANAMAN CONTOH JAGUNG PERCOBAAN TUMPANG SARI
Perlakuan Jumlah Daun Tanaman Contoh Rata-rata
Pada Umur Tanaman (MST)
2 3 4 5 6 7 8 9
T1 4.6 7.1 7.25 9 8 8.6 11.7 11.1 8.41875
T2
T3 4 5.2 6 6.6 7.8 8.6 10.6 10.4 7.4
T4 2.2 3.8 5 6.4 7.8 9.8 10.6 11 42
DATA PENGAMATAN KACANG TANAH DUA SELA
PERLAKUAN
JUMLAH DAUN
UMUR TANAMAN (MST)
2 3 4 5 6 7
T1 _ _ _ _ _ _
T2 2.9 18.7 36 45.1 51.6 72.2
T3 6.6 16.4 27.8 41.2 50 59.6
T4 7.2 15.96 28.8 35 67.4 50.6
DATA PENGAMATAN KACANG TANAH
PERLAKUAN
JUMLAH CABANG
UMUR TANAMAN (MST)
2 3 4 5 6 7
T1
T2 3 6.1 9.1 9.3 9.5 9.8
T3 _ 5 6.8 7 7.4 8.2
T4 2 4 4.6 5.8 9 9.4
Hasil Pengamatan Panen Pada Lahan Tumpangsari
Perlakuan BTBK BTTL BTSP BBR LTTK PTTK
T1 92.64 43.4 40.3 299.18 3.95 12.9
T2 _ _ _ _ _ _
T3 86.62 36.95 34.23 295.16 4.34 13.54
T4 190 169,2 179 374,24 14,39 20,42
BTBK= BERAT TONGKOL BERKELOBOT (gram)
BTTL= BERAT TONGKOL TANPA KELOBOT (gram)
BTSP= BERAT TONGKOL SIAP PASARKAN (gram)
LTTK= LINGKAR TONKOL TANPA KELOBOT (cm)
PTTK= PANJANG TONGKOL TANPA KELOBOT (cm) 43
Lampiran 3
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
Gambar lahan sebelum ditanam
Gambar lahan tumpansari jagung
dan 2 baris kacang tanah
Gambar pengukuran sample oleh praktikan Gambar kacang tanah
Gambar pengamatan kelompok terhadap lahan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment