Saturday, October 20, 2012


Mk. Dasar-Dasar Agronomi         Praktikum : Rabu, pkl. 07.00- 10.00 WIB


LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR AGRONOMI (AGH 200)
TUMPANGSARI
ANTARA JAGUNG MANIS DENGAN KACANG TANAH

  Asisten Praktikum:  
Uli Khusna Inayati    A240539081







Disusun oleh :

Kelompok T4-4 :

1. Munandar Irfanda    ( A24080062 )
2. Yusak         ( A24080079 )
3. Emilia Tri Widyastuti    ( A24080122 )
4. Adisty Rizkyarti      ( A24080164 )
5. Muhammad Hilal      ( A24080172 )
6.Gusti Eman Ayu S.J    ( A24080185 )
7. Fatchah Sakinah      ( G24080048 )






DEPARTEMEN AGRONOMI & HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009/2010  i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena  telah memberikan  rahmat dan
nikmatnya-  nya  sehingga  kami  dapat  menyelesaikan  laporan  Dasar-dasar
Agronomi ini dangan baik.
Laporan  ini  merupakan  laporan  tertulis  dari  percobaan  yang  telah
dilakukan  di  Kebun  Percobaan  Leuikopo,  dan  Kebun  Percobaan  Cikabayan.
Laporan  ini dimaksudkan sebagai salah satu penyelesaian kompetensi mahasiswa
terhadap mata  kuliah Dasar-Dasar Agronomi.  Laporan  ini  dibuat  secara  tertulis
pada  akhir  praktikum  oleh  tiap-tiap  kelompok  perlakuan.  Namun,  data  yang
digunakan  berasal  dari  data  seluruh  perlakuan  dalam  satu  judul  percobaan.
Laporan ini terdiri atas tiga bagian yang dijilid dalam satu berkas laporan. Bagian
pertama  membahas  mengenai  identifikasi  tanaman  perkebunan.  Bagian  ini
membahas  tentang  berbagai  jenis  dan  karakteristik  tanaman  perkebunan  yang
diamati  di  Kebun  Percobaan  Cikabayan.  Bagian  dua  membahas  mengenai
praktikum  budidaya  tanaman  yang  dilakukan  di  Kebun  Percobaan  Leuikopo.
Sedangkan  bagian  tiga  membahas  mengenai  budidaya  tanaman  dalam  wadah.
Bagian ini membahas metode pelaksanaan budidaya tanaman dalam wadah.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada para dosen pembimbing
praktikum Dasar- Dasar Agronomi  yang  telah memberikan penjelasan  saat akan
dilaksanakannya  praktikum  dan  memberikan  penjelasan  mengenai  penyusunan
laporan  sehingga  laporan  ini  dapat  diselesaikan  dengan  baik.  Selain  itu  tim
penyusun  juga  mengucapkan  terima  kasih  kepada  para  asisten  praktikum  yang
telah  membimbing,  mengajarkan  dan  membantu  dalam  pelaksanaan  praktikum.
Tidak  lupa  juga  kami  ucapkan  terima  kasih  kepada  tukang  kebun  yang  telah
menyiapkan semua alat-alat percobaan sehingga praktikum kami dapat terlaksana
dengan baik.
Mengingat  laporan yang kami susun  ini belum dapat dikatakan sempurna,
oleh  karena  itu  kam  selaku  tim  penyusun mengharapkan  kritik  dan  saran  yang
sekiranya  dapat  membantu  penyempurnakan  dari  laporan  ini  agar  laporan  ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua, amin.




Bogor, 7 Januari 2010


Tim Penyusun   ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………….  ii
Daftar Tabel dan Grafik……………………………………………………..  iii
Daftar Gambar………………………………………………………………...  iv
A. B. Identifikasi Tanaman Perkebunan……………………………………  1
B. Tumpangsari Antara Jagung Manis dengan Kacang Tanah…………... 9
I. PENDAHULUAN……………………………………………………….  9
A. Latar Belakang ……………………………………………………... 9
B. Tujuan ……………………………………………………………….  10
II. TINJAUAN PUSTAKA... ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... .... ... ... ... ... ... ... 11
III.BAHAN DAN METODE …………………………………………….  20
A. Waktu dan Tempat ………………………………………………….  20
B. Alat dan Bahan ……………………………………………………...  20
C. Metode Pelaksanaan ………………………………………………  21
D. Pengamatan ………………………………………………………… 22
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….. 24
V.KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….  14
VI.  DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………  15
C. Budidaya Tanaman Perkebunan ………………………………………... 20
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 31
Lampiran ……………………………………………………………………... 32   iii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Daftar Tabel
Daya kecambah Tanaman Jagung Manis dan Kacang Tanah…………………..  6
Indeks Luas Daun Tanaman.…………………………………………………………  10
Data Hasil Panen Tanaman Jagung Manis……………………………………...... 11
Data Hasil Panen Tanaman Kacang Tanah……………………………………….  11
Daftar Grafik
Pertumbuhan Daun Jagung Manis……………………………………………........  7
Pertumbuhan Batang Jagung Manis………………………………………………..  7
Pertumbuhan Lingkar Batang Tanaman Jagung Manis………………………….. 8
Pertumbuhan Daun Kacang Tanah…………………………………………………  8
Pertumbuhan Cabang Kacang Tanah…………………………………………........ 9
Tinggi Tanaman Kacang Tanah……………………………………………….........  9
Produksi Jagung Manis/hektar………………………………………………………. 12
Produksi Kacang Tanah/hektar……………………………………………………… 12

   1
DAFTAR GAMBAR
Kopi……………………………………………………………………………………. ..  2
Kelapa…………………………………………………………………………….  …. .. 3
Cacao……………………………………………………………………………………. 4
Sawit …………………………………………………………………………………..  5
Teh …………………………………………………………………………………….  5
Karet ……………………………………………………………………………………  6
Deskripsi Jagung 2.1 …………………………………………………………………  11
Jagung hybria di lahan……………………………………………………………….. 12
Jagung hiibrida bertongkol 2………………………………………………………….12  
Denah Petak Percobaan.……………………………………………………….......... 18
Albasia/sengon………………………………………………………………………… .35
Mahoni ………………………………………………………………………………..  36
Srikaya ………………………………………………………………………………….  36
Jambu Biji………………………………………………………………………………. 37
lahan sebelum ditanam………………………………………………………………....52
lahan tumpansari jagung dan 2 baris kacang tanah ………… … … … … … …  ..52
pengamatan kelompok terhadap lahan………………………………………………..52
pengukuran sample oleh praktikan …………  ..……………………………………. .52
kacang tanah … … … … … … .. … … .. … … …………………………………..52
























   2
BAGIAN I
IDENTIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berdasarkan  observasi  yang  telah  dilakukan  di  Cikabayan,  tentang
identifikasi  tanaman  perkebunan  telah  diamati  beberapa  tanaman  yang
dijadikan  perwakilan  sebagai  contoh.  Tanaman  perkebunan  adalah  tanaman
yang.  Tanaman  yang  dijadikan  pengamatan  diantaranya  adalah  kopi,  cacao,
kelapa sawit, kelapa, the dan karet.
Kopi merupakan produk yang paling diminati oleh seluruh orang yang
ada di dunia dan salah satu produk yang dikembangkan di daerah Jawa Barat.
Kopi  arabika  dianggap  lebih  baik  dan  bermutu  tinggi  dibandingkan  kopi
robusta. Beberapa usaha untuk merebut peluang pasarkopi antara  lain dengan
pengambangan  kopi  Arabika  melalui  kegiatan  peremajaan,  perluasan  dan
rehibilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika. Dibutuhkan
pula,  usaha  pemilihan  kopi  yang mempunyai  nilai  ekonomis  dan  rasa  yang
relative baik serta tahan terhadap penyakit karat daun.
Pada  kelapa  dapat  dikelompokan  menjadi,  kelapa  dalam,  kelapa
genyah, dan kelapa hibrida. Beberapa komoditi yang dihasilkan kelapa antara
lain batang, daun, nira dan buahnya. Tanaman yang diidentifikasi selanjutnya
adalah  kelapa  sawit  yang  merupakan  tumbuhan  industry  yang  penting  dan
menghasilkan minyak masak, minyak  industry,  dan  biodesel  (bahan  bakar).
Penyebaranya di daerah Sumatera, Aceh, Jawa, dan Sulawesi. Kelapa sawit ini
berbentuk hampir menyerupai tanaman salak tetapi durinya tidak terlalu keras
dan tajam.
Cacao yang sering dikenal coklat dalam bentuk bahan  jadinya setelah
mengalami proses pengeringan. Warna buah matangnya berwarna kekuningan,
dan  dalamnya  biji  coklat  tersebut  dilapisi  oleh  plasenta,  yang  bisa  juga
dikonsumsi  apabila  tidak  melakukan  proses  lanjut.  Selanjutnya  adalah  teh
yang  sudah memasyarakat di mata dunia. Terdapat beberapa  jenis  teh dalam
produk  jadinya antara  lain  teh celup,  teh seduh,  teh yang dipres,  teh stik, dan
teh instan. Biasanya teh ini tumbuh didataran tinggi, dan dapat disebut sebagai
perkebunan  teh.  Tanaman  terakhir  adalah  karet,  dimana  karet  ini  juga
memiliki  daya  ekonomi  yang  cukup  tinggi.  Karet  memiliki  lateks  (cairan
putih)  yang mengandung  polimer  hidrokarbon.  Senyawa  tersebut  pada  suhu
normal  akan  tidak  berbentuk  (amorf),  pada  suhu  rendah  karet  akan
mengkristal  dengan  meningkatnya  suhu,  karet  akan  mengembang  ,  searah
dengan sumbu panjangnya.

1.2 Tujuan
  Untuk mengetahui  berbagai  jenis  tanaman  perkebunan  khuswusnya  yang
terdapat  di  Cikabayan.  Mengenal  dan  mempelajari  berbagai  tanaman
perkebunan  dengan  cara  mengidentifikasinya,  kopi,  kelapa,  kelapa  sawit,
karet,  cacao,  dan  teh. Mengetahui  berbagai  kendala  dan  fungsi  dari macam-
macam tanaman perkebunan setelah mengidentifikasinya.   3
  Dengan  seperti  itu mahasiswa  dapat mengetahui  dasar  dari  pengetahuan
yang  telah  didapatkan  pada  saat  mengidentifikasi  sebelum  ke  tempat  yang
merupakan  perkebunan  besar,  jika  melakukan  sebuah  observasi  ataupun
penelitian disana.

BAB II
METODE OBSERVASI

  Praktikum  dilaksanakan  pada  Rabu,  16  Desember  2009  di  Kebun
Percobaan Cikabayan. Pada  saat praktikum,  para mahasiswa dibagi menjadi  tiga
kelompok. Masing-masing kelompok dipandu oleh dua orang dosen pembimbing
dan  seorang  asisten  praktikum.  Asisten  praktikum  berperan  dalam menjelaskan 
karakteristik dan metode budidaya  tanaman perkebunan. Hasil praktikum didapat
dari penjelasan asisten praktikum yang disesuaikan dengan pengamatan  langsung
dilapangan.   
 Lokasi  observasi  terbagi  menjadi  tiga  bagian,  yaitu  bagian  pertama
mengobservasi  tanaman  teh.  Bagian  kedua,  mengobservasi  tanaman  kakao  dan
karet. Sedangkan bagian ketiga, mengobservasi tanaman kelapa sawit, kelapa, dan
kopi.
Metode  yang  digunakan  untuk  observasi  adalah  sistem  rolling,
mendengarkan  penjelasan  asisten,  dan  observasi  tanaman  secara  langsung. 
Tanaman  yang  diobservasi  pada  praktikum    ini  adalah  tanaman  kopi,  kelapa,
kakao, kelapa sawit, teh, dan karet. 

BAB III
ISI

Praktikum  mengenai  identifikasi  tanaman  perkebunan  dilaksanakan  di
Kebun  Percobaan  Cikabayan  pada  tanggal  16 Desember  2009.  Pada  praktikum
tersebut dibahas mengenai karakteristik dan metode budidaya  beberapa  tanaman
perkebuanan.  Tanaman  yang  dibahas  pada  praktikum  tersebut  adalah  tanaman
kopi,  kelapa,  kakao,  kelapa  sawit,  the  dan  karet. Berikut  adalah  penjabaran  dari
masing-masing  tanaman  yang  dibahas  pada  praktikum  identifikasi  tanaman
perkebunan di Kebun Percobaan Cikabayan.

1. KOPI
Tanaman  kopi  merupakan  komoditi  ekspor
yang  cukup  menggembirakan  karena  mempunyai
nilai  ekonomis  yang  relativ  tinggi  di  pasaran  dunia,
di  samping  itu  tanaman  kopi  ini  adalah  salah  satu
komoditas  unggulan  yang  dikembangkan  di  Jawa
Barat. Tanaman kopi jenis arabika sat ini mempunyai
nilai  ekonomi  yang  cukup  tinggi  dibandingkan
dengan  kopi  Robusta  yang  mana  pada  tahun  1990
harga  kopi  Arabika  1,85  U$D/Kg,  sedangkan  kopi
Robusta  0,83U$D/Kg. Maka,  kopi  terbagi  ke  dalam
dua jenis (spesies) yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Dari kedua jenis tersebut
Arabika  lebih unggul dari Robusta. Tetapi, di sisi  lain Arabika mulai  langka dan   4
menyebabkan banyaknya permintaan dari kopi  jenis Robusta  yang  rasanya  lebih
pahit dan asam dibandingkan dengan kopi Arabika. Sehingga harga kopi Robusta
cenderung lebih murah. Salah satu jenis kopi yang harganya mahal dan tidak biasa
adalah  sejenis  Robusta  di  Indonesia  yang  dinamakan  kopi  luwak.  Kopi  ini
dikumpulkan  dari  kotoran  luwak,  yang  proses  pencernaanya  memberikan  rasa
yang  unik  dan  sedap.  Maka,  untuk  saat  ini  dibutuhkan  pemuliaan  untuk
meningkatkan produktivitas kopi arabika ditekankan untuk mendapatkan varietas
toleran  penyakit  karat  daun  berperawakan  katai.  Pengembangan  tanaman  kopi
Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari
kopi  Robusta  menjadi  kopi  Arabika.  Peremajaan  adalah  usaha  menggantikan
tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya
rendah  sehingga  perlu  diganti  dengan  yang  baru  dan  dapat  menghasilkan
produktivitas  yang  tinggi. Kegiatan  perluasan  adalah menanam  tanaman  kopi  di
areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan
perkembangan  tanaman  kopi.  Rehabilitasi  kebun  adalah  kegiatan  untuk
memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya
meningkat.  Rehabilitasi  tanaman  ditujukan  pada  populasi  tanaman  yang  telah
berkurang  karena  kesalahan  kultur  teknis,  serangan  hama  dan  penyakit  serta
kekeringan  yang  akan  akan  mengakibatkan  produktivitas  tanaman  per  hektar
rendah  atau  tidak  menguntungkan  untuk  diusahakan.  Hama  dan  penyakit  yang
terdapat dalam kopi :
-  Hama  Bubuk  Buah  penyebab  adalah  sejenis  kumbang  kecil,
menyerang  buah  muda  dan  tua.  Pengendalian  dengan  mekanis  yaitu
dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis
dengan  penjarangan  naungan  dan  tanaman  sedangkan  secara  chemis
dengan  Insektisida  Dimecron  50  SCW,  Tamaron,  Argothion,
Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.
-  Bubuk  Cabang  (Xyloborus  moliberus).  Menyerang/menggerek
cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi. Daun menjadi kuning
dan  rontok  kemudian  cabang  akan  mongering.  Pengendalian  sama
seperti pada hama bubuk buah
-  Penyakit  Karat  Daun.  Penyebab  adalah  sejenis  Cendawan.  Tanda
serangan  ada  bercak-bercak  merah  kekuningan  pada  bagian  bawah
daun,  sedangkan  di  permukaan  daun  ada  bercak  kuning.  Kemudian
daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam
kering

2. KELAPA

Kelapa  merupakan  family  Arecaceae  dengan
genus  cocos  dan  mempunyai  nama  spesies  Cocos
nucivera.  Buah  kelapa  terdiri  dari  kulit  luar,  sabut,
tempurung,  kulit  daging  (testa),  daging  buah,  air
kelapa dan lembaga. Tiga spesies yang dimiliki kelapa
antara  lain  kelapa  dalam,  kelapa  genyah  dan  kelapa
hibrida.  Batang  kelapa  dalam  lebih  tinggi  juka
dibandingkan  dengan  kelapa  Genyah.  Kelapa  dalam   5
juga memiliki  beberapa  jenis  seperti kelapa  yang berada di Afrika Barat, Afrika
Tengan dan Bali. Berbeda dengan kelapa genyah yang batangnya  tidak seberapa
tinggi  tetapi dapat berbuah  banyak,  serta menghasilkan  sari minyak  yang  tinggi.
Berbagai jenis kelapa genyah antara lain, Malaya Kuning, Malaya Merah dan Nias
Kuning.  Untuk  mendapatkan  hasil  terbaik  maka  dilakukan  perkawinan  silang
antara  kelapa  hibrida  dan  kelapa  genyah  yang  sering  disebut  kelapa  hibrida,
memiliki batang yang cukup tinggi dan buah yang banyak. Dapat dibilang kelapa 
memiliki fungsi dari setiap bagian tubuhnya. 
Ada  beberapa  komoditi  yang  dapat  diperoleh  dari  pohon  kelapa,  yaitu
batang,  daun,  nira  dan  bagian-bagian.  Batang  kelapa  tua  dapat  dijadikan  bahan
bangunan, mebel,  jembatan darurat, kerangka perahu dan kayu  bakar, Kayu dari
pohon  kelapa  yang  dijadikan  mebel  dapat  diserut  sampai  permukaannya  licin
dengan  tekstur  yang menarik. Daun  kelapa  digunakan  untuk  hiasan  atau  janur,
sarang  ketupat  dan  atap. Tulang  daun  atau  lidi  dijadikan  barang  anyaman,  sapu
lidi  dan  tusuk  daging  (sate). Nira  juga  dapat  dikemas  sebagai minuman  ringan.
Sabut kelapa yang  telah dibuang gabusnya merupakan serat alami yang berharga
mahal untuk pelapis  jok dan kursi, serta untuk pembuatan tali. Tempurung kelapa
dapat  dibakar  langsung  sebagai  kayu  bakar,  atau  diolah menjadi  arang. Daging
kelapa muda dapat dijadikan campuran minuman cocktail dan dijadikan selai. Air
kelapa  dapat  dimanfaatkan  sebagai  bahan  pembuatan  kecap  dan  sebagai  media
pada fermentasi nata de coco.

3.  CACAO
Kakao  dengan  bahasa  latin  Theobroma  cacao  .
Kakao  banyak  ditemukan  di  daerah  dataran  tinggi.
Kakao  banyak  digunakan  untuk  pembuatan makanan
enak  seperti  coklat.  Masa  pembuahan  dari  kakao
sendiri  selama  4  bulan  dan  merupakan  tumbuhan
menyerbuk.  Terdapat  kakao  yang  memiliki  batang
(kaki)  yang  besar  dan  biasa  disebut  kaki  gajah.
Penyerbukan  kakao  terjadi  pada  malam  hari  dengan
bantuan  lalat  forcipormia.  Varietas  kakao  ada  tiga
yaitu :
1. Criolo
  merupakan varietas yang paling bagus tetapi, rentan terhadap serangan hama, 
2. Forastero
  kualitas sedang tapi tahan terhadap hama,
3. Trinitario
merupakan hibrida dari criolo dan forastero.
Warna buah kakao bila masih muda adalah hijau dan ketika sudah matang
biasanya berwarna kuning. Bijinya dilindungi oleh plasenta berwarna putuh, dan
plasenta  tersebut  bisa  kita  makan  apabila  tidak  ada  pengolahan  lebih  lanjut
menjadi coklat. Pada pasca panen pulp  tersebut difermentasi selama kurang  lebih
tiga  hari  kemudian,  biji  dikeringkan.  Hasil  jadi  sebuah  kakao  adalah  bahan
makanan yang sering kita konsumsi yaitu coklat.


   6

4. SAWIT
Bahasa  latin  sawit  adalah  Elais  guinensis.
Kelapa  sawit  (Elaeis)  adalah  tumbuhan  industri
penting  penghasil  minyak  masak,  minyak  industri,
maupun  bahan  bakar  (biodiesel).  Penampilannya
yang sekilas mirip dengan pohon salak yang memiliki
diri  di  setiap  batangnya.  Sawit  memiliki  akar  nafas
yang  berguna  untuk  mendapat  tambahan  aerasi.
Monoceus  diclin  merupakn  cirri  dari  kelapa
sawit,karena memiliki bunga  jantan dan bunga betina
yang  terpisah  dalam  satu  pohon.  Bunga  jantan
memiliki bentuk  lancip dan panjang sementara bunga
betina  terlihat  lebih  besar  dan  mekar.  Seperti  jenis  palma  lainnya,  daunnya
tersusun  majemuk  menyirip.  Daun  berwarna  hijau  tua  dan  pelepah  berwarna
sedikit  lebih muda. Tanaman sawit dengan  tipe cangkang pisifera bersifat  female
steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih
unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah terdiri dari tiga lapisan:
  Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  Mesoskarp, serabut buah
  Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji merupakan endosperma dan embrio
dengan kandungan minyak  inti berkualitas  tinggi. Kelapa sawit berkembang biak
dengan cara generatif. Buah  sawit matang pada kondisi  tertentu embrionya akan
berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Penangkar
seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri
dari
  Dura,
  Pisifera, dan
  Tenera.
Bagian  daging  buah  menghasilkan  minyak  kelapa  sawit  mentah  yang  diolah
menjadi  bahan  baku  minyak  goreng. Minyak  sawit  juga  diolah  menjadi  bahan
baku  margarin.  Minyak  inti  menjadi  bahan  baku  minyak  alkohol  dan  industri
kosmetika.  Daging  dan  kulit  buahnya  mengandung  minyak.  Minyaknya  itu
digunakan  sebagai  bahan  minyak  goreng,  sabun,  dan  lilin.  Ampasnya
dimanfaatkan untuk makanan  ternak. Ampas yang disebut bungkil  itu digunakan
sebagai  salah  satu  bahan  pembuatan makanan  ayam.  Tempurungnya  digunakan
sebagai bahan bakar dan arang.

5. TEH

Bahasa  latinnya  adalah  Camellia
sinensis.Tanaman  teh  umumnya  ditanam  di
perkebunan,  dipanen  secara  manual,  dan  dapat
tumbuh pada ketinggian 200 - 2.300 m dpl. Teh
berasal  dari  kawasan  India  bagian  Utara  dan
Cina  Selatan.  Ada  dua  kelompok  varietas  teh
yang  terkenal,  yaitu  var.  assamica  yang  berasal   7
dari Assam dan  var.  sinensis  yang berasal dari Cina. Varietas assamica daunnya
agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih
kecil  dan  ujungnya  agak  tumpul.  Pohon  kecil,  karena  seringnya  pemangkasan
maka  tampak  seperti  perdu.  Bila  tidak  dipangkas,  akan  tumbuh  kecil  ramping
setinggi  5  -  10 m,  dengan  bentuk  tajuk  seperti  kerucut. Batang  tegak,  berkayu,
bercabang-cabang, ujung  ranting dan daun muda  berambut halus. Daun  tunggal,
bertangkai pendek,  letak berseling, helai daun kaku seperti kulit  tipis, bentuknya
elips  memanjang,  ujung  dan  pangkal  runcing,  tepi  bergerigi  halus,  pertulangan
menyirip,  panjang  6  -  18  cm,  lebar  2  -  6  cm,  warnanya  hijau,  permukaan
mengilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi
satu, berkelamin dua, garis tengah 3 - 4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala
sari  berwarna  kuning,  harum.  Buahnya  buah  kotak,  berdinding  tebal,  pecah
menurut ruang, masih muda hijau setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1 - 3.
Pucuk  dan  daun  muda  yang  digunakan  untuk  pembuatan  minuman  teh.
Perbanyakan dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan. 

6. KARET
Nama  latin  dari  karet  adalah  Havea
brassiliensis.  Havea  brasiliensis  yang  berasal  dari
Negara Brazil. Karet adalah polimer hidrokarbon yang
terkandung  pada  lateks  beberapa  jenis  tumbuhan. Pada
suhu  normal,  karet  tidak  berbentuk  (amorf).  Pada  suhu
rendah  ia  akan  mengkristal.  Jumlah  biji  biasanya  ada
tiga  kadang  enam  sesuai  dengan  jumlah  ruang. Ukuran
biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman
dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan
sifat  dikotilnya,  akar  tanaman  karet  merupakan  akar
tunggang.  Akar  ini  mampu  menopang  batang  tanaman
yang  tumbuh  tinggi  dan  besar.  Dengan  meningkatnya  suhu,  karet  akan
mengembang,  searah  dengan  sumbu  panjangnya.  Penurunan  suhu  akan
mengembalikan  keadaan mengembang  ini.  Inilah  alasan mengapa  karet  bersifat
elastic.  Syarat  pertumbuhan,  suhu  udara  240C  -  280C.Curah  hujan  1.500-2.000
mm/tahun, penyinaran matahari antara 5-7  jam/hari,   Kelembaban  tinggi, kondisi
tanah  subur,  dapat meneruskan  air  dan  tidak  berpadas,  tanah  ber-pH  5-6  (batas
toleransi  3-8),  ketinggian  lahan  200 m  dpl.  Panen,  penyadapan  pada  umur  +  5
tahun,  dan  dapat  dilakukan  selama  25-35  tahun.  Penyadapan  pertama  dilakukan
setelah  tanaman  berumur  5-6  tahun. Tinggi  bukaan  sadap  pertama  130  cm  dan
bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi. Hal yang perlu diperhatikan
dalam  penyadapan  antara  lain:  Pembukaan  bidang  sadap  dimulai  dari  kiri  atas
kekanan bawah, membentuk sudut 300. Tebal  irisan sadap dianjurkan 1,5-2 mm.
Dalamnya  irisan sadap 1-1,5 mm. Waktu penyadapan yang baik adalah  jam 5.00-
7.30  pagi.  Dalam  penyadapan  dapat  dilakukan  dengan  cara  melukai  kulit
batangnya  sehingga  keluar  cairan  kental  yang  kemudian  ditampung.  Cairan  ini
keluar akibat  tekanan  turgor dalam sel yang  terbebaskan akibat pelukaan. Aliran
ini akan berhenti apabila semua  isi  telah habis dan  luka  tertutup oleh  lateks yang
membeku. Hama dan penyakit pada karet adalah.
   8
a.  Hama
a.Kutu Tanaman (Planococcus citri)
Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun
muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian:
Menggunakan BVR atau Pestona.
b. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)
Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal
dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona
b. Penyakit
a. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah
(Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium
salmonicolor),
b. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora),
Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
c. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora
palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
d. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit
colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora
(Jamur Phytophthora botriosa)



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1  Kesimpulan
Tanaman  perkebunan  memiliki  kekhasannya  masing-masing  dalam  segi
morfologi  maupun  fungsinya  untuk  memenuhi  kebutuhan  mkhluk  hidup.
Seperti pada tanaman kelapa yang memiliki banyak fungsi dari pohon bagian
atas hingga akarnya. Fungsinya pun membawa keuntungan yang cukup besar
dari segi produksi. 
  Karet  sudah merambah  pasar  dunia,  tercatat  Indonesia  juga  berproduksi
karet cukup besar. Sehingga kita berbangga akan hasil perkebunan yang harus
diolah  dan  dipelihara  sabagaiman  mestinya  agar  tidak  terjadi  kerusakan
(degradasi lahan), dan mengoptimalkan lahan yang ada di daerah sekitar kita.
  Pada  kopi  biasa  ditanam  pada  tanah  oksisol  yang  kedalamannya  kurang
dari  1 m. Kopi  pun  sudah mendunia  hingga  bisa  disebut merupakan  teman
baik  dari  teh. Kopi  yang  palin  banyak  dicari  salah  satunya Robusta. Tetapi
karena kelangkaanya menyebabkan kopi Robusta berperan dalam perubahan
kualitas. Begitupun sawit, cacao, dan teh yang tak kalah bagusnya dalam segi
produksi. 
  


   9
4.2  Saran
Mahasiswa, khusunya holtikultur pada akhirnya harus dapat mengenal
berbagai jenis tanaman perkebunan. Sebagian besar dari tanaman perkebunan
memberikan manfaat yang menahun atau dalam  jangka yang  lama, sehingga
baik untuk produksi. Serta jika dihubungkan dengan kondisi tanah,  juga akan
memberikan manfaat bagi kehidupan di bawahnya (mikroorganisme).























   1

BAGIAN II
PRAKTIK BUDIDAYA TANAMAN
TUMPANGSARI ANTARA JAGUNG MANIS DENGAN KACANG
TANAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktikum  lapangan  Dasar-Dasar  Agronomi  merupakan  serangkaian
kegiatan  di  lapanganyang  berisikan  materi  identifkasi  dn  praktik  kegiatan
budidaya  tanaman.  melalui  praktikum  ini  mahasiswa  akan  memperoleh
pengalaman  empiris  dalam  melakukan  kegiatan  mulai  dari  pengenalan
tanaman,  prinsip-prinsip  penggunaan  sarana  produksi,  penanaman  benih,
pembibian  tanaman,  pemeliharaan  tanaman,  yang  meliputi  penyulaman,
penyiraman,  pemupukan,  pengendalian  hama  penyakit  dan  penanggulangan
gulma serta pemanenan.
Pada  saat melakukan  kegiatan  lapangan,  akan  diperkenalkan  teknik-
teknik  dalam  penghitungan  dan  penganalisisan  penggunaan  sarana  produksi,
mengamati  morfologi,  pertumbuhan  dan  perkembangan  tanaman,  serta
mengamati  dan  menghitung  hasil  panen,  komponen  hasil  dan  produktifitas
tanaman.
Tumpangsari  merupakan  pola  penanaman  ganda  (multiple  croping)
yang  paling  umum  digunakan      bila  dibandingkan  dengan  pola  tanam  sisip.
Tumpangsari merupakan pola penanaman dengan cara menanam dua atau lebih
jenis  tanaman berbeda dalam  jalur berseling secara  teratur pada musim  tanam
yang  sama.  Budidaya  tanaman  ganda  seperti  tumpangsari  ini  dapat
memberikan berbagai keuntungan, yaitu efisiensi penggunaan sarana produksi,
mengurangi kehadiran gulma, mengurangi resiko usaha, dan mengurangi erosi
permukaan. Kerugian  yang  ditimbulkan  dari  pola  tanam  tersebut  adalah  jika
terjadi  persaingan  yang  terlalu  besar,  dapat  merugikan  satu  jenis  tanaman,
bahkan keduanya. Dalam kondisi baik, meskipun hasil panen masing- masing
jenis  tanaman  dapat menurun  dibandingkan  monokultur,  jumlah  kedua  jenis
tanaman akan lebih banyak.
Pada  sistem  tumpangsari,  populasi  tanaman  sela  dapat  menentukan
tingkat  kompetisi  tanaman.  Biasanya,  tanaman  yang  berasal  dari  famili
leguminoceae  yang  sering  digunakan  sebagai  tanaman  sela  pada  pola
penanaman ganda dengan  jagung karena dapat membantu memfiksasi nitrogen
dari  udara.  Selain  itu,  tanaman  famili  kacang-  kacangan merupakan  tanaman
C3 yang relatif tahan naungan.
Pada  praktikum  ini,  digunakan  sistem  tumpang  sari  antara  jagung
manis  (  Zea  mays  saccharata  )  varietas  jagung  manis  (sweet  corn)  dengan
kacang  tanah  ( Arachis hypogaea  ) varietas SD 5 guna mengetahui  lebih  jauh
mengenai  sistem  penanaman  tumpangsari  yang  digunakan  oleh  para  petani
Indonesia.
   2

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum mengenai “ Tumpangsari antara Jagung Manis
dengan Kacang Tanah “ adalah: 
1. Mengenal  pola  tanam  tunggal  (monokultur)  dan  pola  tanam  ganda                    
(tumpangsari).
2. Menjelaskan  pengaruh  tanaman  sela  terhadap  pertumbuhan  dan  hasil
tanaman pokok.
3. Membandingkan  pertumbuhan  produksi  jagung  dan  kacang  tanah
monokultur dengan tumpang sari.
4. Menghitung  nisbah  kesetaraan  lahan  pada  tanaman  ganda  dan  menilai
tingkat efisiensinya.
   3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Deskripsi Tanaman Jagung

Jagung  Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:  Plantae
(tidak
termasuk)
Monocots
(tidak
termasuk)
Commelinids
Ordo:  Poales
Famili:  Poaceae
Genus:  Zea
Spesies:  Z. mays

  Nama binomial

Zea mays
L.

Jagung  (Zea mays L.) merupakan  salah  satu  tanaman  pangan  dunia
yang terpenting setelah gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama
di  Amerika  Tengah  dan  Selatan,  jagung  juga  menjadi  alternatif  sumber
pangan  di  Amerika  Serikat.  Penduduk  beberapa  daerah  di  Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara)  juga menggunakan  jagung sebagai
pangan  pokok.  Selain  sebagai  sumber  karbohidrat,  jagung  juga  ditanam
sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari
biji),  dibuat  tepung  (dari  biji,  dikenal  dengan  istilah  tepung  jagung  atau
maizena), dan bahan baku  industri  (dari  tepung biji dan  tepung  tongkolnya).
Tongkol  jagung  kaya  akan  pentosa,  yang  dipakai  sebagai  bahan  baku
pembuatan  furfural.  Jagung  yang  telah  direkayasa  genetika  juga  sekarang
ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung (Zea mays) merupakan tanaman serealia family graminae yang
secara  filogenetik  menunjukkan  bahwa  jagung  (Zea  mays  ssp.  mays)
merupakan  keturunan  langsung  dari  teosinte  (Zea  mays  ssp.  parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh
penduduk  asli  setempat, masuk  gen-gen  dari  subspesies  lain,  terutama  Zea
mays  ssp.  mexicana.  Istilah  teosinte  sebenarnya  digunakan  untuk
menggambarkan  semua  spesies  dalam  genus  Zea,  kecuali  Zea  mays  ssp.
mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies
tumbuhan  yang  tidak  dapat  hidup  secara  liar  di  alam. Hingga  kini  dikenal
50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.   4
Jagung merupakan  tanaman  semusim  (annual). Satu  siklus  hidupnya
diselesaikan dalam 80-150  hari. Paruh pertama dari  siklus merupakan  tahap
pertumbuhan  vegetatif dan paruh kedua untuk  tahap pertumbuhan generatif. 
Biji  jagung  kaya  akan  karbohidrat.  Sebagian  besar  berada  pada
endospermium.  Kandungan  karbohidrat  dapat  mencapai  80%  dari  seluruh
bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran
amilosa  dan  amilopektin.  Pada  jagung  ketan,  sebagian  besar  atau  seluruh
patinya  merupakan  amilopektin.  Perbedaan  ini  tidak  banyak  berpengaruh
pada  kandungan  gizi,  tetapi  lebih  berarti  dalam  pengolahan  sebagai  bahan
pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa
lebih manis ketika masih muda.
Tinggi  tanaman  jagung  sangat
bervariasi.  Meskipun  tanaman  jagung
umumnya  berketinggian  antara  1m
sampai  3m,  ada  varietas  yang  dapat
mencapai  tinggi  6m.  Tinggi  tanaman
biasa  diukur  dari  permukaan  tanah
hingga  ruas  teratas  sebelum  bunga
jantan.  Meskipun  beberapa  varietas
dapat  menghasilkan  anakan  (seperti
padi),  pada  umumnya  jagung  tidak
memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8
m  meskipun  sebagian  besar  berada  pada  kisaran  2 m.  Pada  tanaman  yang
sudah  cukup  dewasa  muncul  akar  adventif  dari  buku-buku  batang  bagian
bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang  jagung  tegak  dan  mudah  terlihat,  sebagaimana  sorgum  dan
tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya
tidak  tumbuh  pesat  sehingga  tanaman  berbentuk  roset.  Batang  beruas-ruas.
Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang  jagung cukup
kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun  jagung  adalah  daun  sempurna. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun.  Permukaan  daun  ada  yang  licin  dan  ada  yang  berambut. Stoma  pada
daun  jagung  berbentuk  halter,  yang  khas  dimiliki  familia  Poaceae.  Setiap
stoma  dikelilingi  sel-sel  epidermis  berbentuk  kipas.  Struktur  ini  berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina
yang  terpisah  (diklin)  dalam  satu  tanaman
(monoecious).  Tiap  kuntum  bunga  memiliki  struktur
khas  bunga  dari  suku  Poaceae,  yang  disebut  floret.
Pada  jagung, dua  floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). 



Gambar jagung hibrida di lahan
Gambar jagung hibrida bertongkol dua   5
Bunga  jantan  tumbuh  di  bagian  puncak  tanaman,  berupa  karangan
bunga  (inflorescence).  Serbuk  sari  berwarna  kuning  dan  beraroma  khas.
Bunga  betina  tersusun dalam  tongkol. Tongkol  tumbuh dari  buku, di antara
batang  dan  pelepah  daun.  Pada  umumnya,  satu  tanaman  hanya  dapat
menghasilkan  satu  tongkol  produktif  meskipun  memiliki  sejumlah  bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan  lebih dari satu  tongkol
produktif,  dan  disebut  sebagai  varietas  prolifik.  Bunga  jantan  jagung
cenderung  siap  untuk  penyerbukan  2-5  hari  lebih  dini  daripada  bunga
betinanya (protandri).Bunga betina  jagung berupa "tongkol" yang terbungkus
oleh  semacam  pelepah  dengan  "rambut". Rambut  jagung  sebenarnya  adalah
tangkai putik.
Di  dalam  biji  jagung  terdapat  embrio  yang  telah  mempunyai  lima
bakal  daun  dan  lima  bakal  akar-akar  primer. Dalam  proses  perkecambahan,
yang pertama kali keluar adalah akar-akar radikula dan diikuti plumula. Dari
akar-akar radikula tersebut akan disusul terbentuknya akar-akar seminal yamg
keluardari bagian bijin dekat plumula. Daun pertama dan kedua akan segera
membukadan  dalam  keadaan  normal,  satu  minggu  dari  perkecambahan,
tanaman akan tumbuh dengan baik.
Biji  pada  tongkol  jagung  selalu  berpasang-pasangan  walaupun
sebenarnya  biji  tersebut  merupakananak-anak  bunga  berpasanganyang
bertangkal  sangat  pendek(bunga  duduk)  menempel  padadasar  bunga  yang
tebal  yaitu  janggel.  Karena  anak  bunga  selalu  berpasangan,  maka  jumlah
jumlah anak bunga jagung selalu genap.
Setiap  bakal  biji  mempunyai  tangkai  putik  yang  berfungsi  sebagai
putik  yang  sangat  panjang  yang  disebut  rambut.  Rambut  ini  mempunyai
cabang-cabangyang  halus  sehingga  benang  sari  yang  menempel  dapat
tertangkap  dan  segera  berkecambah  sehingga  terjadi  pembuahan.  Segera
setelah  pembuahan,  pertumbuhan  rambut  akan  terhenti  dan  rambut  akan
menjadi kering.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan  jagung adala  tanah gembur dan
subur  karena  tanah  ini  memerlukan  aerasi  dan  drainase  yang  baik.  Jagung
dapat  tumbuh  baik  pada  berbagai  jenis  tanah  asalkan  dapat  mengelolanya
dengan  baik.  Tanah  dengan  tekstur  lempung  berdebu  adalah  yang  terbaik
untuk pertumbuhan  jagung. Kemasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman  jagung  berkisar antara 5.6-7,5. Sushu optimum untuk pertumbuhan
jagung berkisar antara 24-30o
C, sedangkan suhu optimum untuk pembungaan
dan pemasakan berkisar antara 20-32o
C. Tanaman ini tumbuh baik pada curah
hujan  100-125  mm/bulan  dengan  distribusi  tahunan  merata.  Untuk
memperoleh hasil yang baik, tanaman jagung menghendaki keadaaan air yang
cukup terutama pada fase pembungaan hingga pemasakan biji.

2.2  Jagung Manis
Jagung manis atau sweet corn sudah lama dikenal oleh bangsa Indian,
Amerika.  Di  Indonesia,  jagung  manis  mula-mulna  dikenal  dalam  kemasan
kalengan dari hasil  impor. Sekitar tahun 1980-an  tanaman  ini ditanam secara
komersial  meskipun  dalam  sklala  kecil.  Jagung  manis  termasuk  keluarga
Graminae dari suku maydae yang pada mulanya berkembang dari jagung tipe
dent dan flint.   6
Jagung  manis  (Zea  mays  saccharata  sturt)  adalah  tanaman  herba
mononkotil  dan  tanaman  semusim  iklim  panas.  Tanaman  ini  berumah  satu
dengan bunga  jantan tumbuh sebagai pembungaan ujung (tassel) pada batang
poros  dan  bunga  betina  terpisah  sebagai  pembungaan  samping  yang
berkembang  pada  ketiak  daun.  Sistem  perkawinan  pada  umumnya
penyerbukan silang.
Tanaman  jagung manis sedikit  lebih pendek daripada tanaman  jagung
biasa.  Batang  jagung  manis  yang  tumbuh  normal  mempunyai  ketinggian
berkisar  antara  1,5-2,5  M,  serta  terbungkus  pelepah  daun  yang  berselang
seling  dari  setiap  buku,  lembar  daun  agak  seragam  dan  tulang  daun  terlihat
jelas.
Sifat  manis  pada  sweet  corn  disebabkan  oleh  adanya  gen  su-1
(sugary),  bt-2  (britle),  atau  sh-2  (shrunken). Gen  ini mencegah  pengubahan
gula menjadi  pati  pada  endosperm  sehingga  jumlah  gula  yang  ada  kira  kira
dua kali lebih banyak dibanding jagung biasa. Jagung manis memiliki rambut
berwarna putih sdangkan  jagung biasa berwarna merah. Umur panen  jagung
manis  berkisar  antara  60-70  hari.  Pada  dataran  rendah  (<400m)  dan  pada
dataran  lebih  tinggi  dapat  mencapai  80  hari.  Tanaman  jagung  manis  akan
tumbuh  baik  pada  curah  hujan  200  mm/bulan.  Keadaan  sushu  yang  baik
untuk  pertumbuhan  jagung manis  adalah  21o
-30o
  C,  sedangkan  suhu  untuk
perkecambahan  berkisar antara 21o
-27o
 C dan derajad keasaman  tanah  yang
baik adalah 5,5o
-7,0o
C.
Pemanenan  dilakukan  kira  kira  18-24  setelah  penyerbukan,  ditandai
dengan  penampakan  luar  rambut  ketika  digenggam. Panen  dilakukan  ketika
biji  masih  belum  masak  yaitu  fase  susu.  Hama  yang  biasanya  menyerang
jagung biasa juga menyerang jagung manis.

2.3  Jagung Hibrida
Di  Indonesia  terdapat  dua  jenis  varietas  jagung  yang  berkembang  di
tingkat petani. Varietas  tersebut adalah  jagung komposit  (bersari  bebas) dan
hibrida.   Jagung  bersari  bebas  yaitu  hasil  perkawinan  silang  tunggal  atau
perkawinan  tunggal  penghasil  varietas  yang  memiliki  hasil  tertinggi.
Sedangkan   jagung  hibrida   merupakan  perkawinan  antara  dua  atau  lebih
induk yang mempunyai keunggulan, yang merupakan generasi pertama hasil
persilangan  antara  tetua  (induk)  berupa  galur  murni,  galur  harapan  atau
varietas  bersari  bebas.   Secara  umum  jagung  hibrida memberikan   peluang 
hasil lebih tinggi dibandingkan jagung komposit. Namun jagung hibrida hasil
produksi  berikutnya  tidak  dapat  ditanam  lagi  sebagai  sumber  benih.
Sedangkan  jagung  komposit  produksi  berikutnya  dapat  digunakan  lagi
sebagai sumber benih.
Benih  jagung hibrida yang didapat merupakan generasi pertama hasil
persilangan  antara  tetua  (induk)  berupa  galur  murni,  galur  harapan  atau
varietas bersari bebas. Berikut adalah karakteristik dari jagung hibrida:
  Tidak dapat diproduksi benih berikutnya
  Letak persilangan antar galur perlu keahlian khusus.
  Persilangan jantan dan betina atau rasio perbandingan jantan dan betinanya
harus tepat.
  Isolasi jarak antar varietas minimal  400 m atau beda waktu tanam   7
  Pertumbuhan tanaman di lapang seragam dan serempak 
  Tahan  penyakit  bulai  sehingga  di  musim  hujan   tingkat  serangannya
rendah
  Tahan  kekeringan karena sistem perakaran dalam dan kuat
  Kebutuhan benih per hektar sedikit (6-12 kg) Jumlah tanam per lubangnya
1 biji
  Harga  benih mahal  karena  cara  pembuatannya memerlukan  biaya  tinggi
dan lama
  Kebutuhan pupuk kimia dosis tinggi karena memerlukan unsur hara tinggi.
  Memerlukan perawatan yang intensif
  Hasil seragam dan produksinya tinggi (10 -11 ton/ha)
  Keuntungan relatif besar
  Hasil produksinya ditujukan untuk industri dan pakan ternak 
  Biji yang dihasilkan lebih besar dari varietas bersari bebas
  Benih jagung bersertifikat
  Benih jagung yang jelas asal indukannya
Saat  berbunga  untuk  jagung  jantan  dan  jagung  betina  harus
bersamaan.  Komposisi  atau  perbandingan  jumlah  baris  tanaman  jantan  dan
betina  tergantung pada produk benang sari  jantan & betina dari pejantan dan
kecepatanangin.  Arah  barisan  jagung  sebaiknya  memotong  arah  angin.
Pencabutan bunga  jantan pada tanaman betina tidak boleh terlambat dan tidak
boleh tertinggal.
Komersialisasi jagung hibrida sudah dimulai sejak tahun 1930, namun
penanaman  jagung  hibrida  secara  luas  (ekstensif) di Asia  baru dimulai pada
tahun  1950-1960.  Di  sebagian  besar  negara  berkembang,  61%  dari  lahan
pertananaman  jagung  masih  ditanami  varietas  bersari  bebas  (CIMMYT,
1990).  Hal  ini  dimungkinkan  karena  varietas  bersari  bebas  lebih  mampu
beradaptasi pada kondisi lahan marginal (Pallival dan Sprague, 1981).
Meskipun  demikian,  varietas  jagung  hibrida  telah memberikan  hasil
yang memuaskan di sebagian negara-negara berkembang, terutama di negara-
negara yang sudah memiliki  industri benih swasta. Varietas hibrida memiliki
keunggulan dibandingkan dengan varietas bersari bebas, diantaranya mampu
berproduksi  lebih  tinggi  15-20%  dan  memiliki  karakteristik  baru  yang
diinginkan  seperti  ketahanan  terhadap  penyakit.  Selain  itu,  penampilan
varietas hibrida  lebih  seragam  (Morris, 1995), dimana varietas bersari bebas
pada  umumnya memiliki  keragaman  yang  tinggi  pada  karakteristik  tongkol
dan biji (Agrawal, 1997).

2.4  Bulai dan Penanganannya
Penyakit  bulai ”bule” atau yang dikenal dengan Downey Mildew-nya
jagung merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok bagi para petani
jagung  Indonesia. Sampai  saat  ini  belum  ada  obat  yang mampu membasmi
penyakit  tersebut.  
Penyakit  bulai  disebabkan  oleh  jamur  Sclerospora  maydis.  Bagian
tanaman  yang  diserang  adalah  daun,  terutama  pada  tanaman  muda  yang
berumur  di  bawah  40  hari.  Daun  yang  terserang  berubah  warna  menjadi
kuning  keputih-putihan  dan  di  bagian  bawahnya  muncul  konidia  berwarna   8
putih,  berbentuk  seperti  tepung.  Serangan  jamur  ini  akan  meningkat  pada
suhu udara tinggi.
Penyakit  Bulai  juga  disebabkan  oleh  Peronocleospora  maydis.
Serangannya dapat membuat resah petani  jagung. Sekali ditemukan penyakit
tersebut  pada  tanaman  jagung  ,  maka  petani  harus  cepat-cepat  mengambil
tindakan  dengan  cara  melokalisasinya  untuk  menghambat  perluasan
serangannya. Kerusakan  yang  ditimbulkan  penyakit  ini  tidak  sedikit  karena
akibat  serangan  ini,  produksi  jagung  bisa  turun  40  –  60  %,  bahkan  bisa
menyebabkan  kerusakan  total.  Selain  perkembangannya  yang  sangat  cepat,
penyakit  bulai  sampai  saat  ini  diyakini  belum  ada  obat  yang manjur  untuk
membasminya.  Penurunan  produksi/kegagalan  panen  yang  ditimbulkan  ini
disebabkan  adanya  masa  spora  pada  jamur  yang  menutupi  hampir  seluruh
bagian  tanaman  terutama permukaan daun. Akibatnya  tanaman  jagung  tidak
dapat melakukan proses fotosinthesis secara sempurna sehingga menghambat
pertumbuhannya baik dalam  fase vegetatif maupun generatif.  Berbagai cara
telah  dilakukan  oleh  petani  dalam  upaya menanggulangi  penyakit  bulai  ini.
Namun belum ada hasil yang memuaskan. 
Cara yang selama  ini dilakukan adalah dengan perlakuan benih yaitu
mencampur benih dengan fungisida yang mempunyai bahan aktif metalaxyl. 
Biasanya  metalaxyl  dicampurkan  sesaat  sebelum  benih  ditanam.   Cara
pengendalian  dengan  perlakuan  benih  tersebut  cukup  praktis,  efektif  dan
efisien. Metalaxyl adalah senyawa kimia yang  tergolong golongan asilalanin
yang  mampu  melindungi  benih  terhadap  bibit  penyakit,  termasuk  bakteri
penyebab  bulai.  Sebuah  studi  penelitian  yang  dilakukan  Sumartini  dan
Masdiar Bustaman, staff peneliti Balittan Malang dan Bogor ditujukan untuk
mengetahui  pengaruh  cara   dan  daya  simpan   benih  yang  diper-lakukan
dengan  fungisida  bahan  aktif metalaxyl  terhadap  penyakit  bulai.   Penelitian
dilakukan di Lab. Mikologi Ballitan Malang dan KP. Munceng. Hasil yang di
dapat  sungguh memuaskan,  sehingga cara melindungi   benih  jagung dengan
fungisida  bahan  aktif  metalaxyl  terbukti  efektif  dalam   mencegah  dan
mengendalikan  tanaman  jagung dari penyakit bulai walaupun  benih  tersebut
disimpan dalam waktu yang cukup lama.

2.5  Kacang Tanah
Kacang  tanah  (Arachis  hypogaea  L.)  merupakan  tanaman  polong-
polongan atau  legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman
ini  berasal  dari Amerika  Selatan  namun  saat  ini  telah menyebar  ke  seluruh
dunia  yang  beriklim  tropis  atau  subtropis. Republik Rakyat Cina  dan  India
merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Tanaman ini adalah satu di
antara  dua  jenis  tanaman  budidaya  (yang  lainnya  adalah  "kacang  bogor",
Voandziea  subterranea)  yang  buahnya  mengalami  pemasakan  di  bawah
permukaan  tanah.  Jika  buah  yang  masih  muda  terkena  cahaya,  proses
pematangan biji terganggu.
Sebagai  tanaman  budidaya,  kacang  tanah  terutama  dipanen  bijinya
yang  kaya  protein  dan  lemak.  Biji  ini  dapat  dimakan  mentah,  direbus  (di
dalam polongnya), digoreng, atau disangrai. Di Amerika Serikat, biji kacang
tanah diproses menjadi  semacam  selai dan merupakan  industri pangan  yang
menguntungkan.  Produksi  minyak  kacang  tanah  mencapai  sekitar  10%   9
pasaran minyak masak dunia pada  tahun 2003 menurut FAO. Selain dipanen
biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang)
untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau.
Tanaman  ini  merupakan  herba  monocious,  menjalar  sampai  tegak
dengan  tingghi  berkisar  antara  15-70  cm. Perakarannya  terdiri  atas  satu  kar
tunggang  yang  tumbuh  baik  disertai  akar  lateral  yang  banyak  dan  mampu
menembus  sampai  kedalaman    2 m. Tanaman  ini  tidak mempunyai  rambut
akar,  tetapi  mempunyai  bintil-bintil  akar  yang  berfungsi  sebagai  penambat
nitrogen. Batang utama berasal dari epikotil yang berisi kaping biji di kedua
sisi  pada  dua  buku  pertama.  Percabangan  dimorfik  dengan  cabang-cabang
vegetatif  dan  cabang-cabang  reproduktif  yang  memendek.  Semua  cabang
vegetatif  mempunyai  daun  sisik  yang  disebut  katafil  dan    letaknya
berhadapan  dengan  buku  kedua  dari  cabang  itu.  Cabang-cabang  vegetative
sekunder  atau  tersier  akan  muncul  dari  cabang-cabang  vegetatif  primer.
Daun-daun  yang  berada  padabatang  utama  tersusun  spiraldengan  filotaksis
2/5, daun-daun tersebut akan beranak daun empt helai (tetrafoliet) terdiri atas
dua pasang yang saling berhadapan, berbentuk bulat telur terbalik. 
Bunga  terbentuk  satu-satu  baik  dari  ketiak  katafil maupun  di  ketiak
daun  biasa  pada  cabang  vegetativf.  Pada  beberapa  forma,  pembungaan
tersebut  berada  pada  buku  yang  lebih  tinggi  pada  batang  utama.  Masing-
masing pembungaan akan memiliki  satu  sampai  lima  kuntum  bunga. Bunga
duduk tersusun atas sejumlah hifantium berbentuk tabung yang panjangnya 4-
6  cm.  Hifantium  adalah  gabungan  bagian  pangkal  kelopak,  mahkota,  dan
tabung sari. Bagian atas hifantium menyanggaa cuping-cuping yang melebar
dari  kelima  lembar  kelopak  dan  mahkota. Warna  mahkota  bervariasi  dari
kuning  coklat  sampai  jinga  merah.  Tangkai  sari  berjumlah  sepuluh,  bakal
bunga terletak diatas (superior ovary) yang terdiri atas satu daun bunga duduk
dan berisi 1-6 bakal biji.
Setelah terjadi pembuahan, dibagian pangkal bakal buah muncul suatu
bentukkan  yang mirip  tangkai  yang  disebut  ginofor. Ginofor  ini  tumbuh  ke                                
arah tanah dengan mmbawa bakal buah pada bagian ujungnya yang kemudian
akan  mengeras  menjadi  topi  pelindung,  sementara  gonofor  tersebut  akan
tumbuh  menembus  tanah.  Panjang  ginofor  tersebut  tergantung  pada  jarak
awal bunga itu dari tanah tetapi tidak akan lebih dari 15 cm. Setelah mencapai
tanah  ginofor  akan  berkembang  membentuk  buah  setelah  ujung  ginofor
membengkak dengan cepat. Buah yang telah tua tersebut dinamakan polong.
Kacang  tanah  memerlukan  tanah  yang  gembur  dan  cukup  kering
untuk pertumbuhannya karena polongnya berkembang dlam  tanah dan perlu
pencabutan  pada  saat  panen.  Namun  demikian,  tanaman  ini  dapat  tumbuh
dengan baik pada  tanah yang  lebih berat. Untuk pertumbuhan yang optimal,
pH  tanah  hendaknya  berkisar  antara  5,5-6,5.  Suhu  rata-rata  optimum  untuk
pertumbuhan  adalah  30o
  dan  pertumbuhan  akan  terhenti  pada  suhu  15o
C.
Curah  hujan  antara  500 mm  sampai  600
mm  yang  cuckup  tersebar merata
selama musim pertumbuhan akar dapat memberikan hasil yang memuaskan.



   10
2.7 Hama penyakit Kacang Tanah dan Penangannya

  Hama dan Pengendalian
1. Ulat Jengkal (plusia chalcites)
Gejala  : ulat memakan daun muda sehingga hanya tertinggal
tulang-tulang daunnya saja. penuruna hasil dari serangan
yang berat dapat mencapai 50%.
Pengendalian  : dengan insektisida (surecide, karphos, hostathion, azodrin
dan sevin).
2. Ulat penggulung daun (lamprosema Indicata)
Gejala  : ulat ini memekan dan menggulung daun, tetapi tidak
memekan urat daun. Ulat hidup dan berkepompong di
dalam daun yang tergulung, sehingga sukar diberantas. 
Pengendalian  : diberantas dengan cara manual yaitu dengan car membuka
daun yang menggulung dn memetikan ulatnya. 
3. Wereng Empoaska (Empoasc Flavescens).
Gejala   : hama ini berupa wereng kecil berwarna hijau mengisap
cairan sel daun sehingga bagian ujung daun berwarna
kuning. daun yang terserang selain menguning juga
menjadi kaku dan nampak menebal. bila serangan berat
tanaman menjadi kerdil dan daun mudanya rontok. 
Pengendalian  : hama ini mudah diberantas dengan menggunakan sevin 85
WP.  
Hama kacang tanah lainnya: penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), dan
ulat grayak (Prodenia litura). ), pengisap daun (Empoasca) dan kutu daun
(Tetranychus bimaculatus). 

  Penyakit dan Pengendalian
1. Penyakit layu bakteri (bacterial wilt)
Penyebab  : bakteri (Xanthomonas Solanacearum), (Pseudomonas
solanacearum).
Gejala  : penyakit ini mulai menyerang kacang tanah sejak tanaman
berumur 14 hari hingga tanaman menjelang tua. tanaman
yang terserang menjadi layu satu persatu, walaupu tidak
kekeringan. tanaman yang telah layu akan mati keesokan
harinya, pangkal batan dan akar membusuk, berwarna
hitam. bila batang tanaman layu dikerat dan dimasukan
kedalam air bersih, dari batang keluar semacam lendir,
yang merupakan koloni bakteri.
Pengendalian  : dengan rotasi tanaman.  
2. Penyakit bercak daun (Leaf spot)
Penyebab  : cendawan (Cercosporidium personatum dan Cercospora
arachidichola 
Gejala  : serangan terlihat mula-mula pada permukaan bawa dari
daun terlihat bercak berwarna coklat kehitaman. pada
masing-masing daun terdapat beberapa bercak yang
semakin lama makin melebar. serangan yang berat
mengakibatkan ndaun berwarna hitam bahkan dapat   11
menular ketangkai daun dan batang. tanaman yang
terserang berat akan merontokan daun sebelum waktunya
dan tanaman mati.
 Pengendalian  : dengan rotasi tanaman, tanaman serempak dan varietas
yang toleran. pemberantasan dengan fungisida seperti
dithane, bravo, tilt. 
3. Karat (Puccinia arachidis)
Penyebab  : Uromyces arachidae, 
Gejala  : serangan mula-mula di bagian bawah daun-daun tua
terdapat totol kuningn yang lama-lama menjadi coklat tua.
Dari totol coklat ini keluar spora berupa tepung halus, yang
akan ditularkan oleh angina. Bila serangan berat, totol
coklat tai dapat merata pada semua daun, sehingga tanaman
berdaun kuning kecoklatan. Daun yang telah terserang berat
akan mongering dan luruh sebelum waktunya.
Pengendalian  : dengan rotasi tanaman, tanam serempak, dengan fungisida
Dithane, Manep, Zineb dan juga dapat dianjurkan
penggunaan varietas yang tahan.
4.Penyakit Selerotium
Penyebab  : Selerotium rolfsii.
Gejala  : merusak tanaman pada waktu cuaca lembab. Cendawan
menyerang pada pangkal batang, bagian dari tanaman yang
lunak, menimbulkan bercak-bercak hitam. Tanaman yang
terserang akan layu dan mati. 
Pengendalian   : dengan memperbaiki pengairan, agar air pengairan dapat
mengalir.
Penyait kacang tanah lainnya: sapu (Virus), mozaik (Mozaik disease), cendawan
akar (Sclerotical disease) dan penyakit cendawan akar (Sclerotical blight)
   12
BAB III
BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat
Praktikum  mengenai  “Tumpangsari  Antara  Jagung  Manis  Dengan
Kacang  Tanah“  dilaksanakan  sejak  7  Oktober  2009  dengan  kegiatan
pemanenan  hingga  13  Januari  2010  yang  berlangsung  di  kebun  percobaan
Leuikopo.
      
B. Bahan dan Alat 
Bahan  yang  digunakan  pada  praktikum  “  Tumpangsari  antara  jagung
manis  dengan  kacang  tanah  “  adalah  benih  jagung manis  varietas  sweet  boy,
benih  kacang  tanah  varietas SD  5,  pupuk  urea  (45% N),  pupuk SP  18,  (18%
P2O5),  pupuk KCL  (60%  K2O),  furadan  (insektisida  butiran), Dithane M-45
(insektisida cairan), dan 80 WP (fungisida), koran.
Peralatan  yang digunakan  saat praktikum  yaitu cangkul, koret, meteran,
ember, tali rafia, tugal, label percobaan, ajir contoh, dan timbangan.

C. Perlakuan 
Luas petak  tanam untuk percobaan  “Tumpang  sari antara  jagung manis
dengan kacang  tanah“ adalah +300 m2
, dimana petak  tersebut dibagi menjadi
empat petak percobaan yang berbeda dengan masing- masing ukuran petak 10
m x 7,5 m. Untuk petakan T4 sendiri ukuran lahannya adalah 7,42 m x 8,27 m
(61,3664  m2
).  Pada  percobaan  yang  dilakukan,  tanaman  jagung  manis
digunakan  sebagai  tanaman  pokok  dan  kacang  tanah  sebagai  tanaman  sela.
Perlakuan yang dilakukan dirancang sebagai berikut:

T1= Monokultur jagung 
T2= Monokultur kacang tanah
T3= Jagung + 1 baris kacang tanah
T4= Jagung + 2 baris kacang tanah


    U



Gambar 1. Denah petak percobaan

Pupuk  yang  digunakan  untuk  tanaman  jagung  (monokultur  dan
tumpangsari), yaitu pupuk urea dengan dosis 300kg/ha, SP- 36 200 kg/ha, dan
KCL  150  kg/ha. Untuk  pupuk  urea,  setengah  dosis  diaplikasikan  saat  tanam
dan  setengah  dosisnya  diaplikasikan  pada  4  minggu  setelah  tanam  (4MST).
Sementara  itu,  pupuk  SP-  36  dan KCL  diaplikasikan  seluruhnya  saat  tanam.
Untuk tanaman kacang tanah, hanya sistem monokultur yang diberikan pupuk.
Dosis rekomendasi untuk  tiap pupuk, yaitu urea 100kg/ha  , SP- 36, 200kg/ha,
dan KCL 150 kg/ha. Semua dosis pupuk diaplikasikan pada saat tanam.

T1
T4  T3
T2   13
D. Metode pelaksanaan
1.  Penanaman
Pada  tanaman  jagung manis  (monokultur  dan  tumpangsari)  digunakan
jarak  tanam  80cm  x  20cm.  Kacang  tanah  monokultur  menggunakan  jarak
tanam  40  cm  x  20  cm.  Kacang  tanah  yang  digunakan  sebagai  tanaman  sela
pada  perlakuan  tumpang  sari T3  ditanam  tepat  ditengah  antar  barisan  jagung
manis  dengan  jarak  kacang  tanah  dalam  barisan  20  cm,  sedangkan  pada
perlakuan  T4  baris  kacang  tanah  berjarak  20cm  dikiri  dan  dikanan  barisan
jagung manis. Adapun berikut langkah- langkah penanaman:

1. Tentukan  jarak  tanam pada masing- masing petak menggunakan alat bantu
tali rafia yang bebeda warna. Barisan tanaman pertama merupakan setengah
jarak  tanam  antar  barisan  dari  pinggir  petakan.  Arah  tanam  untuk  jarak
tanam dalam barisan adalah timur ke barat.
2. Buatlah  lubang  tanam  dengan  tugal  sedalam  4-5cm  disamping  tali  yang
telah memiliki tanda sesuai jarak tanam.
3. Masukkan benih  (jagung manis 1 benih  /lubang dan kacang  tanah 1 benih/
lubang dan furadan (± 5 butir/lubang).
4. Buatlah alur pupuk dengan jarak dari alur tanam dan kedalaman ±7cm(pada
tumpangsari hanya jagung yang dipupuk).
5. Campurkan  urea,  SP-36,  dan  KCL  sesuai  dosis  secara merata. Kemudian
bagilah campuran pupuk sesuai jumlah barisan tanaman.
6. Taburlah pupuk kedalam alur secara merata.
7. Tutuplah alur pupuk dan lubang tanam dengan tanah yang gembur. 
8.  Siramkan  air  secukupnya  pada  barisan  tanaman  jika  tidak  ada  hujan  atau
keadaan tanah kering.


2.  Pemeliharaan

1.  Penyulaman tanaman yang tidak berkecambah pada 1 MST.
2.  penyiangan  gulma  dan  penggemburan  tanah  dengan  cangkul  dan  koret.
Lakukan penyiangan pada gulma yang tumbuh dekat barisan tanaman dan di
antar  barisan  tanaman  sekaligus  untuk  menggemburkan  tanah,  usahakan
gulma dapat tercabut sampai ke perakarannya.
3.  Pengendalian  hama  dan  penyakit  melalui  penyemprotan  fungisida  dan
insektisida jika diperlukan.
4.  pemasukan kedalam petakan  jika kondisi  tanah kering dan pembuangan air
jika curah hujan tinggi dengan memperbaiki saluran air. 
5.  Pembumbunan  jagung dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk urea
kedua  juga dilakukan pemberian  furadan 3G pada setiap pucuk  tanaman (±
5 butir/tanaman).





   14
3.  Pengamatan

Selama  pertumbuhan  sampai  panen,  dilakukan  pengamatan  terhadap
peubah  pertumbuhan  dan  komponen  produksi.  Peubah  yang  diamati  adalah
peubah pertumbuhan dengan cara pengamatannya adalah sebagai berikut :

Pada  saat  tanam, dihitung  jumlah populasi  berdasarkan  luas petak dan  jarak
tanam dan jumlah benih berdasarkan lubang tanam.
  
∑ populasi = Luas Lahan (m2
)
 
x 1 tanaman
              Jarak tanam (m2
)
1.  Pada  1  MST,,  hitunglah  jumlah  benih  yang  tumbuh  dan  persentasekan
terhadap seluruh  jumlah benih yang ditanam untuk menghitung daya tumbuh
benih. Amati tipe perkecambahannya (epigeal atau hipogeal).

∑ penyulaman = ∑ populasi - ∑ benih berkecambah

% daya kecambah = ∑ benih berkecambah x 100%
          ∑ populasi

Kebutuhan benih/ha
= bobot benih (gr)   x ( ∑ populasi + ∑ penyulaman) x (10.000/luas lahan)
∑ Butir benih


2.  Pada 2 MST, ambillah 10 tanaman contoh yang mewakili seluruh petakan
(jangan dari barisan pinggir, bukan tanaman pinggir, bukan tanaman sulaman,
dan  bukan  tanaman  yang  tanaman  sebelahnya mati  atau  terkena  penyakit).
Pada tanaman tumpang sari, masing- masing jenis tanaman diambil 5 contoh.
Amati tanaman contoh tiap minggunya dengan peubah sebagai berikut:
a.  Mengukur  tinggi  tanaman  jagung  tiap  minggu  dan  kacang  tanah  saat
panen.
b. Menghitung  jumlah  daun  yang  telah membuka  sempurna  (untuk  kacang
tanah  yang  daunnya  tetrafoliet,  jangan  keliru  dengan  menghitung  anak
daun).
c.  Menghitung jumlah cabang kacang tanah tiap minggu.
d. Menghitung luas daun pertanaman pada 7 MST menggunakan satu contoh
tanaman  (bukan  tanaman  contoh  dan  untuk  tanaman  kacang  tanah  boleh
dicabut)  dan  kemudian  menghitung  indeks  luas  daun.  Luas  daun
ditentukan  dengan  metode  gravimetri,  yaitu  menggambarkan  daun  pada
kertas  (koran) yang kemudian digunting dan ditimbang,  jenis kertas yang
sama dengan ukuran 20cm x 20 cm juga ditimbang sebagai acuan. 

Luas daun =  Luas kertas x bobot daun     15
   Bobot kertas

Indeks luas daun = Luas daun x Populasi
        Luas Lahan
3.  Hitung umur tanaman pada saat keluar bunga 75% populasi.
4.  mengamati dan menentukan  jenis  hamapenyakit  yang menyerang  tanama  16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
  
Praktikum  Dasar–dasar  Agronomi  mengenai  praktik  budidaya  tanaman
dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuikopo dari  tanggal 7 Oktober 2009 sampai
tanggal  11  Januari  2010.  Pada  percobaan  tumpang  sari  antara  jagung  manis
dengan  kacang  tanah  variable  yang  diukur  adalah  Jumlah  daun  tanaman  jagung
manis, tinggi tanaman jagung manis,  diameter batang jagung manis, jumlah daun
kacang  tanah,  jumlah  cabang  kacang  tanah,  tinggi  tanaman  kacang  tanah,
produktifitas panen  jagung manis, produktifitas panen kacang  tanah, dan kualitas
produksi panen kacang tanah dan jagung manis.

4.1  Pengukuran Kualitatif
a. Kondisi Lahan
  Selama praktikum dilaksanakan, sebagian besar kondisi lahan selalu dalam
keadaan  lembab karena  sering  terjadi  hujan pada malam  harinya. Kondisi cuaca
selama  praktikum  lebih  banyak  mendung  dengan  tingkat  kelembaban  tinggi.  
Akibat  hujan  yang  terlalu  sering  tersebut,  udara  lingkungan menjadi  panas  dan
lembab pada siang hari dan keadaan  tanah pun menjadi  liat dan  tak gembur  lagi
seperti  pada  saat  penanaman. Kondisi  tanah  tersebut  berlangsung  hingga  panen
jagung dan kacang  tanah  tiba sehingga cukup menyulitkan ketika akan memanen
kacang tanah.
Berdasarkan  kondisi  lahan  selama  masa  perawatan,  dari  masing  masing
judul  percobaan  ternyata menunjukkan  sifat-sifat  yang  berbeda.  Jika  dilihat  dari
sudut  pandang  pencahayaan,  tanaman  jagung  monokultur  tidak  mendapatkan
suplai  cahaya  yang  cukup  sehingga  tanaman  jagung manisnya  terhambat  proses
pertumbuhannya. Hal  ini dapat dilihat dengan  jelas pada batang  tanaman  jagung
manis  yang kecil dan pendek pendek. Hal  ini  berlangsung  sampai masa 4 MST.
Tanaman  yang mendapatkan  suplai  cahaya  penuh  adalah  lahan  tanaman  kacang
tanah  monokultur  dan  lahan  tanaman  tumpang  sari  jagung  manis  dengan  dua
tanaman  sela  kacang  tanah.  Kondisi  ini  terlihat  dari  penampakan  daun  jagung
yang  berwarna  hijau  tua,  segar,  dan  lentur  tapi  kuat.  Sedangkan  pada  tanaman
kacang  tanah  sendiri, daunnya  lebat berwarna  hijau  tua dan  tidak menampakkan
gejala etiolasi. Kondisi ini berlangsung sampai masa 4 MST.
Kondisi  irigasi  dan  drainase  yang  baik  pada  keempat  petak  lahan  telah
memberikan efek yang baik  terhadap peresapan air. Hal  ini dapat  terlihat dengan
tidak  adanya  genangan  air  pada  daerah  petak  lahan. Dengan  system  irigasi  dan
drainase  yang  baik,  perakaran  tanaman  dapat  tumbuh  dengan  baik  walaupun
solum  tanah  atas  dapat  dikatakan  dangkal.  Ketika  sampai  pada  masa  panen,
konsisi irigasi dan dainase lahan cukup terganggu karena aliran air terhambat oleh
gulma  yang  tumbuh  subur.  Walaupun  demikian,  Kondisi  tersebut  tidak
mempengaruhi hasil panen karena ketika mendekati musim panen, tanaman tidak
begitu membutuhkan  banyak  air  dan  sudah masuk  dalam masa  pemasakan  atau
penuaan buah atau biji.   
Pemberian  pupuk  urea  pada  setiap  judul  percobaan  dilakukan  secara
seimbang sesuai dengan kebutuhannya. Lahan  tanaman monokultur kacang  tanah
dan  jagung manis diberi pupuk  lebih  sedikit dibandingkan dengan  lahan  tanamn
tumpang  sari  jagung manis  dengan  satu  tanaman  sela  dan  tumpang  sari  jagung   17
manis  dengan  dua  tanaman  sela.  Walaupun  pemberian  pupuknya  berbeda,  hal
tersebut  memberikan  hasil  yang  tidak  jauh  berbeda  pada  masing-masing  judul
percobaan. 

b. Gulma
Gulma  paling  banyak  dijumpai  pada  petak  tanaman  tumpangsari  jagung
manis  dengan  satu  tanaman  sela.  Gulma  dominan  berada  di  dalam  sela  antara
jagung  dengan  kacang  tanah.  Gulma  yang  paling  banyak  tumbuh  pada  lahan
percobaan  tumpangsari  sebagian  besar  adalah  golongan  rumput  termasuk  dalam
familia  Gramineae/Poaceae.  Deangan  ciri,  batang  bulat  atau  agak  pipih,
kebanyakan  berongga.  Daun-daun  soliter  pada  buku-buku,  tersusun  dalam  dua
deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun
dan  helaian daun. Daun  biasanya  berbentuk garis  (linier),  tepi daun  rata. Lidah-
lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. 
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau
tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil
(floret),  di  mana  tiap-tiap  bunga  kecil  biasanya  dikelilingi  oleh  sepasang  daun
pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang
kecil  disebut  palea.  Buah  disebut  caryopsis  atau  grain.  Contohnya,  Imperata
cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.
Pencabutan  gulma  dilakukan  pada  setiap  praktikum  sampai  tanaman
berumur  6 MST.  Pencabutan  dilakukan  secara  langsung  ketika  gulma  tersebut
diketahui keberadaannya. Pada umumnya  tanaman gulma mudah dicabut namun,
kadang-kadang  ada  gulma  yang  tumbuh  menjadi  satu  dengan  kacang  tanah
sehingga  jika  tidak hati-hati ketika mencabut gulma,  tanaman kacang  tanah  juga
akan  tercabut.  Selain  itu,  ada  juga  gulma  yang  melilit  tanaman  kacang  tanah.
Selama  percobaan,  tanaman  kacang  tanah  juga  mengalami  serangan  hama  dan
penyakit. Dari  ciri  yang  terlihat,  kacang  tanah  terindikasi  penyakit  layu  bakteri
(Pseudomonas  cearum)  yang  menyebabkan  kematian  pada  tanaman  muda.
Sementara  itu, hama yang menyerang kacang tanah selama percobaan adalah ulat
pemakan  daun  (Heliothis  sp.),  kutu  daun  hitam  (Orosius  argentatus)  yang
berfungsi  sebagai  vektor mikroplasma,  yaitu penyebab penyakit  sapu  setan  yang
menyebabkan polong  tidak  terbentuk. Ciri dari  tanaman  yang  terserang penyakit
layu  bakteri,  yaitu  tanaman  tiba-tiba  layu  tanpa  sebab  yang  jelas  padahal
pengairannya terbilang cukup, sedangkan ciri tanaman yang terkena penyakit sapu
setan memiliki  ciri  daun  yang  tumbuh  kerdil  dan  rapat. Sementara  itu,  penyakit
yang menyerang tanaman jagung manis adalah penyakit bulai. 

4.3 Pengukuran Kuantitatif
a. Daya Berkecambah
  Penyulaman dilakukan pada saat  tanman berumur 1 MST. Pada masa  ini,
dilakukan  pula  penghitungan  daya  berkacambah  tanaman  jagung  maupun  pada
kacang  tanah  pada masing-masing  judul  perlakuan.  Pada  tanaman  tumpang  sari
jagung manis  dengan  dua  tanaman  sela  daya  berkecambah  jagung manis  adalah
72,91%  sedangkan  pada  kacang  tanah  sebesar  91%. Pada  tanman  jagung manis
kondisi ini hanya bertahan sampai tanaman berumur 5 MST karena pada tanaman
jagung  manis  terserang  penyakit  bulai  secara  keseluruhan  pada  semua  lahan
jagung  di  Kebun  Percobaan  Lewikopo. Karena  sebagian  besar  tanaman  jagung   18
manis mengalami kematian dalam skala besar maka dilakukan pencabutan secara
masal. 
Agar  tetap mendapatkan  data  pada  tanaman  jagung  hingga  masa  panen
tiba, maka dilakukan penanaman ulang dengan tanaman jagung hibrida yang lebih
resisten terhadap bulai. Penanaman jagung hibrida dilakukan pada lokasi dan jarak
yang  sama  seperti perlakuan pada  jagung manis. Pada petak  lahan  tumpang  sari
jagung  hibrida  dengan  dua  tanaman  sela  daya  berkecambah  tanaman  jagung
hibrida  sebesar 95,05%. Kondisi  ini  hanya  bertahan  sampai usia 2 MST. Ketika
memasuki  usia  3 MST  ke  atas  secara  berangsur-angsur  banyak  tanaman  jagung
hibrida yang mati karena tertutup kanopi dari kacang tanah yang semakin dewasa.
Ketika masa  panen  tiba,  dari  365  benih  yang  tumbuh  hanya  tersisa  69  tanamna
yang mencapai usia panen. 

Berikut adalah data daya berkecambah pada lahan T4 
Tabel 3.1 Daya kecambah Tanaman Jagung Manis dan Kacang Tanah
Perlakuan
DK Jagung Manis (%)
DK Jagung
Hibrida
DK Kacang
Tanah (%)
Monokultur Jagung Manis      -
Monokultur Kacang Tanah  -  -  56.08
Tumpangsari+Satu Tanaman Sela      
Tumpangsari+Dua Tanaman Sela  72,91  95,05  91

b.  Indeks Luas Daun (ILD)
Pada  usia  6  MST  dilakukan  pengamatan  Indeks  Luas  Daun.  Data
Indeks Luas Daun (ILD) disajikan pada tabel 3.2 dan perhitungannya terlampir.
Tabel 3.2 Indeks Luas Daun Tanaman
Perlakuan  ILD Jagung
Manis
cm2
/tanaman
ILD Jagung
Hibrida
cm2
/tanaman
ILD Kacang
Tanah
cm2
/tanaman
Monokultur Jagung Manis      
Monokultur Kacang Tanah      
Tumpangsari+Satu Tanaman
Sela  


Tumpangsari+Dua Tanaman
Sela  
2626,49
869,3

  Berdasarkan  data  tersebut  diketahui  bahwa  ILD  tertinggi  dimiliki  oleh
perlakuan kacang tanah monokultur dan jagung hibrida yaitu sebesar….sedangkan
pada perlakuan tumpang sari dengan dua tanaman sela.

c.  Tinggi, diameter, dan jumlah daun jagung 
Pengambilan  data  pengamatan  tingg,  diameter,  dan  daun  jagung  hibrida 
dilakukan dengan mengambil sepuluh  tanaman contoh pada  tanaman monokultur
dan  lima  tanaman  contoh  pada  tanaman  tumpang  sari  yang  mewakili  seluruh
populasi untuk tiap petak (perlakuan). Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan
perolehan  data  secara merata  dan mewakili  luasan  lahan. Pengukuran  dilakukan
setiap kali praktikum dimulai ketika  tanaman berusia 2 MST sampai usia panen. 
Pengamatan  tinggi, diameter, dan daun  jagung  hibrida    tersebut dilakukan untuk   19
mengetahui  pertumbuhan  vegetatif  tanaman  yang  umumnya  mendominasi  pada
awal kehidupannya.

Berikut merupakan  grafik  pengamatan  tinggi,  diameter,  dan  daun  jagung
hibrida  dari usia 2 MST hingga panen (9 MST) 

Grafik 4.1 Pertumbuhan Jumlah Daun Jagung Hibrida
0
2
4
6
8
10
12
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
jumlah daun  (helai)
umur jagung  (MST)
T1
T3
T4


Grafik 4.2. Pertumbuhan Batang Jagung Hibrida


    












 Grafik 4.3. Pertumbuhan Lingkar Batang Tanaman Jagung Hibrida










   20
Berdasarkan  data  di  atas  rata-rata  jumlah  daun  pada  tanaman  lahan  T4
selalu mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur. Pada tanaman
lahan  T1  jumlah  rata-rata  daun  Jagung  cenderung  lebih  tinggi  dibandingkan
tanaman pada  lahan T3 dan T4. Namun, ketika masa panen  tiba, kondisi  jumlah
daun  tanaman  lahan T1  ini  tidak mengalami  kenaikan. Hali  ini  berarti  tanaman
lahan T1 sudah memasuki masa determinate.        Jumlah daun pada  tanaman  lahan
T3,  merupakan  yang  paling  kecil  tetapi  ukuran  daunnya  lebih  besar  daripada
tanaman  lahan  lainnya  (T1  dan T4) walaupun  awalnya  lebih  tinggi  daripada T4
tetapi pada akhirnya jumlah daun pada tanaman lahan T4 lebih banyak.
Berdasarkan  data  tinggi  tanaman  Jagung  ,  tanaman  T3  mendominasi
pertumbuhan  dibandingkan  dengan  tanaman  di  lahan  lainnya.  Hal  ini  terlihat
dengan semakin cepatnya pertumbuhan pada usia 6 MST hingga panen. Kondisi
ini  terjadi  karena  system  tumpang  sari  jagung  hibrida  dengan  satu  tanaman  sela
merupakan  system  tumpangsari  yang  ideal  dari  segi  jarak  dan  tingkat
kompetisinya. Sedangkan pada tanaman T4, pertumbuhan tanaman nya terhambat
oleh kanopi kacang  tanah sewaktu masih muda. Kejadian  ini berlangsung hingga
panen dan di  tunjukkan dengan pertumbuhan  tanaman  lahan T4 yang sedikit dan
kerdil.  Pertambahan  pertumbuhan  tanaman  T1  cenderung  konstan  karena
persaingan  yang  terjadi  berlangsung  secara merata  bagi  seluruh  tanaman  dalam
satu lahan. 
Pada  data  lingkar  batang  jagung,  terlihat  bahwa  tanaman  pada  lahan T4
mengalami  pertambahan  diameter  yang  sangat  cepat  dibandingkan  dengan
tanaman dari lahan T1 dan T3. Hal ini terjadi karena proses pertumbuhannya tidak
mendapat  hambatan  dari  sesame  tanaman  jagung  karena  tanaman  non  sample
sebagian besar mati tertutup kanopi sewaktu masih muda. Sebenarnya hal ini tidak
begitu  berpengaruh  besar  pada  pertumbuhan  jagung,  justru  seharusnya
pertumbuhan  jagung  terhambat  oleh  perakaran  kacang  tanah.  Kemungkinan
terjadinya hal ini adalah faktor pemberian pupuk yang tidak merata. Pertumbuhan
tanaman  T1  dan  T3  cenderung  melambat  hingga  mendekati  masa  determinate.
Pertumbuhan stabil ini terjadi karena persaingan berlangsung merata.  

d. Jumlah daun dan cabang kacang tanah 
Pengambilan  data  pengamatan  jumlah  daun  dan  cabang  kacang  tanah 
dilakukan  dengan  mengambil  lima  tanaman  contoh  pada  tanaman  tumpangsari
yang  mewakili  seluruh  populasi  untuk  tiap  petak  (perlakuan).  Hal  tersebut
dilakukan untuk memudahkan perolehan data secara merata dan mewakili  luasan
lahan.  Pengukuran  dilakukan  setiap  kali  praktikum  dimulai  ketika  tanaman
berusia 2 MST sampai usia panen.   Pengamatan  jumlah daun dan cabang kacang
tanah  tersebut  dilakukan  untuk mengetahui  pertumbuhan  vegetatif  dan  generatif
tanaman.

Berikut  merupakan  grafik  pengamatan  jumlah  daun  dan  cabang  kacang
tanah  dari usia 2 MST hingga panen (7 MST).




   21
Grafik 3.4 Pertumbuhan Daun Kacang Tanah






Grafik 3.5. Pertumbuhan Cabang Kacang Tanah

0
2
4
6
8
10
jumlah
c abang 
kac ang  tanah
2
MS T
3
MS T
4
MS T
5
MS T
6
MS T
7
MS T
umur kac ang  tanah
T  2
T  3
T  4


  Hasil  pengamatan  yang  dilakukan  pada  tanaman  kacang  tanah  setiap
minggu menunjukan peningkatan  jumlah cabang untuk semua perlakuan, kecuali
perlakuan  T4,  jumlah  daun meningkat  hanya  sampai  6MST.  Penurunan  jumlah
daun pada perlakuan T4 yang  terjadi pad 7MST, kemungkinan besar disebabkan
oleh penyakit Karat (Puccinia arachidis) dimana penyakit ini menyebabkan kering
dan meluruhnya daun  sebelum waktunya  sehingga megurangi  jumlah daun pada
usia  panen. Meskipun  demikian,  hasil  rataan  tertinggi  pada  6MST  ditunjukkan
oleh perlakuan T4, hal  ini disebabkan persaingan  lahan dan hara yang berkurang
karena  jagung  terkena etiolasi dan mati. Untuk  jumlah daun  kacang  tanah  rataan
tertinggi  didapatkan  dari  perlakuan  T2  (monokultur  kacang  tanah),  hal  ini
disebabkan  persaingan  yang  lebih  kecil  disbanding  dengan  perlakuan  lainnya
(tumpangsari). 
   22
  Sementara  hasil  pengamatan  yang  dilakukan  pada  pertumbuhan  cabang
kacang  tanah  menunjukkan  peningkatan  pada  semua  perlakuan.  Terlihat  pada
grafik  jumlah  cabang  kacang  tanah  bahwa  rataan  tertinggi  ditunjukka  oleh
perlakuan  T2  (monokultur  kacang  tanah).  Hal  ini  disebabkan  persaingan  yang
lebih  rendah  dibandingkan  perlakuan  lainnya  (tumpangsari).  Pada  perlakuan T4
terlihat  peningkatan  jumlah  cabang  kacang  tanah  yang  cukup  signifikan  pada  6
MST,  hal  ini  dikarenakan  gejala  etiolasi  pada  tanaman  jagung  sehingga
persaingan  pada  populasi  kacang  tanah  di  lahan  semakin  sedikit  dan
meningkatkan pertumbuhan cabang kacang tanah.

    
Setelah  diketahui  hasil  produksi  dari  tiap  perlakuan  nisbah  kesetaraan
lahan (NKL) dapat diketahui guna mengetahui tingkat kompetensi dan keefisienan
dari  sistem  tumpangsari.  Karena  data  produksi/petak  percobaan  tidak  diketahui
seluruhnya,  maka  untuk  mencari  NKL  tumpangsari  dengan  satu  tanamn  sela
(NKL  I)  dan  tumpangsari  dengan  dua  tanaman  sela  (NKL  II)  digunakan  data
produksi/hektar. Berikut perhitungannya:

NKL = (hasil tanaman ganda jagung manis   hasil tanaman ganda kacang tanah) x 100%
    hasil tanaman mono jagung manis     hasil tanaman mono kacang tanah

NKL I = (2,725+ 0.725 ) x 100%
    10,648     1,39
= 110,2 % NKl  I > 1

NKL II =  ( 4,775 + 0,67 ) x 100% 
      10, 648  1,39
= 93,1 NKL < 1
  Hasil  tersebut menunjukan  bahwa  perlakuan  T3  (tumpangsari  dengan  tanaman
sela) lebih efisien untuk sistem tumpang sari karena kompetisi yang terjadi sukup rendah
dibandingakan dengan perlakuan T4 yang menggunakan dua tanaman sela sehingga jarak
tanam  terlalu  rapat  dan  kompetisinya  menjadi  semakin  besar.
+   23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tumpang sari merupakan sistem tanam ganda yang terdiri dari tanaman
utama dengan satu atau lebih tanaman sela yang ditanam dalam satu  lahan dan
satu  masa  tanam.  Pada  sistem  tumpangsari,  tanaman  sela  mempengaruhi
tingkat kompetisi dan keefesienan  lahan.oleh karena  itu, mahasiswa harus bisa
mejelaskan  prinsip-prinsip  dasar  dalam  budidaya  tanaman  agar  tingkat
produksinya  tinggi.  Semakin  banyak  tanaman  sela  yang  digunakan,  semakin
tinggi  tingkat  kompetisi  tanaman  untuk  mendapatkan  bahan  makanan  dan
cahaya  matahari.  Maka  semakin  tidak  efisien  suatu  tanam  ganda  sehingga
produksi  pun  akan  semakin  rendah.  Pada  percobaan  ini,  yang  paling  efisien
adalah sistem tumpangsari dengan satu tanaman sela yang memiliki NKL >1. 
Sementara  itu,  hasil  produksi  yang  paling  banyak  adalah  tanaman
kacang  tanah  monokultur.  Pada  umumnya  hasil  produksi  seluruh  tanaman
meningkat  kecuali  tanaman  jagung  yang  terkena  penyakit  bulai.    Hal  ini
disebabkan  karena  mahasiswa  telah  melakukan  tindakan  budidaya  tanaman
dimulai  dari  penanaman,  pemeliharaan  hingga menghitung  kebutuhan  sarana
produksi dengan cukup baik.

B. Saran
Sebaiknya untuk mendapatkan hasil yang cukup baik dan memuaskan,
petani menggunakan sistem tanam ganda dengan satu tanaman sela. Meskipun
jumlah  produksi  untuk masing- masing  jenis  tanaman  akan  berkurang,  tetapi
hasil keseluruhan umumnya  lebih banyak. Selain  itu, dapat mengurangi biaya
pengolahan lahan dan penggunaan lahan yang lebih efisien.













   24
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Spillane. 2003. Komoditi Kakao . Yogyakarta: Kanisius
Krisnawati Inti . 2007. Teh Herbal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Setyamidjaja  Djoehana.  1999.  Karet  Budidaya  Dan  Pengolahan.  Yogyakarta:
Kanisius
Rukmana Rahmat. 2003. Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius
                    , 2003. Usaha Tani Jagung.Yogyakarta: Kanisius
Anonim. Budidaya Jagung. http://www.deptan.go.id. [7 Januari 2010].
Anonim. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya
dan  tanaman  terpadu.  http://balitsereal.litbang.deptan.go.id.  [7  Januari
2010].
Judjadi Muhammad, Supriati Yati. Perbaikan Teknologi Produksi Kacang Tanah
di  Indonesia. http://biogen.litbang.deptango.id. [7 Januari 2010].
Paryo. Pertanian Tumpangsari. http://www.Paryo.multiply.com. [7 Januari 2010].
Pramono Bambang R. Jagung. http://www.benss.co.cc. [7 Agustus 2008].







   25

BAGIAN III
BUDIDAYA TANAMAN DALAM WADAH

BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang
Wadah  tanam  memiliki  dua  fungsi  umum  yaitu  1)  untuk  penanaman
sampai  tanaman  dewasa  dan  berproduksi,  2)  untuk  pembesaran  bibit  sebalum
dipindahkan  ke  lapangan  (  kebun,  taman,  rumah  kaca,  bedengan). Bila  ditinjau
dari cara penanamannya wadah  tanam dapat dibedakan menjadi 1) wadah untuk
tanaman berkelompok dan 2) wadah untuk penanaman  individu. Wadah  tanaman
dapat  dibuat  dari  berbagai macam  bahan  seperti  logam,  kayu,  gerabah,  porselen
maupun  plastik. Wadah  tanam  dari  bahan  plastik  dapat  berupa  pot  atau  cukup
berupa kantung.
Penanaman  dalam wadah mengakibatkan  sulit  terjadi  infiltrasi  air  tanah,
sehingga  air merupakan  faktor  utama  yang  harus  dikelola. Dengan  demikian  air
harus diberikan secara teratur sehingga tanaman tidak mengalami kekurangan. Air
yang diberikan dapat dicampur dengan zat hara  (fertigasi). Namun demikian  zat
hara  dapat  pula  diberikan  langsung  dengan  cara  dicampurkan  pada  waktu
pengisian media tanam maupun diberikan secara berkala ke dalam media. 
 Tujuan
1. dapat melakukan budidaya dalam wadah.
2. Menentukan sarana produksi yang dibutuhkan: ukuran dan jenis wadah, kondisi
bahan tanaman, jenis dan dosis serta konsentrasi pupuk.






BAB II
Bahan Dan Metode

Waktu dan Tempat
Praktikum  mengenai  “Budidaya  Tanaman  dalam  Wadah“  dilaksanakan
pada11 Novenber 2009 yang berlangsung di kebun percobaan Cikabayan. 
      
Bahan dan Alat 
Bahan  dan  alat  yang  digunakan  pada  praktikum  “  Budidaya  tanaman
dalam  wadah“  adalah  benih  jambu  biji,  benih  srikaya,  benih  albasia,  benih
mahoni, pupuk kandang, tanah, air, dan polybag.

Metode pelaksanaan
Langkah  pertama  yang  harus  dilakukan  adalah  mempersiapkan  tempat
pembibitan  yaitu  polybag  yang  sudah  dilubangi  bagian  bawahnya.  Kali  ini   26
polybag  yang  dipergunakan  sebanyak  40  buah,  20  diantaranya  digunakan  untuk
pembibitan  rambutan  sedangkan  5  buah  lagi  digunakan  untuk  pembibitan  lada.
Langkah  selanjutnya  adalah mempersiapkan medium  semai  yaitu  berupa  pupuk
kandang dan  tanah dengan perbandingan 3:2. Kemudian, medium semai diisikan
kedalam  polybag  hingga  penuh. Usahakan  agar  agar  polybag  berdiri  tegak  dan
tidak mudah  roboh  dengan memampatkan media  yang  diisi. Selanjutnya,  tanam
benih yang sudah disiapkan. Media disiram hingga cukup basah.Letakkan polybag
di bawah naungan dan disusun secara  teratur untuk  tiap  jenis  tumbuhan sehingga
mudah dihitung.








BAB III
Hasil Dan Pembahasan
Albasia/Sengon

Sengon  dalam  bahasa  latin  disebut  Albazia
Falcataria,  termasuk  famili  Mimosaceae,  keluarga
petai  –  petaian.  Bagian  terpenting  yang  mempunyai
nilai ekonomi pada  tanaman  sengon  adalah kayunya.
Pohonnya dapat mencapai  tinggi sekitar 30–45 meter
dengan  diameter  batang  sekitar  70  –  80  cm. Bentuk
batang sengon bulat dan  tidak berbanir. Kulit  luarnya
berwarna putih atau kelabu,  tidak beralur dan  tidak mengelupas. Berat  jenis kayu
rata-rata  0,33.  Daun  sengon  tersusun  majemuk  menyirip  ganda  dengan  anak
daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. 
Sengon  memiliki  akar  tunggang  yang  cukup  kuat  menembus  kedalam
tanah,  akar  rambutnya  tidak  terlalu  besar,  tidak  rimbun  dan  tidak  menonjol
kepermukaan  tanah.  Akar  rambutnya  berfungsi  untuk menyimpan  zat  nitrogen,
oleh  karena  itu  tanah  disekitar  pohon  sengon  menjadi  subur.  Bunga  tanaman
sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih
kekuning-kuningan  dan  sedikit  berbulu.  Setiap  kuntum  bunga mekar  terdiri  dari
bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin
atau serangga. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar
6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil
dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin. 
Pada umumnya  tanaman  sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon
yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang
berasal  dari  induk  tanaman  sengon  yang memiliki  sifat-sifat  genetik  yang  baik,
   27
bentuk  fisiknya  tegak  lurus  dan  tegar,  tidak  menjadi  inang  dari  hama  ataupun
penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
a. Kulit bersih berwarna coklat
b. Ukuran benih maksimum
c. Tenggelam dalam air ketika benih direndam
d. Bentuk benih masih utuh
Mahoni
Mahoni  dapat  ditemukan  tumbuh  liar  di  hutan
jati dan  tempat-ternpat  lain  yang dekat dengan pantai,
atau  ditanam  di  tepi  jalan  sebagai  pohon  pelindung.
Tanaman  yang  asalnya  dari  Hindia  Barat  ini,  dapat
tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan
pantai.  Pohon,  tahunan,  tinggi  5-25  m,  berakar
tunggang,  batangnya  bulat,  banyak  bercabang  dan
kayunya  bergetah.  Daunnya  daun  majemuk  menyirip
genap,  helaian  daun  bentuknya  bulat  telur,  ujung  dan
pangkal  runcing,  tepi  rata,  tulang  menyirip,  panjang  3-15  cm.  Daun  muda
berwarna merah, setelah  tua warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk  tersusun
dalam  karangan  yang  keluar  dari  ketiak  daun.  ibu  tangkai  bunga  silindris,
warnanya  coklat  muda.  Kelopak  bunga  lepas  satu  sama  lain,.bentuknya  seperti
sendok,  warnanya  hijau.  Mahkota  silindris,  kuning  kecoklatan,  benang  sari
melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak,
bulat  telur,  berlekuk  lima,  warnanya  coklat.  Biji  pipih,  warnanya  hitam  atau
coklat.  Pohon  mahoni  merupakan  pohon  penghasil  kayu  keras  dan  digunakan
untuk keperluan perabot  rumah  tangga  serta barang ukiran, Perbanyakan dengan
biji.

  Srikaya
Srikaya  (Annona  squamosa),  adalah
tanaman  yang  tergolong  ke  dalam  genus  Annona
yang  berasal  dari  daerah  tropis.Buah  srikaya
berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa
sirsak). Daging buahnya berwarna putih.
Termasuk  semak  semi-hijau  abadi  atau
pohon  yang  meranggas  mencapai  8  m  tingginya.
Daunnya  berselang,  sederhana,  lembing  membujur,  7-12  cm  panjangnya,  dan
berlebar  3-4  cm.  Bunganya  muncul  dalam  tandan  sebanyak  3-4,  tiap  bunga
berlebar 2-3 cm, dengan enam daun bunga/kelopak, kuning-hijau berbintik ungu
di dasarnya.Buahnya biasanya bundar atau mirip kerucut cemara, berdiameter 6-
10  cm,  dengan  kulit  berbenjol  dan  bersisik. Daging  buahnya  putih, menyerupai
dan memiliki rasa seperti podeng.


   28

  Jambu Biji
        KLASIFIKASI ILMIAH:


Jambu  batu  (Psidium  guajava)  atau  sering  juga  disebut  jambu  biji,
jambu  siki  dan  jambu  klutuk  adalah  tanaman  tropis  yang  berasal  dari  Brazil,
disebarkan  ke  Indonesia  melalui  Thailand.  Jambu  batu  memiliki  buah  yang
berwarna hijau dengan daging buah berwarna putih atau merah dan berasa asam-
manis.  Buah  jambu  batu  dikenal  mengandung  banyak  vitamin  C.eberapa
macam/kultivar  jambu  biji  dikenal  di  Indonesia,  sebagian  dikenal  sejak  lama,
sebagian merupakan introduksi dari negara lain.
Jambu  dapat  diperbanyak  dengan  biji.  Namun  demikian,  perbanyakan
dengan cara  ini tidak disukai karena tumbuhannya lama menjadi dewasa dan  juga
akan  berubah  sifat  dari  induknya. Perbanyakan  yang  sekarang  dilakukan  adalah
secara vegetatif, khususnya dengan cara pencangkokan.

Tabel jumlah tanaman buah yang tumbuh Setalah dua minggu
No.  Nama Tanaman   Jumlah Tanaman Yang Tumbuh
1.  Albasia  1
2.  Mahoni  5
3.  Jambu Biji  7
4.  Sirkaya  0

Setalah  dua minggu,  hasil  pembibitan  srikaya  dan  albasia  tidak  tumbuh
dengan baik, kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan dalam cara pembibitan
dan peletakan polibag yang menyebabkan  faktor  lingkungan kurang mendukung. 
Sementara untuk mahoni dan  jambu biji, hasil pembibitannya cukup memuaskan,
hal  ini  kemungkinan  disebabkan  oleh  faktor  lingkungan  terutama  iklim  yang
mendukung pertumbuhan tanaman secara maksimal.







Regnum:  Plantae
Divisio:  Magnoliophyta
Kelas:  Magnoliopsida
Ordo:  Myrtales
Familia:  Myrtaceae
Genus:  Psidium
Spesies:  Psidium guajava   29
BAB IV
Kesimpulan
  Pembudidayaan  tanaman    perkebunan    atau  pembibitan  dapat  dilakukan
dalam  wadah.  Sarana  produksi  seperti  ukuran  dan  jenis  wadah,  kondisi  bahan
tanaman,  jenis  dan  dosis  serta  konsentrasi  pupuk  harus  diperhatikan.  Hal  ini
dikarenakan  pembibitan  tanaman  perkebunan  membutuhkan  ketelatenan  dan
ketelitian  yang  tinggi  terutama  cara memilih  benih  yang  baik,  penanaman,  dan
pemeliharaan  yang  menyangkut  maksimalisasi  faktor  lingkungan  untuk  daya
dukung pertumbuhan tanaman.

   30






Lampiran






   31
Lampiran 1
PERHITUNGAN RUMUS

1. Menghitung Jumlah Populasi jagung Manis
 Minggu 1  : Penanaman
  Jumlah Populasi/petak  
 =  


=

  Jumlah Populasi/ha  = 383,52125 Benih x 10000 m2
/61,3634 m2
 
= 62500 Benih/ha
 Banyak lubang tanam antar baris  = (8,27x100)/80  = 10,3375 lubang
 Banyak lubang tanam dalam baris = (7,42x100)/20  = 37,1 lubang
  Jumlah benih yang ditanam  = 20,675x37,1 = 383,52125 benih

2. Menghitung Daya Kecambah Jagung Manis

 Minggu 2  : Daya Tumbuh/Daya Kecambah
  Jumlah Benih yang Mati    = 104 benih
  Jumlah Benih yang Tumbuh  = 280 benih
 % Daya Kecambah      = (Jumlah kecambah/Jumlah benih) x100%
            = (280/384) x100%  = 72,91%

3. Menghitung Kebutuhan Benih Jagung Manis
 
 Kebutuhan benih/petak jika unit Jagung Manis tiap 100 benih = 60gr
 Kebutuhan benih/petak   = (60gr/100 benih) x (∑populasi+∑penyulaman)
          = (60gr/100benih) x benih  = 292,8 gr/61,3634 m2

 Kebutuhan benih/ha  = 195,2 gr x (10000 m2
 / 61,3634  m2
)  
= 47715,7 gr/ha
          = 47.715,7 kg/ha

4. Menghitung Jumlah Populasi Jagung Hibrida
 Minggu 1  : Penanaman
  Jumlah Populasi/petak  
 =  



=


Luas Lahan x 1 benih
Jarak Tanam
(8,27 x 7,42) m2
  x 1 benih  =   61,3634 m2
 = 383,52125 Benih
(0,8x0,2)m2 
            0,16 m2


Luas Lahan x 1 benih
Jarak Tanam

(8,27 x 7,42) m2
  x 1 benih  =   61,3634 m2
 = 383,52125 Benih
(0,8x0,2)m2 
            0,16 m2

   32
  Jumlah Populasi/ha  =  383,52125  Benih  x  10000  m2
/61,3634  m2
  =  62500
Benih/ha
 Banyak lubang tanam antar baris  = (8,27x100)/80  = 10,3375 lubang
 Banyak lubang tanam dalam baris = (7,42x100)/20  = 37,1 lubang
  Jumlah benih yang ditanam  = 20,675x37,1    = 383,52125 benih

5. Menghitung Daya Kecambah Jagung Hibrida

 Minggu 2  : Daya Tumbuh/Daya Kecambah
  Jumlah Benih yang Mati  = 19 benih
  Jumlah Benih yang Tumbuh  =  365 benih
 % Daya Kecambah    = (Jumlah kecambah/Jumlah benih) x100%
        = (365/384) x100%  = 95,05 %

6. Menghitung Kebutuhan Benih Jagung Hibrida
 
 Kebutuhan benih/petak jika unit Jagung Manis tiap 100 benih = 60gr
 Kebutuhan benih/petak   = (60gr/100 benih) x (∑populasi+∑penyulaman)
          = (60gr/100benih) x benih  = 292,8 gr/61,3634 m2

 Kebutuhan benih/ha  = 195,2 gr x (10000 m2
 / 61,3634  m2
)  
= 47715,7 gr/ha
          = 47.715,7 kg/ha

7. Menghitung Jumlah Populasi Kacang Tanah
 Minggu 1  : Penanaman
  Jumlah Populasi/petak  
 =  



=


  Jumlah Populasi/ha  = 747,0425 Benih x 10000 m2
/61,3634 m2
 = 121.740,7282 
Benih/ha
 Banyak lubang tanam antar baris  = (8,27x100)/40  = 20,675 lubang
 Banyak lubang tanam dalam baris = (7,42x100)/20  = 37,1 lubang
  Jumlah benih yang ditanam  = 20,675x37,1 = 767,0425 benih

8. Menghitung Daya Kecambah Kacang Tanah

 Minggu 2  : Daya Tumbuh/Daya Kecambah
  Jumlah Benih yang Mati  = 69 benih
  Jumlah Benih yang Tumbuh  = 698 benih
 % Daya Kecambah    = (Jumlah kecambah/Jumlah benih) x100%
        = (698/767) x100%  = 91 %
Luas Lahan x 1 benih
Jarak Tanam
(8,27 x 7,42) m2
  x 1 benih  =   61,3634 m2
 = 767,0425 Benih
(0,4x0,2)m2 
            0,08 m2

   33

9. Menghitung Kebutuhan Benih Kacang Tanah
 
 Kebutuhan benih/petak jika unit kacang tanah tiap 100 benih = 40gr
 Kebutuhan benih/petak   = (40gr/100 benih) x (∑populasi+∑penyulaman)
        = (40gr/100benih) x 836 benih  = ….. gr/75m2

 Kebutuhan benih/ha  = 334,4 gr x (10000 / 61,3634 m2
)    
=  84.495,02 gr/ha
        = 84,495 kg/ha

10.  Menghitung Kebutuhan Pupuk
 KP Nitrogen/ha =100 kg  (45% Nitrogen) → (100/45) x 100Kg
= 222,2222 Kg Urea/ha
KP Unsur urea dalam petak seluas 61,3634 m2
= 222,2222 Kg/ha x (61,3634
m2
/10.000 m2
)  = 1.3636 Kg urea

 KP P2O5/ha  = 200kg  (36%  P2O5 ) → (100/36) x 200 Kg
=555,5 kg SP-36/ha
KP Unsur SP-36 dalam petak seluas 61,3634 m2
  = 555,5 kg SP-36/ha x
(61,3634 m2
/10.000 m2
) = 3,408 kg SP-36

 KP K2O /ha = 150 kg (60% K2O )→ (100/60) x 150 Kg = 250 Kg KCl/ha
KP Unsur KCl dalam petak seluas 61,3634 m2
  = 250 Kg/ha x (61,3634
m2
/10.000 m2
)  = 1,534 Kg KCl

11.  Menghitung Indeks Luas Daun Jagung Manis
Pengukuran indeks luas daun dilakukan pada usia 7 MST. Karena tanaman
jagung manis mati pada usia 5 MST jadi tidak ada pengukuran indeks daun.

12.  Menghitung Rendemen Jagung Manis

Tanaman  jagung  manis  terserang  penyakit  bulai  jagung  mulai  dari  umur  3
MST  sampai  umur  5 MST  sehingga  dilakukan  pembongkaran  atau  pencabutan  semua
tanaman  jagung  manis  tanpa  terkecuali  pada  tanaman  yang  resisten  terhadap  bulai
sekalipun. Hal  ini mengakibatkan  tanaman  jagung manis  tersebut mati  sebelum berbuah
sehingga tidak ada jagung yang dapat di panen.

13.  Menghitung Bobot Polong per Hektar Jagung Manis
Tidak terdapat jagung manis yang dapat dipanen karena terserang bulai pada usia
5 MST.

14.   Indeks Luas Daun ( ILD ) Jagung Hibrida
Luas daun  = (Luas Kertas x Bobot Daun ) / Bobot Kertas
= ( 22,7 cm x 25,2 cm) x 12,452 gr) /2,712 gr
= 2626,49 cm2
/tanaman



   34
15.  Menghitung Rendemen Jagung Hibrida
Tanaman
Jagung
Ke
Bobot
Dengan
Kelobot
Bobot
Tanpa
Kelobot
Bobot
Jual
Panjang
Tanpa
Kelobot
Panjang
Dengan
Kelobot
Diameter
Kelobot
1  100  91  95  25,5  22  4,0
2  140  125  130  25  21,5  4,15
3  350  315  330  24,6  21  4,9
4  110  95  100  21,5  18  5,0
5  250  220  240  24,6  19,6  4,86
Rata-
rata
190  169,2  179  24,24  20,42  4,582

Rendemen = (∑ bobot kelobot siap jual / ∑ bobot total) x 100% = (895 gram/950
gram ) x 100%  = 94,21 %
Jadi rendemen dari kacang tanah yang diperoleh dari panen tumpang sari jagung
manis dengan dua tanaman sela adalah sebesar 94,21 %

16.  Menghitung Bobot Polong per Hektar Jagung Hibrida
Bobot kelobot siap jual/petak = 2.725 kg
Bobot polong/ha    = 2,725 Kg x (10000 m2
/ 61,3634 m2
)
          =444,0757 kg  

17.  Indeks Luas Daun ( ILD ) Kacang Tanah 
Indeks Luas Daun ( ILD )
Luas daun  = (Luas Kertas x Bobot Daun )/Bobot Kertas
= (( 20cm x 20cm)x4,5679 gr)/2,1019gr  = 869,3 cm2
/tanaman
18.  Menghitung Rendemen Kacang Tanah

Tanaman
Kacang
Tanagh Ke
Bobot
Polong
(gram)
Bobot
Brangkasan
(gram)
Bobot
Total
(gram)
Tinggi
Tanaman
(cm)
Hasil Produksi
(Kg)
1  25  149  174  47  3125
2  32  183  215  52  4000
3  20  150  170  43  2500
4  27  163  190  45  3375
5  35  175  210  50  4375
Rata-rata  27,8  164  191,8  47,4  3475
Rendemen = (∑bobot polong/∑bobot total) x 100% =(139 gram / 959 gram) x
100%  = 14,4942 %
Jadi rendemen dari kacang tanah yang diperoleh dari panen tumpang sari jagung
manis dengan dua tanaman sela adalah sebesar 14,3899 %

19.  Menghitung Bobot Polong per Hektar Kacang Tanah

Bobot polong/petak  = 26,25 kg
Bobot polong/ha  = 26,25 kg x (10000 m2
/ 61,3634 m2
)
      =4277 kg = 4,277 ton  35
Lampiran 2 

DATA PENGAMATAN SELAMA PRAKTIKUM

Data Percobaan Monokultur Kacang tanah

Tabel Pengamatan Kacang Tanah
(Monokultur)
      Jumlah Daun
        
No.  Tanaman Ke
2
MST  3MST  4MST  5 MST  6 MST   7 MST
1  1  7  20  41  49  55  69
2  2  8  17  36  50  53  76
3  3  9  21  41  48  59  79
4  4  7  18  35  46  52  75
5  5  6  13  27  38  41  60
6  6  7  17  35  39  58  82
7  7  9  22  41  45  46  67
8  8  9  19  26  46  42  68
9  9  9  21  42  55  60  73
10  10  8  19  36  53  50  73
11  ∑ Tanaman  7.9  18.7  36  45.1  51.6  72.2
              
              
              
              
                Jumlah Cabang
        
No.  Tanaman Ke
2
MST  3MST  4MST  5 MST  6 MST   7 MST
1  1  3  6  8  8  9  9
2  2  3  6  11  10  10  10
3  3  3  7  10  10  10  10
4  4  3  5  10  10  10  10
5  5  3  5  8  8  8  8
6  6  3  5  9  10  10  10
7  7  3  8  10  10  10  10
8  8  3  6  6  8  8  10
9  9  3  7  10  10  10  11
10  10  3  6  9  9  10  10
11  ∑ Tanaman  3  6.1  9.1  9.3  9.5  9.8   36
Data Pengamatan Tumpangsari Jagung Manis Dengan Satu Tanaman Sela


      Data pengamatan jagung manis    
No.  2 MST  3 MST  4 MST  5 MST
Tanman  TT(cm)     JD  TT(cm)  JD  D(cm)  TT(cm)  JD  D(cm)  TT(cm)  JD  D(cm)
1  37     4  57  6  3.4  102  7  4.6  128.5  9  5.3
2  25.5     4  44.1  5  -  89  7  3.7  116.8  9  3.9
3  31.5     5  52.5  5  3.3  98.5  8  3.9  118.7  9  4.5
4  27     3  38.6  4  -  80.6  6  3.6  115.6  8  4.6
5  27.5     4  53.5  5  2.6  120.8  7  4.9  153.8  8  6.1
Rata
2
  29.7     4  49.14  5  1.86  98.18  7  4.14  126.68  8.6  4.88
                        
        Data pengamatan jagung hibrida    
No.
Tanman
2 MST  3 MST  4 MST  5 MST
TT(cm)     JD  TT(cm)  JD  LB(cm)  TT(cm)  JD  LB(cm)  TT(cm)  JD  LB(cm)
1  35.5     4  50.5  5  2.5  88.5  6  3.7  118.5  7  4.1
2  38.5     4  53.4  6  2.8  89  6  3.4  113.6  6  3.8
3  42     5  63.4  5  3.5  94  5  4.5  126.2  7  4.9
4  39.7     4  61.5  5  3.8  93.5  7  3.9  130.5  7  5
5  25.5     3  38.5  5  3.5  72.7  6  3.8  120.3  8  4.5
Rata2
  36.24     4  53.46  5.2  3.22  79.74  6  3.86  108.1  6.6  4.46
                        
No.  6 MST  7 MST  8 MST  9 MST   37
Tanman  TT(cm)  JD  LB(cm)  TT(cm)  JD  LB(cm)  TT(cm)  JD  LB(cm)  TT(cm)  JD  LB(cm)
1  148  8  4.2  155  8  4.3  169  11  4.3  216  10  4.8
2  145  7  3.9  177  8  4.1  207  10  4.3  211  9  4.4
3  157  8  4.9  188.5  10  5.1  220  12  5.2  229  12  5.6
4  165  8  5.3  193  8  5.5  218  11  5.9  220  11  5.3
5  155.6  8  4.8  186.5  9  4.9  199.5  9  4.9  220  10  5.4
Rata2
  154.12  7.8  4.62  180  8.6  4.9  202.7  10.6  4.92  219.2  10.4  5.175


      Data Pengamatan Kacang Tanah    
No.
Tanman
2 MST     3 MST  4 MST  5 MST  6 MST  7 MST
JD     JD  JC  JD  JC  JD  JC  JD  JC  JD  JC
6  8     17  5  27  6  36  7  47  7  58  8
7  4     15  5  26  6  37  6  46  7  49  7
8  6     18  5  29  7  44  7  52  7  65  8
9  8     16  5  28  7  44  7  50  8  62  9
10  7     16  5  29  8  45  8  55  8  64  9
Rata2
  6.6     16.4  5  27.8  6.8  41.2  7  50  7.4  59.6  8.2

   38


Data Percobaan Tumpangsari dan  Dua Tanaman Sela
a.   Jagung sebelum terkena bulai (Jagung Manis)
Tinggi Jagung Manis (cm)











Keliling Batang Jagung Manis
Tanaman
Contoh
2 Mst  3 Mst  4 Mst
1  4  4  7
2  4  3.5  4
3  3  4.5  6
4  3  4  6
5  4  4.3  6
Rata-rata  3.6  4.06  5.8

Jumlah Daun Jagung Manis

Tanaman
Contoh
2 Mst  3 Mst  4 Mst
5
Mst
1  2  4  6  6
2  4  5  6  7
3  4  5  7  7
4  4  6  7  7
5  4  5  7  7
Rata-rata  3.6  5  6.6  6.8


b. Jagung setelah terkena bulai (jagung hibrida)
Tinggi Tanaman Jagung Hibrida
Tanaman
Contoh
2 Mst  3 Mst  4 Mst
5
Mst
6
Mst
7
Mst
8
Mst
9
Mst
1  11.5  68  81  98  147  160  162  165
2  16.5  110  124  135  159  180  184,5  185
3  69  139  146  152  158  161  161  162
4  38.5  93  101  108  127  132  134  134
5  29  105.5  126,5  144  149  164  166  166
Tanaman
Contoh
2 Mst  3 Mst  4 Mst
1  32.1  58.8  100
2  29  58  95.5
3  33  61.5  118.5
4  32.3  65.9  109.8
5  35.5  67  110
Rata-rata  32.38  62.24  106.76   39
Rata-rata  32.9  103.1  112  127.4  146.5  159.4  156.8  162.4
 
Keliling Jagung Hibrida
Tanaman
Contoh
2 Mst  3 Mst  4 Mst
5 Mst  6 Mst
7 Mst
8
Mst
9
Mst
1  1.7  2  3,1  3,8  4,4  6.3  6,3  6.4
2  2.5  2.5  2,6  3,7  3,9  7.7  7,7  7.7
3  2.5  2.5  2,6  3,4  4,7  7.5  7,8  8
4  3  3.1  3,3  3,4  3,7  4  5,0  6.3
5  1.5  1.6  2,3  3,9  4,6  6  6,1  6.3
Rata-rata  2.24  2.34  2,8  4,0  5,1  6.4  6,8  6.94

Jumlah Daun Jagung Hibrida
Tanaman
Contoh
2 Mst  3 Mst  4 Mst
5
Mst
6
Mst
7
Mst
8
Mst
9
Mst
1  2  4  5  7  8  10  11  11
2  2  3  4  6  8  11  12  12
3  2  4  6  7  9  11  11  11
4  2  4  5  6  7  8  9  10
5  3  4  5  6  7  9  10  11
Rata-rata  2.2  3.8  5  6.4  7.8  9.8  10.6  11


c.  Kacang tanah
Jumlah Daun Kacang Tanah

Tanaman
Contoh  2 Mst  3 Mst  4 Mst  5 Mst  6 Mst  7 Mst
1  7  16  21  34  53  60
2  7  20  32  35  75  48
3  6  15.8  26  29  70  49
4  7  13  23  32  60  36
5  9  15  42  45  79  60
Rata-rata  7.2  15.96  28.8  35  67.4  50.6

Jumlah Cabang Kacang Tanah

Tanaman
Contoh  2 Mst  3 Mst  4 Mst  5 Mst  6 Mst  7 Mst
1  2  4  5  5  9  10
2  2  4  4  6  9  9
3  2  4  4  5  9  9
4  2  4  5  5  9  9
5  2  4  5  8  9  10   40
Rata-rata  2  4  4.6  5.8  9  9.4

Produksi Tanaman  Jagung Manis dan Kacang Tanah per Hektar

Kelompok  Jagung Manis
(ton)
Jagung
hibrida
(ton)
Kacang Tanah
(ton)
Monokultur Jagung Manis  -    
Monokultur Kacang tanah  -    
Tumpangsari dengan Satu
Tanaman Sela
-    
Tumpangsari dengan Dua
Tanaman Sela
-  0,4440757  4,277





Rendemen Kacang Tanah (%)

Kelompok  Rendemen Kacang Tanah (%)
Monokultur Kacang tanah  
Tumpangsari dengan Satu Tanaman
Sela

Tumpangsari dengan Dua Tanaman
Sela
14,3899












   41

 Lampiran 4
Rekapan  Data hasil  panen  pada  lahan  tanaman Tumpangsari




RATA-RATA TINGGI TANAMAN CONTOH JAGUNG  HIBRIDA  PERCOBAAN TUMPANG
SARI
Perlakuan   Tinggi Tanaman Contoh (cm)  Rata-
rata
Pada Umur Tanaman (MST)
2  3  4  5  6  7  8  9
T1  26.8  45.3  75.9  106.6  131.1  151.1  175.2  190.6  112.825
T2                           
T3  36.24  53.46  79.74  108.1  154.12  180  202.7  219.2  129.195
T4
32.9  103.1  112  127.4  146.5  159.4  156.8  162.4
 
RATA-RATA LINGKAR BATANG TANAMAN CONTOH JAGUNG HIBRIDA PERCOBAAN
TUMPANG SARI
Perlakuan   Lingkar Batang Tanaman Contoh (cm)  Rata-rata
Pada Umur Tanaman (MST)
2  3  4  5  6  7  8  9
T1     2.84  3.71  4.71  5.65  6  6.14  6.24  5.041429
T2                           
T3  _  3.22  3.86  4.46  4.62  4.9  4.92  5.175  4.450714
T4  2.24  2.34  2,8  4,0  5,1  6.4  6,8  6.94   
                  
                    RATA-RATA JUMLH DAUN TANAMAN CONTOH JAGUNG PERCOBAAN TUMPANG SARI
Perlakuan   Jumlah Daun Tanaman Contoh   Rata-rata
Pada Umur Tanaman (MST)
2  3  4  5  6  7  8  9
T1  4.6  7.1  7.25  9  8  8.6  11.7  11.1  8.41875
T2                           
T3  4  5.2  6  6.6  7.8  8.6  10.6  10.4  7.4
T4  2.2  3.8  5  6.4  7.8  9.8  10.6  11      42


DATA PENGAMATAN KACANG TANAH DUA SELA
              
PERLAKUAN
JUMLAH DAUN
   UMUR TANAMAN (MST)
2  3  4  5  6  7
T1  _  _  _  _  _  _   
T2  2.9  18.7  36  45.1  51.6  72.2   
T3  6.6  16.4  27.8  41.2  50  59.6   
T4  7.2  15.96  28.8  35  67.4  50.6   
                DATA PENGAMATAN KACANG TANAH
              
PERLAKUAN
JUMLAH CABANG
   UMUR TANAMAN (MST)
2  3  4  5  6  7
T1                     
T2  3  6.1  9.1  9.3  9.5  9.8   
T3  _  5  6.8  7  7.4  8.2   
T4  2  4  4.6  5.8  9  9.4   


Hasil Pengamatan Panen Pada Lahan Tumpangsari

Perlakuan  BTBK   BTTL  BTSP  BBR  LTTK  PTTK  
T1  92.64  43.4  40.3  299.18  3.95  12.9  
T2  _  _  _  _  _  _  
T3  86.62  36.95  34.23  295.16  4.34  13.54  
T4  190  169,2  179  374,24  14,39  20,42  

BTBK= BERAT TONGKOL BERKELOBOT (gram)
BTTL= BERAT TONGKOL TANPA KELOBOT (gram)
BTSP= BERAT TONGKOL SIAP PASARKAN (gram)
LTTK= LINGKAR TONKOL TANPA KELOBOT (cm)
PTTK= PANJANG TONGKOL TANPA KELOBOT  (cm)   43
Lampiran 3
DOKUMENTASI PRAKTIKUM






 


























Gambar lahan sebelum ditanam

Gambar lahan tumpansari jagung
dan 2 baris kacang tanah 
Gambar pengukuran sample oleh praktikan  Gambar kacang tanah
Gambar pengamatan kelompok terhadap lahan

No comments:

Post a Comment